CERBUNG ROHANI

LAYANG-LAYANG DI KAKI SALIB

EPISODE TIGA PULUH (TAMAT)

XXX

Tanggal 8 September yang dinantikan akhirnya tiba juga. Dayu dan Agas melangkah memasuki halaman sebuah biara di kota Yogyakarta.Dayu merasa biara ini sangat asing meskipun ia pernah selama lima tahun mengenyam pendidikan di kota ini.

Dayu merasa belum pernah memijakkan telapak kaki di halaman biara ini.Wajar jika Dayu merasa biara ini asing.Sebab saat kuliah di Yogyakarta Dayu belum mengenal Yesus.

Waktu itu Dayu belum menyatukan diri dalam Gereja yang satu, kudus,katolik dan apostolik melalui sakramen permandian.Karena itu Dayu agak kikuk di tempat yang masih baru baginya.

Agas pun terlihat kaku memasuki halaman biara tersebut.Pada hal ia katolik dari sejak lahir dan telah mengenal seluk beluk kehidupan menggereja termasuk seluk beluk biara. Apa lagi Agas pernah mengenyam pendidikan dan pembinaan di seminari menengah dan seminari tinggi.

Dayu heran dengan sikap kikuk Agas.Tapi Dayu berusaha menggenggam tangannya agar mereka seirama mengayunkan langkah memasuki gerbang biara yang sudah terbuka.
“ Hatiku sangat gelisah.Sangat gelisah dik.”
Suara Agas terdengar seperti sarat dengan beban.
“Mengapa gelisah mas? Bukankah hari ini momentum terpenting buatmu bertemu dengan putrimu Maria?”
“ Justru karena itulah aku gelisah.”
“ Tak seharusnya engkau gelisah mas.”
“ Entahlah dik Dayu.Aku sulit untuk berdamai dengan diri sendiri.”

Dayu menatap wajah Agas.Tampak ia agak pucat.Mungkin karena penerbangan dari Denpasar ke Yogyakarta cukup melelahkan.Tapi Dayu yakin bukan itu penyebabnya Agas begitu gelisah.
“Aku gelisah.Apakah Maria akan menerimaku dengan sukacita? Atau justru sebaliknya ia menganggap aku ayah yang berkhianat.”
“ Jangan berpikir negatif terhadap anakmu sendiri. Sesaat lagi Maria akan menyandang sapaan suster.Sudah pasti kepribadiannya dan hidup rohaninya telah terbentuk selama masa pembinaan.”
“ Aku merasa tak layak sebagai ayahnya.Aku tinggalkan dia di usia yang sangat muda. Kini aku bertemu dengannya setelah dewasa dan ia telah menentukan masa depan dirinya sendiri.”
“ Maria pantas menjadi kebanggaanmu mas Agas.”
“ Ya, pasti.Aku tahu hal itu.Tapi sebagai ayah aku merasa tak pantas di hadapan Maria.”
“ Dia anakmu mas Agas.Dia akan memaafkanmu.”

Sejenak mereka berdiri di teras biara sebelum melangkah masuk ke ruang tunggu.Agas masih kelihatan gelisah.Dayu menggenggam tangannya.Menatap wajahnya.
“Masih ingat ayat mazmur yang mas Agas pernah ucapkan saat aku begitu takut menghadapi kelahiran duapuluh empat tahun silam?”
“ Aku sudah tak mengingatnya lagi dik.”
“ Mas Agas pernah daraskan ayat mazmur itu padaku.”
“ Daraskan lagi sekarang ini.”
“ Waktu itu mas Agas daraskan mazmur 55:23”
“ Ya,aku ingat sekarang. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,sebab Ia yang memelihara kamu.”
“ Lakukan sesuai pesan mazmur itu mas Agas. Serahkan semua kekuatiranmu kepada Tuhan.”

Dayu melihat Agas berangsur tenang.Dayu mengatakan padanya dalam segala situasi yang dihadapi maka langkah paling tepat dilakukan adalah menyerahkan segala hal itu kepada Tuhan.
“ Serahkan hidup ini kepada Tuhan seperti dikatakan Mazmur 37:5-6.Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.”
“ Engkau benar dik Dayu.Ayat Mazmur ini yang menguatkan diriku selama duabelas tahun mendekam di penjara.Selama di penjara bacaanku setiap hari adalah kitab suci.”
“ Ya, aku tahu itu dari pak Gunadi.Ia mengatakan hari-hari hidup kalian berdua tak jauh dari kitab suci.”
“ Melalui kitab suci aku menemukan kekuatan.Menimba kekuatan melalui doa dan permohonan seperti tertulis dalam Filipi 4:6-7.Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.Damai sejahtera Allah,yang melampaui segala akal,akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
“ Mas Agas pasti sangat yakin bahwa Allah memberi kita roh yang membangkitkan dan bukan roh ketakutan.2 Timotius 1:7 mengatakan: Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,melainkan roh yang membangkitkan kekuatan,kasih dan ketertiban.”

