Sidang Pleno Keuskupan Bukan Sekedar Kebiasaan Tahunan
DENPASAR – Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar kembali mengggelar Sidang Pleno tahun 2024 di Aula Keuskupan Denpasar. Ini adalah sidang tahun pertama setelah Sinode V Keuskupan Denpasar.
Selaras namanya, sidang ini dihadiri oleh Dewan Pastoral Keuskupan (DPK) Denpasar secara lengkap (pleno), ada Uskup dan Kuria Keuskupan yang terdiri dari Vikjen, Ekonom, Sekretaris, Ketua Tribunal dan Direktur Pusat Pastoral.
Para Ketua dan Sekretaris Komisi di bawah Pusat Pastoral, seluruh Pastor Paroki/Stasi dan Pastor Rekan se-Keuskupan Denpasar, para Deken dan Sekretaris Dekenat, para imam utusan kongregasi, utusan Ikatan Biarawati Keuskupan Denpasar (IBKD), Pembimas Katolik Provinsi Bali dan NTB (mewakili pemerintah), serta dua Diakon yang segera ditahbiskan pekan ini menjadi peserta aktif dalam Sidang Pleno DPK ini.
Sidang berlangsung 15-18 Januari 20024 dan ditutup bersamaan Tahbisan Imam baru di Gereja St. Silvester Pecatu, Jumat (19/1).
Seperti biasa, Sidang Pleno DPK dimulai dengan Misa Pembukaan pada Senin (15/1) yang dipimpin oleh Uskup Denpasar Mgr. Silvester San. Kali ini Uskup didampingi dua Deken yaitu Deken NTB RD. Laurensius Maryono dan Deken Bali Barat RD. Agustinus Sugiyarto.
Uskup Denpasar, disela-sela homilinya mengingatkan bahwa sidang pleno ini memiliki tujuan yang strategis, tidak hanya sekedar sebagai sebuah kebiasaan apalagi demi keseragaman yang rutin dari tahun ke tahun.
Hal itu ditegaskan Uskup, terinspirasi dari bacaan Injil dalam perayaan ini, di mana pada zaman Yesus orang suka keseragaman. Misalnya kalau berpusasa, semua seragam mau berpuasa, orang melakukannya hanya supaya seragam dengan yang lainnya.
“Yesus sendiri tidak menentang puasa, tapi Yesus tidak mau berpuasa demi keseragaman. Yesus mengatakan akan tiba waktunya Dia dan para MuridNya akan berpuasa,” kata Uskup mengutip kata-kata Yesus dalam Injil hari itu.
Menurut Uskup San, berpuasa demi keseragaman itu mengaburkan nilai keagamaan dari puasa tersebut. Puasa adalah tanda tobat dan mohon pengampunan dari Tuhan yang Maha baik. Puasa juga adalah masa penantian Tuhan. Yesus sendiri berpuasa untuk membangun hubungan yang akrab dengan BapaNya. Yesus tidak berpuasa demi keseragaman.
Menyinggung soal Sidang Pleno DPK 2024, Uskup mengungkapkan bahwa dalam sidang ini hanya akan fokus pada penyusunan program kerja 2024, sebab evaluasi dengan sendirinya telah terlaksana dalam FGD di setiap KBG maupun dalam Pra Sinode Paroki dan Dekenat dalam rangka Sinode V Keuskupan Denpasar.
Sidang pleno 2024, kata Uskup, akan mendalami tema tahun pertama (tahun 2024) hasil Sinode V yaitu “Bangkit dan Bergerak Bersama Mewujudkan Gereja Sinodal melalui Kepemimpin Partisipatif dan Transformatif.”
“Kita lakasanakan sidang ini bukan untuk keseragama atau sekedar rutinitas setiap tahun, tapi bagaimana kita menghayati dan mendalami kepemimpinan pastoral yang partisipatif dan transformatif demi terwujudnya Gereja Sinodal. Maka, sidang ini bukan sekedar kebiasaan, tapi kegiatan penting agar kita memiliki pemahaman yang sama dan baik tentang tema kepemimpinan partisipatif dan transformatif sehingga dapat diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan pastoral sepanjang 2024 ini,” ungkap Mgr. San.
Usai misa dilanjutkan dengan foto bersama dengan latar belakang altar kapela Keuskupan Denpasar, lalu peserta rehat sejenak untuk makan malam.
Usai santapan bersama kegiatan dilanjutkan dengan sambutan tunggal dari Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar RD. Herman Yoseph Babey. Lalu ada pengarahan dari Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, diteruskan dengan penjelasan rencana program umum Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar, yang kembali disampaikan oleh Direktur Puspas.
