Safari Aksi Panggilan Komisi Panggilan dan Seminari Sasar SMP Tegaljaya
BADUNG– Komisi Panggilan dan Seminari Keuskupan Denpasar melanjutkan safari keliling ke sekolah-sekolah Katolik yang ada di Keuskupan Denpasar dalam rangka aski panggilan. Kegiatan ini bertujuan untuk menabur benih panggilan kepada anak-anak sejak dini.
Sasaran kunjungan kali ini adalah SMP Tegaljaya, sebuah sekolah Katolik di bawah naungan Yayasan Kolese St. Yusup. Tercatat, ini merupakan aksi kedua tahun 2025, karena sebelumnya pada 20 Pebruari 2025, giat yang sama dilaksanakan di SDK St. Yusup, Tegaljaya (masih satu yayasan dengan SMP Tegaljaya).
Seperti biasa, Komisi Panggilan dan Seminari menggandeng Ikatan Biarawati Keuskupan Denpasar (IBKD) dan dalam aksi ini dihadiri beberapa utusan biara suster sebagai narasumber antara lain Oss.S, Op, SCSC dan CIJ. Narasumber lain dari Seminari Menengah Roh Kudus Tuka dan Kongregasi Imam CDD.
Sementara Komisi Panggilan dan Seminari yang hadir dalam aksi itu adalah Ketua Komisi RD. Antonius I Gede Ekadana Putra dan Sekretarisnya Sr. Katharin Oematan, RVM.
Aksi yang diisi dengan bincang-bincang seru tentang panggilan itu, dilaksanakan pada Senin, 3 Maret 2025, di sekolah yang beralamat di Jalan Kunyit Tawah Sari I no. 1 Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.
Kepala Sekolah SMP Tegaljaya Damiana Purwaningsih, S.Pd, berharap agar dengan kehadiran para Romo, Suster dan Frater dan Seminaris secara dekat disertai sharing dan bincang-bincang dengan anak-anak dapat menggugah hati anak-anak untuk membuka diri mereka mendengar dan sadar jika ada panggilan lembut dari Tuhan bagi mereka untuk menjadi imam, biarawan biarawati maupun panggilan lain untuk pelayanan Gereja dan masyarakat.
Ibu Damiana juga memiliki kesan tersendiri dengan acara tersebut. “Selama saya bertugas sebagai Kepala Sekolah di Malang, Bekasi dan sekarang di Bali, ini yang pertama kali saya mengalami ada kunjungan khusus dari para romo, suster, frater dan seminaris untuk ngobrol atau bincang-bincang langsung dengan anak-anak tentang panggilan hidup membiara,” katanya.
Ketua Komisi Panggilan dan Seminari yang akrab disapa Rm. Tony, menjelaskan tentang tujuan kunjungan dan aksi penggilan itu. “Kami hadir untuk menabur benih-benih panggilan dengan sharing-sharing tentang panggilan hidup yang kami jalani, semoga dapat menggugah hati anak-anak, tertanam dalam diri anak-anak dan kami percaya Tuhan yang akan memberi pertumbuhan,” ungkap Rm. Tony.
Dalam giat panggilan di sekolah tersebut anak-anak sangat antusias. Mereka cukup aktif ingin tahu lebih dalam tentang panggilan khusus dengan memanfaatkan secara penuh sesi bincang-bincang seru untuk bertanya kepada para romo dan suster yang hadir.
Adapun hal-hal menarik yang ditanyakan dan sangat menyentuh bahwa mereka juga ingin tahu kira-kira apa konsekwensinya menjadi imam, biarawan/biarawati atau masuk seminari. Ditanyakan juga bagaimana caranya mengatasi tantangan khususnya dari semua kenikmatan dunia saat ini.
Menjawab pertanyaan kritis dan aktual dari anak-anak tersebut, para narasumber yang hadir, dimulai dari Rm. Tony, Suster Adel SCSC, Frater Bernad dan Seminaris Leon, menjawab dengan mengatakan bahwa konsekwensinya menjalani hidup seperti ini adalah siap meninggalkan rumah keluarga dan semua yang menarik di dunia ini, harus bisa terbuka dengan komunitas sebagai keluarga, siap hidup dan melayani orang lain, dan memberikan diri dalam pelayanan kepada sesama melalui Gereja.
Kemudian, hal yang paling penting dilakukan dalam menghadapi tantangan akan kenikmatan dunia adalah berdoa dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan percaya pada Penyelenggaraan Ilahi-Nya.
Terungkap juga hal yang sedikit lucu tetapi menggugah rasa penasaran mereka tentang hidup sebagai imam dan biarawan/biarawati, dengan perntanyaan jika para romo dan biarawan/biarawati sudah tua dan sudah pensiun nanti tinggal dimana? Apakah dipulangkan kembali ke keluarga, atau ada tempat khusus yang dapat menampung para romo biarwan/biarawati? Jika ada, siapa yang akan mengurusnya?
Atas pertanyaan itu, sambil tertawa para romo dan suster menjawabnya dengan diwakilkan kepada RP. Klement, CDD. Romo Klement mengatakan “Kami punya tempat yang dapat kami tempati ketika kami sudah tua atau pensiun dan di sana kami akan dirawat oleh karyawan/karyawati. Tetapi untuk saya, saya memilih sendiri untuk tinggal dan berada di rumah CDD. Saya akan menjalankan masa pensiun di Komunitas Emaus Sawiran di bawah kaki Gunung Bromo dan tentunya akan diurus oleh konfrater CDD.
Sementara dari Komisi Panggilan dan Seminari mengatakan, mengenai para imam yang sudah pensiun atau sudah tua, dan tidak berkarya lagi, terserah dari pribadi romo, pilihan mau ke keluarga atau tempat dimana dia suka. Konsekwensinya jika dia kembali ke keluarga artinya biaya hidupnya diatur sendiri. Umumnya, Serikat atau Diocesan tetap menyediakan tempat untuk romo-romo jompo atau yang sudah tua dan pensiun.
Suster Lidwina, OP, menambahkan bahwa di Indonesia biaranya belum punya rumah jompo tetapi biasanya para suster yang sudah tua akan tetap berada di biara. Rumah jompo biara ini hanya ada di Italia dan di sana para suster biara OP sendiri yang akan mengurus.
Jawaban senada disampaikan oleh Sr. Marcella, O.Ss.S. Para suster dari Biara O.Ss.S akan tetap di biara dan tidak dikembalikan pada keluarga. Kongregasi ini juga memiliki rumah jompo di Italia dan mereka yang sudah pensiun akan diurus sendiri oleh suster-susternya.
Pertanyaan lain yang muncul dalam aksi itu antara lain menggali pengalaman yang paling berkesan dan paling sulit ketika menjadi seorang Seminaris. Ada juga yang bertanya apakah ada kesempatan bagi para romo biarawan/biarawati untuk berlibur atau mengunjungi keluarga.
Setiap pertanyaan itu dijawab dengan baik oleh Seminaris maupun narasumber lainnya dan untuk liburan tentu saja diberikan kesempatan.
Sesuai dengan namanya, acaranya bincang-bincang seru, aksi panggilan itu memang suasananya seru dan tentu sangat diapresiasi oleh Komisi Panggilan dan Seminari karena ternyata cukup banyak pertanyaan seru juga yang dilontarkan para siswa dan siswi sekolah itu.*
Sumber Data dan Foto: Sr. Katharina, RVM
Editor: Hiro/KomsosKD