Empat Pilar Dilakukan Selama Masa Prapaskah

DENPASAR- Hari ini Rabu (5/3/2025) Gereja Katolik sejagat merayakan Rabu Abu, masa dimulainya Retret Agung atau masa Prapaskah hingga 40 hari ke depan sampai Sabtu Suci (hari Minggu tidak dihitung karena sebagai hari raya).
Umat Katolik hari ini berbondong-bondong ke gereja untuk mengikuti perayaan Rabu Abu. Ciri khas perayaan ini adalah mengoleskan abu berbentuk salib di dahi setiap umat sebagai symbol pertobatan.
Di Kapela Keuskupan Denpasar, perayaan Rabu Abu dilaksanakan pukul 07.00. Banyak Umat yang hadir. Selain memadati ruang kapela, sebagian umat lainnya ada yang duduk di bagian luar bahkan sampai di lorong depan kapela juga penuh.
Misa dipimpin oleh Sekretaris/Ekonom Keuskupan RD. Agustinus Sugiyarto. Dalam homilinya, Romo Agus, demikian akrab disapa, mengungkapkan bahwa hari Rabu Abu menandakan dimulainya masa Retret Agung atau masa Prapaskah.
Dikatakan, masa ini menjadi masa di mana setiap umat Katolik siap membersihkan diri, kesempatan untuk bertobat, melakukan pantang dan puasa dan siap bangkit bersama Tuhan Yesus pada hari Paskah.
“Kita juga perlu bertanya pada diri sendiri, apa yang perlu saya ubah dari hidup saya,” ajaknya.
Menurut Romo Agus, ada empat pilar yang harus dilakukan selama Retret Agung.
Pertama adalah pertobatan. Dalam Bacaan pertama katanya, Tuhan mengajak untuk berbalik kepadaNya dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh. Tuhan meminta kita untuk mengoyakkan hati dan bukan pakaian (bdk. Yoel 2:12-18), artinya harus berani merasakan sakit karena meninggalkan kesenangan/kesukaan duniawi.
Lalu dalam bacaan kedua, katanya, Santo Paulus kepada Jemaat di Korintus mengajak untuk berdamai dengan Allah, berbalik kepadaNya dengan memohon ampun.
Pilar kedua yang harus dilakukan adalah Berdoa.
Dalam bacaan Injil sangat tegas mengingatkan bahwa doa itu bukan untuk dilihat atau dipuji orang seperti dilakukan orang munafik yang berdoa dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan di tikungan jalan raya supaya dilihat orang.
“Berdoa haruslah di tempat tersembunyi, sebab Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau,” imbuhnya.
Pilar ketiga adalah Berpuasa dan Pantang.
“Kita harus mampu mengendalikan diri kita dari kesenangan atau kesukaan kita, makan secukupnya, kita berpantang dengan meninggalkan makanan kesukaan kita yang sering kita nikmati. Berpantang bukan hanya soal makan dan minum tetapi juga meninggalkan kesukaan kesukaan maupun kebiasaan buruk kita. ” harapnya.
Pilar keempat adalah Berderma.
Pada masa ini, umat Katolik juga diajak dapat menyisihkan sedikit rezekinya untuk amal kasih atau karitatif.
“Kita bisa menyisihkan uang kita melalui APP. Uang untuk APP, mestinya dari uang yang kita sisihkan dari kebiasaan kita berbelanja untuk kesenangan kita. Dari uang itulah kita kumpulkan untuk APP yang manfaatnya untuk orang miskin atau yang membutuhkan dan bisa juga untuk karya pastoral,” jelasnya.
Menurut Romo Agus, perintah Tuhan sangat jelas agar dalam menjalankan puasa dan patang serta dalam memberikan sedekah (derma) supaya tidak seperti orang munafik yang ingin dilihat dan dipuji orang, maka perlu hati-hati.
“Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Demikian kata Yesus saat kotbah di bukit,” pungkas Pastor yang juga Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Denpasar ini. *
Hironimus Adil