LINTAS PAROKI

Rabu Abu, Sebuah Gerakan Unik Menukar Gelang Dilakukan Paroki Pecatu

PECATU – Ternyata tidak sedikit umat Katolik, terutama remaja dan kaum muda yang lebih suka memakai dan tertarik dengan gelang tertentu yang non rohani Katolik.

Atas kenyatan itu, sebuah gerakan simpatik dan unik dilakukan Paroki St. Silvester Pacatu, tepat pada perayaan Rabu Abu atau awal masa tobat umat Katolik menyongosong Paskah 2025, yaitu menggantikan gelang non rohani Katolik yang dikenakan umat dengan gelang Rosario yang telah disiapkan pastor dan pengurus dewan paroki itu.

Gerakan simpatik tersebut mendapat sambutan hangat dari umat dalam misa Rabu Abu (5/3/2025) di gereja paroki yang terletak di Kuta Selatan, Kabupaten Badung itu. Umat yang hadir ketika maju terima Abu, mereka dengan kesadaran sendiri menyerahkan gelang yang mereka pakai untuk diganti dengan gelang Rosario.

Gelang Rosario yang disiapkan Gereja

Gelang Rosario disedikan oleh gereja berjumlah 1.000 biji. Dari jumlah tersebut hanya tersisa sedikit dan sisanya langusung dibagikan untuk para misdinar dan petugas liturgi lainnya.

Gerakan penukaran gelang itu dilakukan setelah ada himbauan dari Pastor Paroki St. Silvester Pecatu RD. Alfons Kolo. Di sela-sela homilinya saat memimpin misa Rabu Abu, Rm. Alfons, demikian biasa disapa, menghimbau umat untuk lebih mencintai hal-hal atau benda-benda rohani Katolik karena itu juga menunjukkan identitas sebagai seorang yang beriman Katolik.

Oleh karena itu, Romo Alfons meminta umat yang masih memakai gelang tertentu yang bukan rohani Katolik untuk diserahkan kepada gereja dan diganti dengan gelang Rosario yang sudah disiapkan.

Aksi penukaran gelang

Menurut Pastor yang dikenal sebagai seorang youtuber aktif ini, aksi simpatik ini berangkat dari keprihatinan bahwa banyak umat Katolik terutama remaja dan kaum muda, justru memakai sesuatu yang bukan rohani Katolik, mereka malah tertarik dengan benda-benda seperti gelang yang identik dengan keyakinan tertentu.

“Gerakan ini untuk memotivasi umat agar lebih mencintai hal-hal atau benda-benda rohani Katolik. Kalau kita sungguh-sungguh beriman Katolik maka kita juga harus mencintai setiap simbol Katolik termasuk benda-benda rohaninya karena itu menunjukkan identitas iman sebagai seorang Katolik juga,” katanya.

Sejumlah gelang non rohani Katolik yang biasa dipakai secara sadar diserahkan kepada gereja dan ditukar dengan gelang Rosario

Latar belakang keprihatinan itu, kata Romo Alfons, berawal dari Forum Sinode V Keuskupan Denpasar akhir tahun 2023, juga disuarakan lebih kencang dalam Sidang Pleno Dewan Pastoral Keuskupan Denpasar akhir 2024.

Suara keprihatinan itu terkait dengan militansi iman umat yang kian merosot dan salah satu yang paling disorot adalah banyaknya umat terutama kaum muda dan remaja yang lebih suka dan tertarik dengan gelang-gelang non rohani Katolik daripada gelang Rosario.

“Hal ini mungkin tidak ada kaitan secara langsung dengan militansi iman, tetapi dari hal sederhana itu saja, sepertinya kita tidak bangga dengan milik kita sendiri, kurang bangga dengan benda-benda rohani Katolik yang sejatinya memiliki makna sebagai bentuk identitas kita,” kata Rm. Alfons.

Dipadati Umat

Misa Rabu Abu di Paroki Pecatu dilaporkan oleh Pastor Paroki sangat padat. Umat memiliki antusiasme yang tinggi untuk mengikuti perayaan Rabu Abu, sebagai hari pertama dari masa Prapaskah atau Retret Agung umat Katolik.

Umat memadati gereja saat misa Rabu Abu

“Misa Rabu Abu, di paroki kami dilaksanakan dua kali, pagi dan sore. Misa pagi dihadiri sekitar 1.500 umat dan misa sore lebih banyak lagi, lebih dari 3.000 orang, sehingga total bisa sampai 5.000 umat yang hadir,” ungkap Rm. Alfons.

Penukaran gelang terjadi dalam dua kali misa itu. Menurut Rm. Alfons, momentum Rabu Abu sangat tepat melakukan gerakan penukaran gelang tersebut, karena merupakan awal masa tobat yaitu kembali kepada Allah.

Antrian umat saat menerima Abu dari Pastor Paroki St. Silvester Pecatu RD. Alfons Kolo sekaigus menyerahkan gelang yang mereka pakai dan menggantinya dengan gelang Rosario

“Gerakan tukar gelang dengan gelang Rosario juga salah satu gerakan tobat, kembali ke ‘jalan’ yang benar sekaligus memupuk rasa bangga sebagai seorang Katolik dengan menggunakan aksesoris rohani Katolik,” tutup Rm. Alfons.*

Laproan: RD. Alfons Kolo
Editor: Hiro/KomsosKD

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!