Visitasi Kanonik Uskup Denpasar Dimulai dari Paroki Bima

BIMA – Bapak Uskup Denpasar Mgr. Silvester San bersama Vikjen/Direktur Puspas RD. Herman Yoseph Babey dan Sekretaris/Ekonom Keuskupan Denpasar RD. Agustinus Sugiyarto tiba di Paroki St. Yusuf Raba Bima, Dekenat NTB, Selasa (18/3/2025) petang.
Ketiga Gembala ini diterima dengan tarian Bima dan pengalungan selendang khas daerah ini di gerbang masuk Gereja Paroki St. Yusuf Raba Bima. Pastor Paroki dan pastor Rekan RD. Agustinus Wayan Yulianto dan RD. Martinus Tamo Ama, beserta sejumlah pengurus DPP/DKP menyambut kedatangan para Gembala itu. Setelah penerimaan, rombongan kemudian menuju pastoran.

Kehadiran Kuria Keuskupan Denpasar ini, merupakan rangkaian visitasi kanonik ke paroki-paroki sebagaimana diamanatkan Sinode V Keuskupan Denpasar. Visitasi Kanonik ini terjawab dan dimulai dari ujung timur Keuskupan Denpasar, yaitu Paroki Raba Bima, dan akan berlanjut ke paroki lainnya.
Turut dalam rombongan Kuria Keuskupan dalam kunjungan ini dua orang staf Puspas, yakni Sekretaris Komisi Komsos Kristin Herman dan seorang Tim Kerja Komsos.
Di Paroki Bima, selain Visitasi Kanonik, juga dalam rangka Pesta Emas (50 Tahun) paroki, yang dilaksanakan tepat pada pesta St. Yusuf (St. Yoseph) sebagai pelindung Paroki Bima, hari ini, Rabu, 19 Maret 2025.
Keadaan Paroki
Visitasi Kanonik di Paroki St. Yusuf Bima, dilaksanakan Selasa (18/3) malam, di aula paroki ini. Hadir antara lain Pastor Paroki, Pastor Rekan, pengurus DPP, DKP, Pengurus Lingkungan dan KBG.
Setelah dibuka dengan doa, acara visitasi langsung diawali dengan laporan tentang gambaran umum situasi Paroki St. Yusuf Bima, serta karya-karya pastoralnya oleh Pastor Paroki Bima RD. Agustinus Wayan Yulianto. Rm. Wayan, demikian pastor paroki akrab disapa, memulai laporannya tentang kehidupan iman dan liturgi. Dikatakan, umat tersebar di 12 KBG, mereka cukup melibatkan diri sebagai petugas liturgi.

Romo Wayan juga menyampaikan tentang kegiatan pastoral dan katekese termasuk pembinaan umat melalui rekoleksi dan pembinaan iman lainnya dilaksanakan dengan baik. Berikut disampaikan tentang keuangan dan administrasi gereja. Pengelolaan keuangan paroki, katanya, dilakukan secara transparansi dan ke depannya akan dibuat laporan setiap bulan dan dipublikasikan di papan pengumuman.
Romo Wayan juga melaporkan tentang asset atau harta benda Gereja yang dimiliki Paroki Bima, antara lain beberapa bidang tanah, ruko dan kos-kosan. “Saat ini kami sedang berjuang untuk mengamankan beberapa tanah yang tidak memiliki SPPT,” kata Rm. Wayan.
Dilaporkan juga mengenai kondisi fisik sarana prasarana paroki, baik gereja maupun pastoran. Beberapa titik tertentu, katanya, perlu diperbaiki karena bocor serta retak. Direncanakan juga mau membangun tambahan fasilitas kamar tidur untuk tamu dan fasilitas lainnya, di antaranya membangun aula serbaguna dengan kapasitas yang cukup besar dan rencana pembangunan PAUD, karena selama ini anak-anak Katolik mengikuti PAUD di Lembaga non Katolik, dan lain-lain.
Di sisi lain Romo Wayan juga menyampaikan tentang tantangan dan harapan umat. Tantangan yang dihadapi saat ini diantaranya masih ada larangan bernyanyi oleh masyarakat setempat di beberapa KBG saat perayaan Ekaristi dan Doa Rosario di KBG.
Sedangkan harapannya adalah pengembangan KBG dan Lingkungan, terutama KBG dengan jumlah KK cukup banyak. Di sisi lain, paroki ini juga mengalami keterbatasan tenaga guru yang beragama Katolik dan kekurangan guru agama Katolik/katekis. Sedangkan hubungan dengan masyarakat aman-aman, dengan pemerintah pun hubungan baik.
Usai laporan Pastor Paroki, Bapak Uskup yang didampingi Vikjen dan Sekretaris Uskup langsung menanggapi beberapa hal serta menyampaikan arahan-arahan pastoral. Hal pertama yang ditanggapi Bapak Uskup adalah soal data umat yang terlewatkan dari laporan Pastor Paroki.

