LINTAS PERISTIWA

Bersama RD. Patris Allegro; Bagaimana Mempertanggungjawabkan Iman Katolik?

DENPASAR – Pastor yang dikenal dengan nama panggung Patris Allegro biasanya dengan mudah ditemukan lewat medsos Tiktok ataupun Youtube dengan penjelasannya yang lugas bahkan tegas menjawab setiap pertanyaan netizen seputar Gereja dan Iman Katolik.

Umat di Keuskupan Denpasar boleh bergembira karena imam yang dikenal sebagai Tiktoker dan Youtuber ini hadir di Denpasar. Kehadiran Romo Patris Allegro atas undangan Komisi Kitab Suci (Komkit) Keuskupan Denpasar sebagai narasumber tunggal seminar sehari dengan tema menarik dan aktual “MEMPERTANGGUNGJAWABKAN IMAN KATOLIK.”

Seminar dilaksanakan di dua tempat dan waktu terpisah. Hari pertama, Jumat (14/3/2025) untuk wilayah Dekenat Bali Tengah, bertempat di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kuta, lanjut hari berikutnya, Sabtu (15/3), di Catholic Centre untuk Dekenat Bali Timur.

Hari pertama, untuk utusan umat se-Dekenat Bali Tengah diawali dengan Jalan Salib dan Misa Kudus yang dipimpin oleh Deken Bali Tengah RD. Evensius Dewantoro, didamping Vikjen Keuskupan Denpasar RD. Herman Yoseph Babey dan Ketua Komisi Kitab Suci RD. Agustinus Maximus Soge.

Usai misa, dilanjutkan acara pembukaan yang diisi dengan sambutan Deken Bali Tengah dan Vikjen/Direktur Puspas RD. Herman Yoseph Babey, sekaligus membuka kegiatan.

Sementara untuk Dekenat Bali Timur, dalam acara pembukaan diisi dengan sapaan dari Deken Bali Timur RP. Laurensius Ketut Supryanto, SVD, dan dilanjutkan sambutan dan membuka kegiatan oleh Bapak Uskup Denpasar Mgr. Silvester San.

 

Dalam dua kali seminar itu, narasumber dan materi yang disampaikan sama dan tulisan ini mencoba merangkum secara garis besar pemaparan Rm. Patris selaku narasumber. Sebagai moderator selama dua hari seminar tersebut adalah Ketua Komisi Kitab Suci RD. Agustinus Maximus Soge.

Pertanggungjawaban Iman Secara Rasional

Romo Patris memberi judul materinya ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik di tengah relativisme modern.’ Penganut relativisme, katanya, menolak adanya kebenaran mutlak. Kebenaran bagi mereka sangat relatif. Maka, relativisme adalah ancaman terhadap kebenaran mutlak.

 

“Sedangkan kita sebagai orang Katolik memiliki ‘Kebenaran mutlak’ yaitu Yesus Kristus. Kita percaya Yesus satu-satunya Jalan, Kebenaran dan Hidup. Karena itu, hanya melalui Yesus adanya keselamatan dan Gereja sebagai tiang dan benteng kebenaran,” ungkapnya. Kendati demikian, Gereja Katolik tetap menghormati kebenaran-kebenaran lain di luar Gereja.

Tantangan lain yang nyata, katanya, dunia semakin plural/majemuk dan sekuler. “Hal ini menjadi tantangan iman kita juga, karena itu kita perlu memiliki iman yang kokoh dan kuat,” katanya.

Rm. Patris Allegro yang memiliki nama asli RD. Patrisius Neonnub, S.Fil, M.Phil, mengaku bahwa sejak dari imam muda dirinya kerap sebagai pembela iman Katolik. Dia menegaskan dalam mempertanggungjawabkan iman Katolik harus secara rasional. Harus ada penjelasan yang masuk akal (secara intelektual) dan Gereja Katolik dalam mempertanggungjawabkan imannya tidak perlu diragukan karena didukung dengan data dan bukti yang rasional.

“Jadi, mempertanggungjawabkan iman atau mempertahankan iman Katolik harus secara rasional atau menggunakan akal budi dan dilakukan secara elegan. Prinsipnya, tegas dalam prinsip, tetapi lembut dalam cara atau dalam bahasa Latin ‘fortier in re suaviter in modo’,” ungkapnya.

Selain dipertanggungjawabkan secara rasional (intelektual), iman juga harus dipertanggungjawabkan secara Spiritual dan Moral. “Iman itu merupakan karunia karunia ilahi (Tuhan) bukan hasil perjuangan manusia, namun sebagai karunia, iman juga harus dipertanggungjawabkan baik secara intelektual, spiritual dan moral,” imbuhnya.

Pertanggungjawaban itu adalah suatu usaha untuk menjelaskan dengan cara yang masuk akal dan memberi bukti dan data. Dalam mempertanggungjawabkan (membela) iman bukan sekedar tugas teolog atau imam dan biarawati, tapi panggilan seluruh umat beriman.

“Dengan sakramen baptis yang kita terima, kita ikut berpartisipasi dalam tri tugas Kristus menjadi imam, nabi dan raja,” lanjutnya.

Menurut Dosen Seminari Tinggi St. Mikael Kupang, ini dalam kenyataannya banyak umat Katolik yang ragu-ragu dalam mempertahankan atau mempertanggungjawabkan imannya baik karena kurang pemahaman/pengetahuan iman maupun karena takut untuk berbeda pendapat tentang iman.