Dalam sambutannya, Direktur Puspas kembali mengingatkan bahwa sidang pleno tahun pertama pasca Sinode V akan membahas tema Kepemimpinan Pastoral yang Partisipatif dan Transformatif.
Romo Babey, mengatakan bahwa menghayati dan mengimplementasikan kepemimpinan dalam karya pastoral yang akan dibangun tahun 2024, tidak hanya mendorong partisipasi umat tetapi dibalik itu harus ada suatu transformasi yang harus dicapai dalam mewujudkan Gereja Sinodal.
“Mari kita bangkit dan bergerak bersama untuk bisa saling menguatkan, saling dukung sehingga menghasilkan program pastoral yang membumi untuk umat. Kita diajak untuk sama-sama bangkit dan bergerak bersama, berbagi beban, membangun jaringan dan solidaritas,” pintanya.
Romo Babey juga mengingatkan agar dalam membuat kegiatan untuk menjawabi tema 2024 tidak hanya menyusun kata-kata indah, tetapi harus diimplementasikan dalam karya pastoral secara nyata menuju terwujudnya kepemimpinann yang partisipatif dan transformatif.
Sementara itu, Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, dalam pengarahannya menegaskan beberapa poin penting, antara lain tentang tema tahunan yang telah direvisi seperlunya oleh Uskup bersama Tim Puspas dan telah disetujui oleh Tim Perumus dan Panitia Pengarah.
Menurut Uskup, rumusannya tidak mengubah substansi yang telah dihasilkan oleh Sinode V, tetapi ada beberapa tambahan rumusan agar lebih operasional dan mudah diterjemahkan dalam bentuk kegiatan.
Uskup juga mengatakan bahwa Fungsionari Pastoral pada semua tingkatan akan memulai mengimplementasikan hasil Sinode V dan ini adalah tahun pertama dengan tema: Bangkit dan Bergerak Bersama Mewujudkan Gereja Sinodal Melalui Kepemimpinan Partisipatif dan Transformatif.
Dalam kesempatan ini, Uskup San juga menyampaikan tentang hasil Sidang KWI pada November 2023 lalu, di antaranya adanya Tema dan Pesan Natal yang dibuat bersama KWI dan PGI. Dalam sidang kali ini, KWI juga mengeluarkan Pesan KWI yang berjudul: Berjalan Bersama Menuju Indonesia Damai. Salah satu refleksi yang ditegaskan dalam pesan itu bahwa saat ini kualitas demokrasi Indonesia sedang menurun.
Dalam arahannya Uskup juga menyampaikan tentang HUT KWI ke 100. Menyambut 100 tahun KWI akan dilaksanakan aneka kegiatan yang mulai sejak pembukaan 100 tahun KWI dalam perayaam Ekaristi di Katedral Jakarta saat penutupan Sidang KWI, November 2023 yang dipimpin oleh Nuntius (Dubes Vatikan untuk Indonesia) dan berpuncak pada November 2024. Setiap Keuskupan wajib merayakan 100 tahun KWI dengan menggelar salah satu kegiatan bulanan yang ditawarkan KWI.
Dari sidang KWI, Uskup juga menyampaikan beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu perlindungan kepada anak-anak dan pemberdayaan perempuan, perhatian kepada kaum muda, perhatian pada lingkungan hidup dengan mengimplementasikan Ensiklik Paus Fransiskus tentang Laudato Si dan Laudato Deum.
Uskup juga menyampaikan tentang pembangunan Catolic Centre di atas tanah bekas keuskupan lama di jalan Rambutan. Jika tidak ada hambatan berarti, menurut Uskup, tempat itu sudah dapat digunakan pada Sidang Pleno DPK November 2024.
Setelah pengarahan Uskup, Direktur Puspas kemudian mempresntasikan tentang beberapa tawaran kegiatan bulanan dalam rangka 100 Tahun KWI yang patut diperhatikan dan dilaksanakan di setiap keuskupan.
Romo Babey kemudian mempresentasikan tentang tema umum karya pastoral 2024 dengan beberapa pendasaran dan memberikan beberapa catatan penting untuk diperhatikan dan menjadi inspirasi untuk Dekenat maupun Bidang dan Komisi di Puspas dalam penyusunan program kerja 2024.
Beberapa oleh-oleh dari Sidang KWI maupun menyambut 100 tahun KWI juga dapat menjadi inspirasi untuk menjadi program di tingkat Gereja Lokal Keuskupan Denpasar. ***
