PALASARI – Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, berkesempatan berdialog dengan anak-anak Sekami se-Keuskupan Denpasar dalam acara ‘Talk Show Misioner’. Acara ini dipandu langsung Ketua Umum Panitia RD. Herman Yoseph Babey.
Acara menarik itu bertempat di Gereja Palasari pada hari terakhir (hari ke-4) Kemah 1000 Anak Sekami, Minggu, 7 Juli 2024. Talk show dimulai sekitar pukul 09.00, berlangsung sekitar satu setengah jam.
Dalam kata pengatarnya Uskup mengatakan bahwa kegitan tersebut luar biasa. Namun, Uskup mengingatkan bahwa yang penting itu tetap kegiatan Sekami di paroki atau stasi masing-masing.
“Tidak mungkin kita buat kegiatan seperti ini setiap tahun, karena butuh persipan, tenaga, waktu dan dana besar, dan sebagainya. Kebersamaan dan pembiaan rutin di paroki/stasi paling efektif,” katanya.
Uskup juga memberikan apresiasi khusus kepada hampir 1.000 anak Sekami (tidak termasuk pendamping) itu. “Kamu adalah anak-anak spesial karena dipilih mewakili paroki/stasi. Masih ada ratusan anak-anak lain yang tinggal di paroki/stasi sehingga tidak mengalami apa yang kalian alami di tempat ini,”ungkap Uskup.
Lantas Mgr. San, mengajak mereka agar pulang dari Palasari bisa membagikan pengalaman yang mereka dapat di tempat itu dengan teman-teman lain yang tidak teripilih. “Apakah kalian siap untuk menceritakan kepada teman-temannya yang tidak ikut,” tanya Uskup, dan anak-anak kompak menjawab “Siaaappp.”
Talk show berlangsung santai, ringan dan sangat dialogis. Setelah pengatar singkat, lalu Uskup memberikan pertanyaan kepada anak-anak. Beberapa anak berani maju mendekat kepada Uskup untuk menjawab.
“Selama beberapa hari sudah melewati rangkaian acara dalam Kemah ini, apa yang kamu dapatkan dan pelajari saat berkemah?”
Seorang anak yang tampil, bernama Kristian menjawab, “Banyak hal baik saya dapatkan di sini, misalnya disiplin.” Bianca dari Paroki St.Yosef mengatakan belajar banyak hal baru. Kami mendapatkan banyak manfaat, dan menguatkan iman selama di sini. Hal senada diungkapkan Deo dari Nusa Dua, di mana selama berkemah iman semakin kuat, mandiri dan disiplin
Nathan dari Paroki Bima bersaksi mendapatkan taman baru, belajar banyak hal, menyanyi dan menari. Seorang anak lainya, Juan, berkisah selama Kemah lebih mandiri dan tidak manja dengan orang tua.
Pertanyaan kedua dari Uskup adalah tentang tema pastoral Keuskupan Denpasar 2024. Calista dari Paroki Kuta, dengan sigap segera maju lalu menjawab pertanyaan Uskup dengan benar. “Bangkit dan Bergerak Bersama Mewujudkan Gereja Sinodal melalui Kepemimpinan Partisipatif dan Transformatif,” jawab Calista.
Uskup lantas menegaskan bahwa tema Kemah 1000 Anak Sekami 2024 yaitu “Anak Misioner Jadilah Pemimpin yang Membawa Damai, “ merupakan gabungan antara semangat missioner dengan tema karya pastoral Keuskupan Denpasar 2024.
Kepada anak-anak, Uskup juga bertanya siapa saja pemimpin dalam Gereja? Franklin dari Nusa Dua dengan sigap maju, lalu dengan polos menjawab “Imam, Suster, Misdinar, Frater, Paus, Uskup.” Bapak Uskup kembali bertanya, “Bapakmu di paroki apakah ada jabatan,” dijawab “Tidak, hanya umat biasa.”
Lantas Bapak Uskup menjelaskan, juga termasuk pemimpin pastoral dalam gereja adalah DPP, Ketua/PengurusLingkungan, Ketua/Pengurus KGB, Ketua/Pengurus Kelompok Kategorial, dan lain-lain.
Uskup juga bertanya siapa saja yang termasuk pemimpin negara? Gilbert dari Paroki Negera, maju dan menjawab “Presiden, Wakil Presiden, Gubernur, Bupati.” Uskup menambahkan, selain itu pemimpin negara juga semua pejabat/pegawai pemerintahan dari pusat sampai pengurus RT dan termasuk anggota DPR dari pusat sampai daerah dan sebagainya.
“Anak-anak punya peluang yang besar menjadi pemimpin Gereja dan Negara, oleh karena itu kalian harus menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Belajar yang baik, disiplin, rajin. Di Sekami juga kalian bisa belajar jadi pemimpin.
Bukan hanya bertanya kepada anak-anak. Uskup juga persilahkan anak-anak untuk bertanya. Ternyata anak-anak antusias terbukti ratusan anak mengakat tangan. Namun hanya beberapa orang yang diberi kesempatan karena keterbatasan waktu.
