Tahbisan Dua Imam Baru; Uskup: Menjadi Imam Berarti Siap Menyalibkan Semua Keinginan Duniawi
PECATU – Jajaran Imam Keuskupan Denpasar bertambah dua orang. Diakon Ardinanus Marlianto dan Diakon Marten de Porez Loya, Jumat (19/1), resmi menjadi imam setelah mendapatkan rahmat tahbisan dari Uskup Pentahbis Mgr. Silvester San, di Gereja St. Silvester Pecatu.
Gereja yang baru merayakan Lustrum I atau lima tahun resmi menjadi paroki definitif itu, dipercaya Uskup Denpasar sebagai tempat merayakan pesta iman yang istimewa yaitu Tahbisan Imam Keuskupan Denpasar.
Hal ini dapat dimaklumi,sebab salah seorang imam baru yang ditahbiskan ini, yaitu RD. Marten de Porez Loya, selama beberapa bulan terakhir menjalani praktek Diakonat di paroki itu.
Misa tahbisan imam yang diiringi paduan suara etnik daerah Nagekeo, NTT, berlangsung meriah di gereja yang bersanding harmonis dengan rumah ibadah agama lainnya. Seluruh bangku yang tersedia dalam gereja dipadati umat.
Bahkan sebagian bangku umat ditempati oleh puluhan imam konselebrasi. Hanya sebagian saja yang ada di depan altar, berjejer dengan Uskup Pentahbis dan imam pendamping.
Selain para imam, misa ini juga dihadiri dan disaksikan biarawati, para frater, siswa Seminari Tuka, orang tua dan keluarga kedua yubilaris, umat dan panitia tahbisan Paroki Pecatu, serta para undangan baik yang datang dari seluruh paroki/stasi di Bali, maupun dari wilayah lainnya seperti dari Lombok Timur, Paroki Praya, NTB, tempat salah seorang imam menjalani TOP sekitar tiga tahun lalu.
Upacara tahbisan itu diawali doa adat oleh tokoh adat Nagekeo di depan ballroom gereja St. Silvester.
Selanjutnya para penari Ja’i dari daerah yang sama menghantar iringan panjang perarakan dari tempat yang sama menuju altar, mulai dari dua imam ceremoniarius, para misdinar dan petugas liturgi lainnya, para imam konselebrasi, kedua calon imam dan orang tua, serta Uskup Pentahbis yang didampingi dua imam yakni Vikjen RP. Yosef Wora, SVD dan Pastor Paroki Pecatu RD. Alfonsius Kolo.
Umat yang hadir mengikuti secara hikmad dan tertib sepanjang perayaan agung itu berlangsung, sesuai tata liturgi pentahbisan imam.
Perasaan agak terharu ketika memasuki upacara ‘Doa Berkat dan Penyerahan Orang Tua.’ Upacara ini dilakukan setelah imam pendamping, dalam hal ini Vikjen Keuskupan Denpasar, melakukan pemanggilan calon imam.
Calon imam kemudian maju dan berlutut di hadapan Uskup, lalu kedua orang tua meletakan tangan kanan mereka di atas kepala Diakon.
Salah satu mewakili orang tua, yakni ayah dari Diakon de Porez Loya, sambil menahan rasa haru dan suara seperti mau menangis, mengungkapkan doa berkat dan penyerahannya kepada Allah.
“Kami sadar bahwa anak yang Diaku berikan kepada kami adalah rahmat yang tak terhingga bagi kami. Anak-anak kami ada pada kami namun mereka bukanlah milik kami. Sampai tiba saatnya kini, kami menyerahkan anak-anak kami ini ke dalam tangan-Mu,” ungkap Ayahanda Diakon Ores dalam doanya.
Dia melanjutkan, “Engkau telah memanggil mereka untuk bekerja di kebun anggur-Mu, melaksanakan tugas yang kudus, menyelamatkan jiwa-jiwa. Hati kami ketakutan karena kami tahu bahwa anak-anak kami ini adalah manusia yang rapuh. Mereka hidup dengan tantangan zaman yang sangat banyak. Dan mungkin sekali mereka akan terseret arus dunia dan lupa akan tugas dan panggilannya. Oleh sebab itu ya Bapa, walaupun dalam kerapuhan ini Dikau telah mempercayakan mereka menjalankan tugas yang tidak ringan ini. Di situ kami yakin bahwa Engkau mengenal mereka jauh lebih baik dari pada kami. Namun kiranya kami boleh memohon, jauhkanlah mereka dari segala godaan yang memikat hati, tariklah mereka bila mereka jatuh dan doronglah selalu mereka untuk dapat menjadi seorang pelayan seperti Kristus Putra-Mu sendiri.”
Amanat Uskup
Upacara tahbisan imam kemudian dilanjutkan sebagaimana biasanya. Upacara ini berlangsung kyusuk nan agung.
Di sela-sela upacara tahbisan ini, salah satu hal yang penting adalah amanat Uskup Pentahbis.
Dalam amanatnya, dengan mendasari pada bacaan suci hari itu, antara lain kisah tentang Bartimeus yang sembuh dari buta dan dapat melihat kembali setelah bertemu langsung dengan Yesus.
Dikatakan Uskup, setelah melewati rintangan dan penderitaan, Bartimeus berhasil bertemu Yesus dan diapun sembuh lalu memutuskan untuk mengikutiNYa.
