
XIII
Pak Ibas kecewa pada Agas yang pergi meninggalkan Dayu dan Maria. Kepergian Agas dari kehidupan Dayu merusak hubungan Dayu dengan ayah dan keluarganya.Hubungan Dayu dengan keluarga menjadi tidak harmonis.
Tiga tahun setelah Agas hilang kontak dengan Dayu pak Ibas datang ke rumah Dayu di Penatih Dangin Puri.Ia meminta Dayu menikah lagi.
“ Kau masih muda. Masih ada laki-laki yang lebih baik dari Agas. Pikirkan baik-baik dan ambil keputusan menikah lagi.”
Kata-kata ayahnya membuat kepala Dayu seolah dihunjam sebilah pedang.Dayu menatap mata ayahnya.Dayu menangkap keseriusan ayahnya.
“ Itu tidak mungkin Dayu lakukan ayah.”
“ Mengapa tidak mungkin? Kau masih muda dan cantik. Banyak laki-laki yang mau menikahimu.”
“ Ya kalau Dayu mau.Tetapi yang ayah inginkan adalah hal yang tidak mungkin Dayu lakukan.”
“Kau harus bisa melakukan demi masa depanmu dan anakmu.Tak perlu kau harapkan Agas kembali padamu.”
“ Dayu menikah secara katolik.Dan pernikahan katolik itu seumur hidup tak terceraikan. Demi iman yang telah Dayu pilih sendiri Dayu akan setia terhadap janji perkawinan sampai aku mati.”
Pak Ibas tampak tak menyukai jawaban Dayu. Ia marah.Ia mengeluarkan kata-kata yang sangat menyayat hati Dayu.Tetapi Dayu harus kuat menghadapi situasi tak menyenangkan ini. Dayu harus bisa menjadi pemenang dalam pertarungan hati nurani.
“ Apa yang bisa kau harapkan dari laki-laki yang melarikan diri dan meninggalkan tanggung jawab?”
“ Dayu tahu mas Agas meninggalkan Dayu.Tetapi perkawinan kami tidak serta merta batal karena kepergian mas Agas.Tugas Dayu adalah berdoa tiada henti agar suatu saat mas Agas kembali.”
“ Kau benar-benar keras kepala.”
“ Bukan kepala Dayu yang keras tetapi iman Dayu yang tangguh.”
Jawaban Dayu membuat ayahnya benar-benar marah.Dari bibirnya mengalir kata-kata yang sama sekali tak diduga.Ayahnya mengatakan tak lagi mengakui Dayu sebagai anak. Tapi hati Dayu sudah teguh.
Dayu jujur pada ayahnya. Ia mengenal iman katolik karena menikah dengan Agas.Tetapi dalam perjalanan pergumulan iman Dayu benar-benar menemukan jalan damai dalam pribadi Yesus. Dayu merasakan damai setiap kali bersimpuh di kaki salib-Nya.
“ Maaf ayah.Dayu tak bisa melakukan apa yang ayah harapkan.Dayu tahu setelah mas Agas pergi tanpa kabar Dayu lelah menunggu.Dayu letih.Tetapi Dayu harus tetap setia menunggu.”
“ Menunggu sesuatu yang tidak pasti itu pekerjaan orang gila.”
“ Mungkin ayah benar.Tapi dalam kelelahan Dayu semakin diteguhkan.Firman-Nya dalam Matius 11:28; Marilah kepada-Ku,semua yang letih lesu dan berbeban berat,Aku akan memberikan kelegaan kepadamu,itu yang meneguhkanku.”
Pak Ibas pasti tak mengerti apa yang Dayu katakan. Tetapi Dayu harus mengatakan supaya ayahnya tahu ia punya prinsip hidup. Dan prinsip hidup itu bersumber dari kitab suci yang diimaninya.
“ Sudah Dayu, jangan bicara yang ayah tak mengerti.”
“ Dayu cuma ingin ayah mengerti jalan hidupku.”
Dayu semakin mengerti bahwa pernikahan katolik tak terceraikan.Sejak mengikuti kursus persiapan perkawinan Dayu merasa menemukan jalan terindah dalam perkawinan.Jalan indah itu adalah perkawinan katolik.Dayu harus jelaskan pada ayah sikap hidupnya itu.
“ Dayu begitu kagum dengan apa yang tertulis dalam Injil Matius 19:6; Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.”
“ Ayah heran pada jalan pikiranmu.Jaman ini cara pikirmu masih kolot saja.Mengapa kau setia pada janji perkawinan yang justru membuatmu menderita seumur hidup?”
Pak Ibas menatap Dayu dengan raut wajah marah.Tetapi bagi Dayu kekagumannya pada ayat Injil ini pasti sulit dipahami oleh ayahnya.Dayu paham karena ayahnya tak seiman dengannya. Ayahnya menilai dia terlalu idealis.
“ Mungkin kolot menurut ayah.Tapi tidak bagi Dayu. Kitab Suci telah mengajar Dayu untuk setia pada janji. Setia pada sumpah. Sebab perkawinan katolik adalah sumpah.”
