XXVII
Senja ini Dayu kembali duduk di teras lantai dua.Segelas kopi arabika menemaninya. Tante Ririn selalu sigap membuatkannya segelas kopi saat diminta. Biasanya diiringi dengan komenter seperti biasa.Dayu merindukan Maria.Juga semakin merindukan Agas.
Dayu sudah tak sabar menantikan kehadiran kembali Agas di rumah yang dibeli dengan hasil keringat mereka berdua. Rumah yang penuh dengan kenangan manis.
“ Pasti kangen lagi mas Agas ya.”
“ Sungguh kangen tante.Aku ingin sebelum bulan September datang mas Agas sudah ada di rumah ini.”
“ Apakah engkau yakin mas Agas akan kembali setelah ia dibebaskan dari penjara?” Tanya tante Ririn.
“ Sangat yakin tante.Ia akan kembali ke pelukanku dengan segala kelemahannya.”
“ Menerima kelemahannya juga?”
“ Tentu saja tante.Tak ada seorangpun manusia yang sempurna.Aku tidak menikah dengan laki-laki yang sempurna.”
“ Pilihan hidup dan imanmu sangat tepat Dayu.Engkau telah dibentuk oleh imanmu menjadi perempuan tegar hati.Perempuan penuh maaf.”
“ Terima kasih tante.”
Dayu tahu hari-harinya menuju tanggal di mana Maria menerima busana biarawati akan penuh kerinduan. Rindu untuk menyaksikan Maria menerima busana biara disaksikan oleh ayahnya. Menyaksikan Maria memeluk Agas lalu berbisik, ayah aku mencintaimu.Aku memaafkanmu. Rindu bertiga berpelukan untuk saling memaafkan dan saling mengampuni. Lalu bertiga membuang semua rasa sakit hati karena peristiwa hidup yang tak pernah diinginkan.
Sebab kitab suci Efesus 4:31-32 telah mengatakannya; Buanglah semua rasa sakit hati, dendam,dan kemarahan dari hidupmu. Jangan bertengkar dan saling menghina. Berhentilah melakukan segala macam kejahatan.Tetapi hendaklah kamu selalu baik hati dan saling mengasihi satu sama lain. Dan saling memaafkan kesalahan antara satu dengan yang lain seperti Allah sudah mengampuni kamu karena bersatu dengan Kristus.
Tante Ririn berkata benar. Pilihan hidup dan iman Dayu sangat tepat. Sebab ketika Dayu semakin berusaha mengenal Dia yang ia imani maka semakin melekatlah hidup pada-Nya.
Godaan dan tawaran keindahan dengan taruhan Dayu harus mengkhianati iman telah dikalahkan.Kesetiaan dan hidup penuh maaf mengantarnya pada posisi tetap setia berdiri di bawah kaki salib-Nya.
“ Tante kagum padamu Dayu.”
Suara tante Ririn terdengar sangat lembut.
“ Jangan terlalu memujiku tante.Nanti aku jadi besar kepala.Menjadi sombong dalam beriman.”
“Tante bicara kenyataan.Imanmu telah mengubahmu menjadi perempuan menawan. Perempuan kuat dan penuh maaf.”
Dayu tahu yang dikatakan tante Ririn adalah nyata dirasakannya.Sebab setelah beriman pada Yesus Dayu merasa memaafkan orang yang bersalah adalah kewajiban yang harus ia lakukan.
“ Hal luar biasa yang engkau bisa lakukan adalah memaafkan.Terutama kepada orang yang berbuat salah padamu. Hal itu jarang bisa dilakukan seseorang. Tetapi kau bisa melakukannya.”
“ Mungkin karena aku sangat mencintai mas Agas.”
“ Tante sungguh memahamimu.Engkau telah benar-benar menyatu dengan imanmu.Kitab suci yang engkau baca memberimu inspirasi hidup yang menumbuhkan imanmu.”
Dayu terpesona dengan ayat Injil Lukas 17:3-4; Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal,ampunilah dia.Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata:Aku menyesal,engkau harus mengampuni dia.
Dayu sadar, sia-sia segala doa yang ia panjatkan jika tidak dapat mengampuni.Injil Markus 11:25 telah menegaskannya.Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.
Sejenak Dayu kembali mengenang perjalanan perkawinannya. Telah dua belas tahun perjalanan perkawian tanpa kehadiran Agas. Berbagai tantangan telah ia hadapi. Sepuluh tahun Dayu tak mengetahui dimana keberadaan Agas. Dayu hanya tahu dia di Cannbera Australia. Sepuluh tahun itu tak ada kabar berita.Dua tahun terakhir sejak mendapat kepastian dari pak Gunadi bahwa Agas ada dalam penjara dan akan bebas dua tahun lagi Dayu menunggu kepulangannya. Kini sudah dua tahun berlalu.
Seharusnya Agas sudah bebas dari penjara. Seharusnya Agas telah kembali ke Bali dan berkumpul dengan istri di rumah Penatih Dangin Puri.Sore ini hati Dayu terasa gundah.Setelah pulang kerja Dayu menenangkan pikiran dengan duduk di beranda rumah di lantai dua.Tempat yang selalu ia singgah setiap saat jika rindu pada Agas memuncak.