Sebagai pengikut Yesus, lanjut Uskup, Bartimeus tahu konsekwensinya yaitu dia siap untuk ikut menderita seperti Yesus sampai wafatnNya, bukan hanya berhenti sampai di ‘gunun g Tabor’.
Bacaan ini, lanjut Mgr San, memiliki pesan sarat makna untuk kedua calon imam maupun seluruh umat yang mengikuti Yesus.
“Kedua Diakon mungkin awal panggilan mereka belum ‘melihat Yesus’, tetapi mereka setia dan tekun mengikuti jalanNya, sehingga mereka pun bisa menjadi imam hari ini,” ungkap Mgr. San.
Uskup mengharapkan kedua calon imam, setelah ditahbiskan supaya menjadi imam yang setia, tekun dan selalu rendah hati seperti Bartimeus yang tidak pernah menyerah.
Kedua calon imam, lanjut Uskup, juga diberikan tanggung jawab dengan menjalani tiga tugas Kristus yaitu mengajar (nabi), menguduskan (imam) dan mengembalakan umat (pemimpin).
Sebagai pengajar, hendaklah kalian mewartakan Injil Tuhan dengan kata dan perbuatan kepada siapa saja baik dan tidak baik waktunya. Lalu, dengtan tugas menguduskan, sadarilah apa yang kamu lakukan dan hayatilah apa yang kamu rayakan. Kamu diberi tugas untuk menguduskan melalui pelayanan sakramen-sakramen.
Kemudian tugas kegembalan atau sebagai pemimpin hendaklah berpedoman pada Yesus sebagai Gembala Agung yang datang untuk melayani, bukan untuk dilayani.
“Jabatan imam bukan untuk kekuasaan tetapi pelayanan, maka semangat melayani harus terus diperjuangkan. Jalani tugas imamat dengan setia dan tekun serta rendaht hati serta penuh kasih,” Uskup San mengingatkan.
Setelah seluruh rangkaian upacara tahbisan dilalui dengan penuh hikmad dan mulia, tibalah waktunya memasuki ritus penutup.
Sebelum imam baru memberikan berkat kepada Uskup Pentahbis, orang tua dan kekuarga inti serta seluruh umat yang hadir, beberapa phak diberi kesempatan menyampaikan sapaan kasih atau sambutan.
Diawali oleh Pastor Paroki Pecatu sekaligus mewakili panitia dan umat setempat. RD. Alfons Kolo menyampaikan ucapan terima kasih kepada Uskup atas kepercayaan menjadi panitia tahbisan imam, sekaligus memilih gereja Pecatu sebagai tempat perayaan iman agung ini.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada berbagai pihak yang telah mengambil bagian demi suksesnya perayaan itu.
Selanjutnya sapaan dari wakil orang tua imam baru yang disampaikan oleh Agustinus Sumaryoto, orang tua RD. Ardianus Marlianto.
“Hari ini kami bersama orang tua dari Romo Marten de Porez sangat merasakan hidup kami sangat berarti karena kami mempersembahkan putra kami untuk Tuhan guna melayaniNya dan sesama,” ungkapnya.
Menurut Sumaryoto, kedua imam baru itu, saat masa kecil adalah 100% milik dan asset orang tua, tetapi mulai sejak selesai tahbisan ini, mereka bukan lagi milik orang tua seutuhnya, tetapi mereka adalah asset seluruh umat.
“Kami bahagia sekali, karena anak-anak adalah titipan Tuhan. Kami pun bisa dengan hati tulus mempersembahkan titipan ini untuk kemuliaan Tuhan,” imbuhnya.
Sementara itu RD. Marten de Porez Loya, mewakili imam baru mengungkapkan bahwa panggilan merupakan inisiatif Tuhan yang membutuhkan jawaban dari manusia.
“Perjalanan panjang panggilan kami, akhirnya terjawab hari ini, kami ditahbiskan menjadi imam,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Romo Ores mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas segala bentuk dukungan dan doa dari Bapak Uskup, seluruh imam, para pendidik, orang tua dan keluarga, seluruh umat dan semua pihak yang dengan caranya masing-masing mendukung panggilan mereka.
“Mohon kiranya terus mendukung kami, agar kami mampu menjadi imam yang baik, setia, tekun dan selalu rendah hati,” harap RD. Ores, sapaan manisnya.
Sementara Bapak Uskup dalam sambutan pamungkas mengungkapkan rasa syukur karena sidang pleno Dewan Pastoral Keuskupan Denpasar awal tahun 2024 ini dimahkotai oleh tahbisan imam.
“Kita pantas bersyukur kepada Tuhan karena berkenan menganugerahkan rahmat tahbisan imamat kepada kedua imam kita ini,” ungkapnya.
Menurut Uskup, menjadi imam itu tidak gampang, banyak rintangan, kesulitan, dihantui keragu-raguan bahkan penuh dengan godaan duniawi.
“Ketika Anda memutuskan menjadi imam maka siap untuk menyalibkan semua keinginan duniawi,” katanya, sambil mengingatkan bahwa saat menjadi imam, hanya ada satu tiket untuk pergi yang diberikan, tidak ada tiket untuk kembali.
Kedua imam baru yang ditahbiskan memilih moto tahbisannya masing-masing. RD. Ardianus Marlianto, putra campuran Jawa dan Maumere-Flores yang berdomisili di paroki Gianyar, memilih moto: Tuhan semoga aku dapat melihat (bdk. Mrk. 10:51).
Sedangkan RD. Marten de Porez Loya, putra asli Nagekeo, Flores, moto yang diambil yaitu: Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa (Roma12:12). ***