“ Kau harus berpikir pakai logika.Mungkin Agas di sana sudah hidup bahagia dengan istri barunya.Sementara kau di sini menunggunya dalam ketakpastian.”
“ Ayah, aku akan tetap menunggu.Ini untuk kesetiaan perkawinan katolik.”
“ Kau akan menderita lahir batin seumur hidupmu.”
“ Justru sebaliknya ayah.Dayu bahagia.Dayu kuat dan Dayu bangga pada diri sendiri karena Dayu setia.”
“ Setia dalam kebodohanmu?”
“ Mungkin Dayu bodoh.Tapi soal prinsip apa lagi berkaitan dengan iman memang sulit dimengerti.”
“Terserah kau. Ayah ingin membantumu keluar dari kemelut perkawinanmu.”
“ Dayu tak pernah merasa ada dalam situasi kemelut.”
“ Engkau penuh dengan kepura-puraan.” Suara ayahnya tegas.
“ Yang Dayu lakukan adalah apa yang menurut kata hati Dayu benar. Dayu minta maaf jika cara berpikir Dayu ini bodoh dan membuat ayah kecewa.”
Lalu pak Ibas pergi meninggalkan Dayu. Di mata pak Ibas Dayu setia dalam kebodohan. Mungkin pak Ibas benar.Pak Ibas berpikir menurut dirinya sendiri. Ia juga berpikir dengan akal sehat.Berpikir pakai logika.
Pak Ibas berpikir kesetiaan mempertahankan perkawinan di mana salah satu pihak melakukan tindakan yang menyebabkan perkawinan terluka adalah kesetiaan yang bodoh.Sedangkan Dayu meyakini bahwa kesetiaannya ini akan membawa dirinya kepada mahkota kehidupan.Wahyu 2:10 mengatakan: Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari.Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Dayu merasakan setia pada janji perkawinan karena yakin perkawinan adalah perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan hidup.Dayu ingat betul kata-kata romo Subhaga saat memberikan kursus persiapan perkawinan sebelum menikah.
Romo Subhaga berulang kali tegaskan bahwa pernikahan adalah foedus. Perkawinan katolik adalah perjanjian yang dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan atau consortium seluruh hidup yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri atau bonum coniugum serta kelahiran dan pendidikan anak antara orang-orang yang dibaptis,oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen.Pernyataan ini tertulis dalam KHK Kan.1055-§1.Karena itu antara orang-orang yang dibaptis, tidak dapat ada kontrak perkawinan sah yang tidak dengan sendirinya sakramen.Pernyataan ini tertulis dalam KHK Kan.1055-§2.
Dayu sangat meyakini cintanya pada Agas bukan sebuah kontrak. Jika telah sampai pada batas waktu sesuai kontrak maka cinta bisa berbalik menjadi pengkhianatan. Cintanya pada Agas tulus. Bahkan sampai saat di mana ia pergi meninggalkan dirinya. Cintanya tak pernah berkurang.Tak pernah luntur.
Demikian juga kesetiaannya pada perkawinan katolik.Tak pernah berubah.Dayu tetap berpegang teguh pada firman Tuhan.Apa yang dipersatukan Allah tak boleh diceraikan oleh manusia kecuali kematian. Dayu tahu banyak orang yang tak mampu mengerti sikapnya.Tapi dirinya yang tahu tentang kata hatinya.Itulah yang membuat Dayu tetap setia sampai saat ini. Meski ayahnya mendorong untuk menikah lagi Dayu tetap tak goyah.
Dayu ingat yang dikatakan Wahyu 2:11; Siapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua. Dayu merasa banyak orang berusaha menggiringnya terperosok dalam jurang.Mereka tidak ikut merasakan apa yang selalu dirasakannya saat Agas tidak bersamanya. Namun ia berusaha untuk selalu menang dan tetap kokoh pada prinsip hidupnya.
Bagi Dayu sepanjang Agas belum diketahui hidup atau mati dia tetap suaminya. Dayu yakin akan kebenaran yang diucapkan Santo Hieronimus. Sepanjang suami masih hidup,meskipun ia berzinah atau terikat kepada berbagai kejahatan, jika istri meninggalkannya karena perbuatan jahatnya, suaminya itu tetaplah suaminya dan istri tidak dapat menikah dengan orang lain. Dayu ingat dirinya pernah membaca ajaran Tertullianus bahwa perkawinan yang diberkati Tuhan dapat menjadi perkawinan yang berhasil, meskipun menghadapi kesulitan dan tantangan, sebab perkawinan tersebut telah menerima dukungan rahmat ilahi. Pasangan itu mempunyai satu harapan, satu cara hidup.
Mereka adalah anak-anak dari satu Bapa, dan satu Tuhan. Mereka tak terpisahkan dalam jiwa dan raga, sebab mereka menjadi satu daging dan satu roh. Karena persatuan ini, maka seseorang tidak dapat menikah lagi selagi pasangan terdahulu masih hidup.***bersambung