Tiba-tiba handponnya berdering.Dayu melihat nama penelpon di layar handpon.Jika nomor lama pasti ada nama.Jika nomor baru maka yang tampak cuma nomornya saja.Telpon yang masuk ke handponnya nomor baru. Hatinya bertanya-tanya telpon dari siapa.
“ Maaf, ini dengan siapa?”
“ Mama, ini aku Maria.”
Dayu melonjak kegirangan.Hampir dua tahun Dayu menunggu telpon dari Maria.Waktu mau berangkat ke Jogyakarta dua tahun lalu telah berpesan tak akan menelpon kalau tidak penting. Berarti telponnya sore ini penting.
“ Mama,mengapa diam saja?” Suara Maria penuh nada tanya.
“ Mama terlalu gembira sayang. Saking gembira mama tertegun.”
“ Mama sehat-sehat?”
“ Sehat dong sayang.”
“ Syukurlah mama. Maria juga sehat. Maria mau menyampaikan tanggal 8 September Maria menerima busana biarawati.”
“ Syukurlah sayang.Hari itu bertepatan dengan pesta kelahiran Santa Perawan Maria. Juga bertepatan dengan hari kelahiranmu.Dan persis bertepatan dengan hari pernikahan bapa dan mama.”
“ Jadi bisa rayakan sekaligus ya mama.?”
“ Tentu bukan kebetulan.”
“ Apa kabar ayah dari Australia?”
“ Belum ada kabar sayang.”
“ Berdoa ya mama.Biar ayah segera kembali.Aku merasa kebahagiaanku akan lengkap kalau ayah hadir dalam momentum penerimaan busana kerohanianku.”
“ Ayah pasti kembali.”
“ Sudah ya mama.Sampai jumpa tanggal 8 September.”
Dayu melirik kalender.Hari ini tanggal 28 Agustus.Dalam penanggalan liturgi katolik adalah hari peringatan kelahiran Santo Agustinus yang sekaligus juga hari kelahiran Agas.
Dayu tenggelam dalam lamunan.Tanggal 8 September bertepatan dengan hari raya kelahiran Santa Perawan Maria putrinya Maria akan menentukan arah jalan hidup yang akan ditujunya.Memulai panggilan sebagai biarawati.Tepat di ulang tahunnya yang ke duapuluh empat.Tanggal 8 September juga Dayu dan Agas mengikrarkan sumpah setia dalam liturgi sakramen perkawinan.
Dayu yakin semua peristiwa hidup yang dialami tidak kebetulan.Tuhan selalu hadir dalam seluruh peristiwa hidupnya.Menikah tanggal 8 September. Maria lahir tanggal 8 September. Maria akan menerima busana biarawati juga tanggal 8 September.
Jika Agas hadir pada peristiwa besar tanggal 8 September maka Tuhan merencanakan secara sempurna pengalaman hidup untuk Dayu secara luar biasa. Dayu teringat ayat kitab suci. Roma 8:28 menulis; Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Dayu ingat yang dikatakan Ulangan 5:32; Anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan akan diserahkan kepada bangsa lain,sedang engkau melihatnya dengan matamu sendiri, dan sehari-harian engkau rindu kepada mereka, dengan tidak dapat berbuat apa-apa. Tapi Dayu benar-benar rindu kepada Agas. Rindu kepada Maria putrinya.
Dayu ingat beberapa hari lalu bertemu dengan Siska teman kelas waktu SMA. Mereka bicara tentang Maria yang akan menerima busana biarawati. Siska seolah mengorek isi hari Dayu.
“ Dayu, engkau tulus merelakan Maria mengikuti panggilannya sebagai biarawati”
“ Sebagai ibu aku tidak rela. Tetapi sebagai murid Yesus aku tak berdaya. Bagiku kalau Tuhan berkehendak, aku tak akan melawan.”
“Anakmu cuma satu-satunya. Bagaimana perasaanmu merelakan anak semata wayang untuk hidup membiara?”
“ Panggilan Tuhan tak terselami. Dia tahu apa yang terbaik untuk Maria.”
“ Maria akan hidup terpisah darimu. Bahkan seumur hidupnya.”
“ Aku tahu kami akan berpisah secara ragawi. Tetapi kami akan tetap dekat karena dipersatukan oleh iman.”
Siska menatap Dayu. Ia tahu Dayu tulus membiarkan Maria menjawab panggilan hidupnya. Siska sadar sebagai orang tua katolik wajib mengarahkan anak-anak untuk menyerahkan diri bagi karya kerasulan dalam gereja. Siska tahu bahwa sebagai orang tua katolik dirinya juga wajib mengarahkan anak-anaknya untuk memilih jalan panggilan khusus hidup membiara. Namun Siska justru tak mampu melakukannya.
Dayu sadar hidup membiara merupakan bagian dari hidup bakti dalam Gereja Katolik. Hidup yang dikhususkan dan disucikan untuk mengikuti Yesus Kristus secara total. Panggilan hidup membiara merupakan corak hidup yang menghidupkan nasihat injili.
Dayu sangat yakin pilihan Maria tidak salah. Maria telah memilih jalan hidup yang akan ditempuhnya dengan sangat sempurna. Apa yang akan terjadi dalam perjalanannya Dayu menyerahkan pada kehendak Tuhan.
Yoh 15:16 menegaskan; Bukan kamu yg memilih Aku, tetapi Akulah yg memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu. ***bersambung