Dayu dan Agas melangkah masuk ke ruang tunggu biara.Nuansa kerohanian segera dirasakan.Ruang tamu yang ditata dengan beberapa pot bunga anggrek. Pada dinding tergantung pigura gambar kudus dan foto para santo dan santa.

Tak berapa lama ruang tamu itu menjadi ramai. Para orang tua dari calon suster yang akan menerima busana biarawati mulai berdatangan.Wajah mereka tampak cerah.

Beberapa saat seorang laki-laki hitam manis dan seorang perempuan cantik memasuki pintu biara.Di ruang tunggu keduanya mengambil tempat duduk di hadapan Dayu dan Agas.

Dayu melihat laki-laki itu tersentak saat berpagut pandang dengan Agas.Demikian juga Agas seolah merasakan hal yang sama.
“ Kalau saya tidak salah,Anda dulu frater Agas?” Tanya laki-laki itu.
“ Betul.Anda mengenal saya?”
“ Anda lupa siapa saya?” Tanya laki-laki itu lagi.
“ Maaf, aku lupa.”
“ Kita teman satu angkatan di Tahun Orientasi Rohani Ritapiret. Menjelang penerimaan jubah aku mengundurkan diri.”
“ Dulu frater Marco?”
“ Benar sekali.”

Keduanya serentak berdiri.Mereka berpelukan.Pak Marco lalu memperkenalkan istrinya kepada Agas dan Dayu. Ia menikah dengan Maria Bekti,gadis dari Wonosari Gunung Kidul. Anak sulungnya perempuan bernama Veronika yang memilih jalan panggilan sebagai biarawati. Pagi ini juga akan menerima busana biarawati.

Agas memperkenalkan Dayu kepada mereka. Juga menyampaikan kepada pak Marco dan istri perihal Maria anak semata wayang mereka yang akan menerima busana biarawati.
“ Tuhan punya cara untuk memanggil setiap orang bekerja di ladang anggur-Nya.Kita orang tuanya gagal di tengah perjalanan menjawab panggilan, Dia memanggil anak-anak kita.” Ujar pak Marco.
“ Panggilan Tuhan itu misteri.Bagi Tuhan tak ada yang mustahil.”

Tiba-tiba pintu masuk ke halaman dalam biara itu dibuka oleh seorang suster.Lalu suster itu memperkenalkan dirinya sebagai Suster Marieta. Ia mengatakan anak-anak akan menjemput orangtua masuk ke dalam halaman dalam biara dan terus ke kapela tempat akan dilaksanakan upacara penerimaan busana.

Tak berapa lama satu persatu para calon suster itu keluar. Mereka memeluk kedua orang tuanya. Di barisan terakhir Dayu melihat Maria. Dengan wajah ceria Maria mendekat Agas. Kedua tangannya direntangkan memeluk ayahnya.Namun Agas sujud hendak mencium kaki Maria.
“ Jangan lakukan itu ayah.”
“ Biarkan ayah melakukannya.Ayah berdosa padamu nak.”
“ Tidak seharusnya ayah lakukan itu.”

Maria membantu ayahnya berdiri.Agas tak mampu membendung air mata.Ia memeluk anaknya.Maria membenamkan kepala di dada ayahnya.Mereka bertangisan.Dayu menitikkan air mata haru.
“ Maafkan ayahmu ya sayang.”
“ Maria sudah memaafkan ayah dari dulu.Ayah tidak melakukan kesalahan.Justru aku bangga ayah bertanggung jawab atas perbuatan.Meski mungkin belum tentu ayah bersalah.”
“ Terima kasih.Beberapa hari ini ayah gelisah.Hari ini aku tahu anakku mengampuniku.”
“ Aku mencintai ayah.”

Keduanya kembali berpelukan. Lalu Maria mengapit tangan Dayu dan tangan Agas.Mereka melangkah ke ruang dalam  biara.Maria mengantar ayah ibunya ke kapel. Setelah itu ia masuk kembali ke ruang di samping kapel itu.