“Tanpa pemahaman iman yang kuat tentang imannya, orang bisa mudah tersesat dan bisa saja keluar dari Katolik,” tegasnya.

Pastor kelahiran Soe, TTS-NTT, itu, mengungkapkan banyak yang meninggalkan Gereja Katolik karena tidak paham dengan Gereja Katolik. Maka, dia berharap pada orang tua (keluarga) sebagai yang utama dan terutama dalam mengenalkan dan mengajarkan iman Katolik kepada anak-anak.

“Keluarga sangat penting dalam mewariskan, mengenal dan menjaga iman,” tegasnya, seraya mengungkapkan apa yang sering dikatakan orang tua dulu bahwa “cukup kamu menjadi orang Katolik, sudah pasti kamu masuk surga.“

Menurut Mantan Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Agung Kupang itu, ada tiga pilar utama sebagai sumber iman Katolik yaitu Kitab Suci, Tradisi (berbagai kegiatan umat Katolik dalam rangka menjalankan ajaran agamanya, seperti misa, devosi, ziarah rohani, doa rosario, dll) dan Magisterium (ajaran resmi para otoritas Gereja yang dijalankan oleh Paus dan Uskup).

Bangga Menjadi Katolik

Bapak Uskup dalam sambutannya saat membuka Seminar untuk wilayah Dekenat Bali Timur di Catholic Centre menegaskan, saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, selain memiliki nilai positif juga berdampak negatif antara lain dapat menggerus iman jika tidak kuat dalam menghadapi tantangan dan godaan.

Di sisi lain, menurut Bapak Uskup, pengetahuan iman tidak pernah akan cukup dipelajari satu dua kali saja, tapi harus terus diperdalam (long life education).

“Romo Allegro selaku narasumber memberikan kita inspirasi dan wawasan sehingga kita semakin bangga menjadi orang Katolik. Semoga iman kita semakin teguh dan semakin dapat mempertanggungjawabkan iman kita. Sekali Katolik tetap Katolik sampai mati,” kata Bapak Uskup.

Deken Bali Timur RD. Evensius Dewantoro, di hadapan peserta seminar di dekenatnya mengingatkan bahwa militansi iman sebagai orang Katolik itu harus tampak dan tidak mudah loyo.

“Jangan seperti kerupuk yang kena air langsung loyo. Kita hidup di tengah arus zaman yang sangat menggoda dan sarat tantangan, sehinga mudah menggerus iman kita,” katanya.

Sementara Deken Bali Timur, RP. Ketut Supryanto, SVD, saat sapaan pembukaan seminar di Catholic Centre, berharap supaya dengan karisma yang dimiliki setiap umat beriman termasuk para imam, biarawan-biarawati dapat menjaga iman Katolik, saling meneguhkan dan saling menguatkan.

Dikatakan, seminar tentang ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’ ini sebagai kerinduan seluruh umat, di mana dalam Sinode kuat disuarakan agar militansi iman umat perlu diperkuat dan dapat dipertanggung jawabkan. ”Pencerahan dari Rm. Allegro semoga dapat memberikan inspirasi untuk kita semua,” harapnya.

Vikjen sekaligus Direktur Puspas Keuskupan Denpasar RD. Herman Yoseph Babey, dalam sambutan di hadapan peserta di Dekenat Bali Tengah mengatakan bahwa bicara tentang iman memang tidak mudah, tidak cukup dengan menghafal dan mengetahui, tetapi bagaimana iman itu dihayati sebagai wujud pertanggungjawaban sebagai seorang Katolik.

“Terima kasih untuk kehadiran Rm. Patris Allegro dan bersedia membagi ilmu dan pengalamannya kepada kita bagaimana mempertanggungjawabkan iman kita. Apa yang kita dapat ini, tidak hanya untuk diri kita sendiri tetapi dibagikan juga kepada umat lainnya,” kata Rm. Babey, saat menutup seminar di Dekenat Bali Timur.

Seminar dua hari di dua tempat berbeda itu sangat dinamis terutama saat memasuki sesi tanya jawab. Banyak sekali umat yang mengajukan pertanyaan, baik yang berhubungan dengan pemaparan materi Romo Patris maupun terkait dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam interaksi dengan sesama yang lain. Setiap pertanyaan atau tanggapan kritis umat, dijawab secara jelas dan cukup singkat tapi padat oleh Romo Patris.

Peserta Seminar asal Paroki Gianyar Hironimus Gali, kepada media ini berpendapat bahwa mempertanggungjawabkan iman Katolik adalah sebuah perjalanan iman yang secara internal Katolik harus terus memperkuat iman pada Yesus yang diimani. “Tidak terlalu penting umat Katolik untuk menjawab hal-hal kontradiktif terhadap iman Katolik dari orang yang bukan Katolik,” Katanya.

Menurut Rony, demikian biasa disapa, katekese dari Romo Patris ini, sebenarnya sesuai dengan yang dirindukan oleh umat selama ini, sehingga setiap umat yang bertanya selalu ada ruangnya untuk menjawab. Ini sebenarnya bisa dilakukan oleh para Romo di paroki-paroki supaya ada ruang dan waktu untuk menjawab pertanyaan umat tentang iman Katolik. “Romo Patris keren, narasumber dan kegiatan seperti ini mestinya sering kita lakukan,” pungkasnya. *

Hironimus Adil

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!