Ibu Udis Ule, staf Sekretariat Paroki Bima, langsung menyampaikan data umat paroki Bima saat ini berjumlah 1.053 jiwa terdiri dari 280 KK. Sebelumnya mencapai 300-an KK namun ada yang balik lagi ke tempat asalnya.
Bapak Uskup juga menanggapi harapan tentang katekis paroki, di mana untuk saat ini belum ada rencana untuk mengangkat katekis baru dari keuskupan. Menurut Bapak Uskup tugas seorang Katekis itu adalah untuk berkatekese/mengajarkan iman umat, termasuk di KBG-KBB, minimal 4 jam sehari. Tapi yang terjadi, Katekis itu justru lebih banyak mengurus administrasi paroki.
Solusi yang ditawarkan Bapak Uskup adalah lebih memberdayakan DPP melalui seksi-seksi yang ada untuk membuat kegiatan sesuai fungsinya sehingga pastoral berjalan baik. Bapak Uskup juga menegaskan bahwa tugas DPP maupun DKP itu untu membantu pastor paroki dalam karya pastoral.
Menyangkut keuangan paroki, Bapak Uskup meminta untuk dilaporkan sercara rutin setiap bulan ke keuskupan karena berkaitan dengan laporan perpajakan sebab sebagai Lembaga agama, NPWP hanya terdaftar atas nama Keuskupan Denpasar untuk seluruh gereja paroki.
“Semua paroki harus membuat lporan keuangan bulanan ke keuskupan. Memang ada yang rutin melapor, tapi ada juga yang tersendat sampai 3 bulan, 6 bulan, bahkan ada yang 12 bulan baru lapor,” kata Bapak Uskup.
Hal lain menyangkut rencana pembangunan sarana-prasana atau renovasi seperti aula, rumah duka dan lain-lain dibicarakan baik-baik dengan DPP lalu konsultasi ke Keuskupan (Uskup) kalau memang itu dibutuhan.
“Apalagi di Bima ini memiliki asset tanah yang cukup, maka dimanfaatkan. Aset-aset itu harus diurus sertifikatnya, jika memang belum ada,” kata Bapak Uskup.
Ekonom/Sekretaris Uskup RD. Agustinus Sugiyarto menegaskan kembali tentang laporan keuangan. Dalam laporan keuangan, katanya, sumber dana dan pengeluaran harus ada bukti/kuitansi. Ada juga paroki yang memiliki lebih dari satu rekening, tapi laporan ke keuskupan hanya 1 rekening. Maka perlu diperhatikan supaya transparan,” kata Romo Agus seraya menambahkan agar KBG dan Lingkungan bila punya uang maka perlu laporan ke paroki, karena itu juga uangnya umat. “Ini untuk kepentingan laporan pajak,” katanya.
Selanjutnya dilakukan dialog yang dipandu Rm. Agus. Ada beberapa pertanyaan atau tanggapan yang disampaikan kepada Kuria, antara lain tentang umat yang tidak mau daftar di KBG, mengenai tugas dari Dewan Keuangan Paroki, tentang keluarga yang berpisah serta ketiadaan organis paroki maupun syarat-syarak masuk pintu suci di tahun yubileum ini dan lain-lain.
Setiap pertanyaan dijawab dengan baik oleh Bapak Uskup dan Vikjen. Khusus mengenai tugas DPK, Vikjen RD. Herman Yoseph Babey, mananggapi bahwa dalam pembekalan DPP/DKP telah disampaikan tentang tugas DPP/DKP.
“Salah satu tugas DKP adalah menyetujui rancangan anggaran karya pastoral DPP dan Rumah Tangga paroki/pastoran dengan persetujuan pastor paroki. Tugas lain adalah menjaga dan memelihara asset paroki atau harta benda gereja seperti tanah,” kata Rm. Babey, menanggapi pertanyaan anggota DKP ibu Devi Natalia.
Sementara untuk umat yang tidak mau mendaftar di Gereja, menurut Bapak Uskup, itu tidak hanya di Bima, hampir seluruh Paroki. “Perlu himbauan terus-menerus agar umat mau mendaftar sebab suatu waktu mereka membutuhkan gereja juga terutama pelayanan sakramen-sakramen,” kata Bapak Uskup.
Acara diakhiri dengan doa bersama dan berkat oleh Bapak Uskup. Dilanjutkan foto-foto bersama. *
Hironimus Adil