Dayu melihat Agas yang kuat.Segala beban yang menindihnya seketika terhalau. Pelukan dan ciuman Maria menyembuhkan luka di hatinya. Luka itu dibuatnya sendiri.

Pagi ini luka perkawinan benar-benar disembuhkan.Dayu lalu menyodorkan handpon kepada Agas. Di handpon itu Dayu menyimpan sebuah wejangan bapa suci Fransiskus tentang keluarga.Agas lalu membaca.

Tidak ada keluarga yang sempurna.Kita tidak punya orang tua yang sempurna; Diri kita sendiri tidak sempurna; Kita tidak menikah dengan orang yang sempurna;kita juga tidak memiliki anak yang sempurna.Kita memiliki keluhan tentang satu sama lain;Kita kecewa dengan satu sama lain.

Oleh karena itu,tidak ada pernikahan yang sehat, atau keluarga yang sehat tanpa pengampunan.Pengampunan penting untuk kesehatan emosional kita dan kelangsungan hidup spiritual.Tanpa pengampunan keluarga menjadi sebuah teater konflik dan benteng keluhan.Tanpa pengampunan keluarga menjadi sakit.

Pengampunan adalah sterilisasi jiwa,penjernihan pikiran dan pembebasan hati.Siapa-pun yang tidak memaafkan tidak memiliki ketenangan jiwa dan persekutuan dengan Allah.Rasa sakit adalah racun yang meracuni dan membunuh.

Mempertahankan luka hati adalah tindakan merusak diri sendiri. Orang yang tidak memaafkan, menderita secara fisik, emosional dan spiritual.

Itulah sebabnya keluarga harus menjadi tempat kehidupan dan bukan tempat kematian; sebuah tempat penyembuhan bukan tempat penuh dengan penyakit;sebuah panggung pengampunan dan bukan panggung penghakiman.

Pengampunan membawa sukacita sedangkan kesedihan membuat hati luka. Pengampunan membawa penyembuhan, sedangkan rasa sakit menyebabkan penyakit.

Agas menitikkan air mata. Ada sesal mendalam di hatinya. Mengapa ia harus menghadapi perkara yang akhirnya menjebloskan dirinya ke dalam penjara dan menodai kesucian perkawinannya dengan Dayu.
“ Aku penuh dosa.” Desah Agas.
“ Tuhan telah mengampunimu. Dia baik dan penuh maaf. Dia mencintaimu.” Dayu menatap suaminya dengan bola mata berlinang.

Dayu merasakan bahagia Tuhan menyempurnakan kembali bejana cinta yang retak.Tuhan mengubah kesepian menjadi kegembiraan.Tuhan mengubah kemalangan menjadi keuntungan. Sungguh merupakan suatu kebahagiaan baginya karena Tuhan telah menjawab semua doa dan permohonannya.

Doa-doa yang terus menerus dipanjatkan kepada Tuhan dengan pengantaraan bunda Maria kini berbuah. Buah yang sangat nikmat. Buah yang membangkitkan semangat Dayu untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Maha Cinta.

Buah rahmat yang memberikan harapan kepada mereka berdua untuk meneruskan hidup perkawinan sambil berdoa agar Maria setia dalam rangkulan cinta Yesus. Hidup saling mengasihi. 1 Korintus 13:4 mengatakan; Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Perjalanan hidup masih panjang. Dayu dan Agas akan terus melangkah. Melangkah dengan tekad untuk saling setia dan menjaga agar perkawinan mereka tidak lagi terluka.

Mereka yakin Tuhan bersama mereka. Yesaya 41:10 memberi jaminan. Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

Dua belas tahun Dayu seperti layang-layang di langit yang diterpa angin. Terombang-ambing. Bahkan nyaris jatuh terhempas. Tetapi Dayu adalah layang-layang yang kuat melawan gempuran dasyatnya tiupan angin karena benang imannya tetap terikat erat di kaki salib. Dayu merasakan dirinya adalah layang-layang di kaki salib. ***TAMAT

Show More

Agust G. Thuru

Lahir di Maghilewa Inerie Ngada Flores, NTT. Alumni STKIP Widya Yuwwana Madiun. Pimred Tabloid Mentik. Alamat: Jl. Hayam Wuruk Gg 181 No 4 Denpasar, HP/WA: 081337769252 - email: agusthuru@gmail.com.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!