LINTAS PERISTIWA

Menjadi Imam yang Transformatif; Resume Retret UNIO Keuskupan Denpasar

Selama hampir sepekan para imam UNIO Keuskupan Denpasar melaksanakan retret tahunan di Samarinda, Kalimantan Timur, 16-21 Sept 2024.

Rm. Moses, Vikjen Keuskupan Agung Samarinda, dipercaya sebagai pembimbing rekoleksi. Dalam pengantarnya Pastor Moses merefeleksi panggilan imamatnya.

“Hidup menjadi imam itu alami transformasi sejati. Setelah 30 tahun jadi imam, saya merasa belum dan jauh sekali dari kesejatian. Apalagi Setelah Paus datang, rasanya makin jauh. Yang sejati itu transformasi dalam imamat. Kita lihat Paus saja buat kita merasa jauh dari kesejatian imamat, apalagi menjadi imam sejati seperti Kristus,” ungkap Rm Moses.

Tema Retret Imam Diosesen 2024 ini, yaitu “KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DAN TRANSFORMATIF DALAM KONTEKS KEHIDUPAN GEREJA DAN MASYARAKAT,” terinspirasi dari tema pastoral Keuskupan Denpasar 2024.

Imam UNIO Keuskupan Dempasar bersama Pembimbing Retre Rm. Moses (tengah baju kolar putih)

Bertitik tolak dari tema di atas, maka refleksi bersama Rm. Moses dalam bingkai “TERPELIHARA DALAM RAHMAT IMAMAT, MERASUL DALAM KELIMPAHAN DAN BAHAGIA DALAM PANGGILAN.”

Saya mencoba meramu seluruh pergumulan dan perjalanan bersama kita (sinodalitas para imam) reret UNIO kali ini, sebagai berikut: Transformasi dalam imamat itu mutlak dan menjadi imam yang transformatif bagi Gereja Sinodal dan Dunia universal dengan segala kenyataan dan gejolak kehidupan yang ada itu harga mati.

Namun perlu kita sadari bahwa transformasi butuh partisipasi. Dalam kapasitas sebagai “kaum beriman yang imami,” partisipasi kita terutama berakar dan bertumpu pada imamat Kristus sebagai teks dan karya keselamatan Kristus Imam Agung via Gereja dan dalam masyarakat, sebagai konteks.

Ya, seperti partisipasi Paulus dan perempuan yang punya kasih kepada Yesus dalam bacaan-bacaan suci yang telah kita dengar, yang telah mentransformasi diri mereka seperti yang dikotbahkan Rm. Moses dalam salah satu perayaan Ekaristi.

Berpartisipasi dalam proses dan upaya transformasi sebagai “alter Christi” dan rekan sekerja Allah dalam proyek kerajaan Allah di dunia, telah membawa kita dalam pengalaman-pengalaman, baik yang romans maupun suram, membahagiakan atau menyakitkan, atau dalam bahasa ‘Bapak Ecclesial Domestica,’ RD. Adianto Paul Harun, dalam kenyataan suka-duka, untung-malang, sehat-sakitnya menjadi imam.

Masa romans dan masa suram (Padang Gurun) imamat dan perutusan imam merupakan “gelombang panggilan” yang harus diterima, dihargai dan dimaknai sebagai proses pemurnian “jati diri & kesejatian imamat” kita untuk lebih dekat dengan dan bersatu dalam Tuhan.

Paling penting selalu pegang credo dan prinsip ini: apapun kenyataan dan tantangan, bahkan kelemahan dan kerapuhan imamiah kita, tetap percaya pada Kasih Tuhan yang tak pernah berhenti-mencari dan memeluk kembali kita sebagai “putra kesayanganNya”.

Petrus walau tampak plin plan sebagai Rasul, toh akhirnya mampu menemukan Yesus sebagai mesias dan yang membuatnya diberikan kepercayaan sebagai “wadas Gereja” dan pemegang kunci Kerajaan Surga.

Cerita-cerita seperti pulang lohor jam 2 malam, difermak dengan gaya khas Flores, bangun misa jam 3 pagi, sejak kecil dididik menjadi pemburu kancil dan babi hutan, merupakan dan telah menjadi bumbu-bumbu penyedap yang telah meramu dan membingkai Rm. Moses menjadi imam yang sekarang menjadi “figur spiritual” yang menuntun kita di retret UNIO kali ini.

Untuk menjadi imam yg merasa bangga dengan imamat kita, mensyukuri rahmat imamat yang telah dianugerahkan kepada kita, sambil terus memberi diri dengan rendah hati dalam karya kerasulan di mana dan ke manapun kita diutus.

Rm Moses yang kita lihat dan kenal pada saat ini dengan banyak predikat dan kepercayaan yang Bapa Uskup sematkan padanya tak mungkin “semenyala” ini tanpa melalui “proses pembakaran panggilan” seperti emas yan makin tampak kemurnian dan cahayanya karena terus dibakar dalam api panggilan Tuhan.

Terima kasih kepada Rm. Moses untuk segala cinta, kerelaan dan persembahan diri untuk kami (kalau tidak rela disebut pengorbanan) via retret UNIO Denpasar kali ini. Maaf untuk segala yang tak berkenan dari kami.

Terima kasih untuk teman-teman UNIO yang telah mengambil bagian dengan penuh kerendahan hati dan kasih yang licinnya melampui kelicinan lele dan bibir mentega.

Kita tentu telah mencerna dan menerima banyak hal dari refleksi dan percikan pengalaman imamat Rm. Moses yang bisa dijadikan bekal berharga untuk karya dan perutusan kerasulan imamat kita selanjutnya, terutama dalam membingkai diri dan sukseskan tema Pastoral Keuskupan kita tahun ini “Mewujudkan Gereja Sinodal Melalui Kepemimpinan Partisipatif dan Transformatif.”

Kalau berkenan dan mungkin bisa menginspirasi perjalanan imamat kita selanjutnya, Bagi saya retret ini telah mengantar saya menemukan hal ini: “Jadi imam itu mudah tapi ‘Menjadi’ Imam itu tak mudah ternyata”(setelah menjadi imam 18 Tahun).

MENJADI IMAM: PROSES MENUJU JATI DIRI IMAMAT YANG BERSATU DENGAN HATI TUHAN dan BERPAUT PADA KEHENDAK TUHAN, lewat perjumpaan dengan Tuhan dalam: (1) Partisipasi (Sakramen Gereja dan Sakramen Politik); (2) Transformasi (diri & dunia sekitar).

Akhirnya untuk kepercayaan menjadi “driver” UNIO selama 9 tahun, 3 tahun sebagai Sekretaris bersama Rm. Venus dan (Alm.) Rm. Yomi, 6 tahun menjadi Ketua: 3 tahun bersama RD. Komang dan RD. Alfons, 3 tahun bersama RD. Paul Adianto dan RD. Kadek Ariana. Maaf untuk yang tak berkenan. Viva dan terus menyala UNIO Denpasar. We are not Alone. (IKN-Samarinda, Kamis, 19 Sept 2024.#romeomarthinano)

Penulis: RD. M. Emanuel Ano adalah Ketua UNIO Keuksupan Denpasar 2018-September 2024

Penulis : RD. Martinus Emanuel Ano

Editor: Hiro/KomsosKD

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close