Seorang peserta bernama Fernanda, menanyakan apa hal positif dari pemimpin sesuai tema pastoral Keuskupan Denpasar. Uskup menjelaskan bahwa banyak hal positif bila seorang pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif dan transfrormatif atau berdaya ubah, juga dengan pemimpin yang membawa damai. Hidup masyarakat akan seperti buah-buah Roh (Galatia 5: 22-23), mereka mengalami kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Yesus dalam memimpin menerapkan kepemimpinan seperti itu, jadi Yesus harus menjadi teladan.
Eron dari Paroki Sumbawa Besar menanyakan, bagaiaman menjadi pemimpin pembawa damai? Mgr San menjawab, pemimpin membawa damai itu antara lain tidak membuli, menjelekan, menghina teman-teman karena itu bisa membuat orang stress bahkan bisa bunuh diri. Juga harus bisa membawa damai mulai dari rumah dan di mana saja kalian bergaul.
“Selain itu biasakan dialog dengan orang lain, kalau ada masalah harus dialog. Oleh karena itu ada adagium (ungkapan) yang harus kalian kembangkan sebagai pemimpin pembawa damai yaitu ‘Si vis pacem para dialogum’ artinya kalau mau damai siaplah untuk berdialog. Jangan terapkan adagium ‘Si vis pacem para bellum’ (Kalau mau damai bersiaplah untu perang).
Gunawan dari Paroki Matram menayakan apakah cita-cita Bapak Uskup dulu memang mau jadi uskup? Pertanyaan yangsama diungkapkan Davina dari Ampenan.
“Tidak, jadi uskup itu tidak ada sekolahnya. Itu pemberian dari Paus kepada seorang imam yang dipercayakan untuk menjadi Gembala di suatu keuskupan. Cita-cita saya dulu adalah mau menjadi orang lebih pintar, karena itu saya masuk seminari karena pendidikan di seminari saya yakin bisa mewujudakan cita-cita saya. Lalu sekolah sampai seminari Tinggi dan ditahbiskan menjadi imam, lalu dipercaya menjadi Uskup Denpasar,” jawab Uskup.
Sementara Diva dari Paroki Dompu bertanya suka duka menjadi Uskup di Denpasar. “Memang tidak mudah dengan segala macam keingnan banyak orang. Saya siap untuk melayani bukan menjadi penguasa. Sukanya, saya banyak dibantu oleh para imam dan awam yang mau menjadi pengurus di gereja. Keuskupan ini luas, tapi umat banyak yang menghidupkan parokinya dengan baik. Umumnya umat kita membawa diri dengan baik di tengah masyarakat. Dukanya, ada tempat yang tidak mengijinkan mendirikan gereja. Misalnya di Praya, sulit sekali kita bangun gereja di sana.Jumlah umat kita kecil kurang dapat support dari pemerintah. Sedikit sekali orang Katolik yang ada di pemerintahan, baik eksekutif maupun legislative,” jawab Uskup.
Katrin dari Paroki Katedral menanyakan bagaiman menurut Bapak Uskup lebih baik menjadi youtuber daripada menjadi imam atau suster? Dengan bijak Uskup menanggapi bahwa kalau jadi imam atau suster tidak menghalangi untuk menjadi seorang yuotuber asal tetap bijaksana, sambil menyebut beberapa imam yang aktif di youtube.
Aurel dari Paroki Sumbawa menanyakan apakah ada imam, suster, dan umat yang buat Bapak Uskup sakit hati? “Kalau sakit hati itu manusiawi tapi jangan dendam atau dibalas karena tidak membuat bahagia. Kalau ada yang membuat saya sakit hati, saya bangun dialog atau ajak komunikasi,”katanya.
Terakhir Dandi dari Paroki Kuta menanyakan tips menjadi pemimpin yang penuh kasih. “Meneladani Yesus, tidak boleh dendam, memaafkan dan mengutamakan pelayanan,” jawab Uskup.
Talk show bersama Uskup ini berkahir sekitar pukul 10.30, dan langsung dengan misa penutupan di gereja itu. Uskup sebagai Selebrant Utama didampingi belasan imam dari berbagai paroki/stasi yang hadir mengikuti perayaan penutupan itu. Usai misa dilanjutkan pembagian pelakat dan foto bersama setiap paroki/stasi dengan Romo Babey.
Kunjungan Misioner
Sehari sebelumnya atau hari ketiga, kegiatan utama anak-anak adalah mengjungi rumah-rumah umat di Palasari dalam acara kunjunggan missioner.
Beragam aktivitas dilakukan oleh peserta di setiap rumah, antara lain bersih-bersih di sekitar rumah, pel, lantai, bersih perabot rumah tangga, lap kaca rumah sampai bersih kamar mandi. Ada juga yang kasih makanan dan memandikan babi, shering iman, berdoa bersama dan macam-macam kegiatan lainnya.
Di setiap rumah yang dikunjugi mereka disuguhkan snack yang biasa dikonsumsi tuan rumah. Ada ubi dan pisang rebus, kacang dan aneka penganan, lengkap dengan teh dan minuman lainnya. Aksi kunjungan ini dari pukul 08.30 hingga pukul 12.00.
Agenda selanjutnya di hari ketiga yaitu membuat kreativitas bagian kedua antara lain berupa membuat busana dari koran lalu fashion show dengan pakaian dari koran itu. Dilanjutkan outbound dan games.
Malam harinya ada pelangi missioner bagian dua berupa pentas seni dari paroki/stasi yang belum tampil malam sebelumnya.*