Perayaan Panca Windu RD. Lucius Nyoman Purnawan

KULIBUL- Halaman rumah keluarga di Tibubeneng, Paroki St. Paulus Kulibul, menjadi saksi sejarah perayaan Panca Windu (40 Tahun) Imamat RD. Lucius Nyoman Purnawan, Sabtu (8/2/2025).
Romo Pur, demikian biasa disapa, tepatnya ditahbiskan pada 5 Februari 1985, di Gereja Roh Kudus Babakan oleh Uskup Agung Semarang saat itu, Mgr. Julius Darmaatmaja, SJ.
Perayaan HUT Imamat ke-40 di Tibubeneng, merupakan perayaan kedua kalinya. Sebelumnya, dirayakan di Stasi St. Mikael Piling, Paroki Tabanan, tempat Romo Purnawan tinggal saat ini, tepat pada hari ulang tahun imamat ke-40, Rabu, 5 Februari 2025.
Perayaan di Tibubeneng berlangsung sederhana. Dihadiri oleh keluarga besar Romo Purnawan, umat Paroki Kulibul serta umat dari paroki lainnya yang pernah dilayani Rm. Pur, serta sejumlah undangan.

Rekan Imam yang hadir dalam kesempatan itu antara lain Vikjen Keuskupan Denpasar RD. Herman Yoseph Babey, Sekretaris/Ekonom Keuskupan RD. Agustinus Sugiyarto, Pastor Paroki St. Paulus Kulibul RD. Flavianus Endi, Pastor Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka RP. Paskalis Nyoman Widastra, SVD, Pastor Paroki Roh Kudus Babakan RD. Rony Alfridus Bere Lelo dan Imam kelahiran Kulibul yang kini menjadi Pembina Seminari Roh Kudus Tuka RD. Antonius I Gede Ekadana Putra alias Rm. Tony.
Misa dipimpin oleh Pastor Paroki St. Paulus Kulibul, RD. Flavianus Endi, atas permintaan Rm. Pur sendiri. Dalam pengantarnya, Rm Vian, demikian akrab disapa, mengatakan “Hari ini bersama Rm. Purnawan kita bersyukur atas 40 tahun imamatnya. Semoga dalam perjalanan imamat selanjutnya, senantiasi dalam perlindungan dan berkat Tuhan serta tetap diberikan kesehatan yang prima.”
RP. Paskalis Nyoman Widastra, SVD, didaulat oleh Rm. Purnawan sendiri untuk menyampaikan homili dalam perayaan itu. Maklum Romo Paskalis adalah keponakannya sendiri karena merupakan anak dari kakak kandung (kakak sulung) dari Romo Pur.

Romo Paskalis dalam homilinya menekankan peran keluarga dalam panggilan, baik imam, bruder maupun biarawati. “Panggilan itu tidak lepas dari peran keluarga. Gereja juga berkembang dan berakar dalam keluarga,” katanya.
Menurut Pater Paskalis, orang-orang di Tibubeneng menjadi Katolik sejatinya atas peran Pak Paulus dari Batulumbung, Paroki Tuka. Dia yang mengenalkan iman Katolik kepada orang-orang di Tibubeneng. Kemudian ada juga peran besar dari Pater Norbert Shadeg, SVD, misionaris asal Amerika Serikat yang memulai karya pelayanan di Tuka tahun 1950.
“Gereja yang mulai dari kecil dan sederhana tumbuh dan berkembang tidak lepas dari peran Romo Shadeg. Beliau juga yang mendirikan Seminari Tuka. Walaupun umat Katolik di Bali kecil, tapi Romo Shadeg berani mendirikan seminari. Beliau mempunyai cara berpikir yang jauh ke depan,” katanya.
Dalam nada guyon, Romo Paskalis menceritakan, mungkin dengan adanya seminari itu juga, sang paman Romo Pur, tergerak untuk masuk seminari dan akhirnya menjadi imam, walaupun motivasi awalnya hanya untuk nyaman saja, menghindari tanggung jawab disuruh-suruh orang tua.
“Atau bisa jadi juga, saya tidak tahu persis karena saat itu saya masih kecil, bisa juga tergerak karena melihat situasi keluarga, masuk seminari rasanya nyaman. Tapi yang pasti bahwa Romo Pur, atau saya sendiri masuk seminari bukan semata-mata karena keluarga yang hebat, justru karena latar belakang keluarga yang sederhana,” imbuhnya.
Perjalanan imamat Romo Purnawan di mata keponakannya ini, berjalan berliku dan tidak luput dari berbagai kesulitan. Namun, perjalanan yang dibentuk oleh kondisi dan situasi baru menjadi motivasi baru untuk terus maju dan berkembang.

“Kegagalan membuat kita terpacu untuk bangkit dan berkembang. Romo Pur datang dari keluarga biasa dan sederhana dan itu menjadi motivasi untuk berkembang dan maju,” katanya.
Dalam perjalanan imamat, kata Romo Paskalis, ada tiga tahap penting yang dilalui dan itu juga dialami Romo Pur. Tahap pertama adalah 10 tahun pertama imamat. Ini menjadi tahun belajar.
Kemudian tahun ke 10 sampai 30 adalah tahap kedua. Tahap ini adalah tahap membangun, baik membangun kehidupan rohani maupun jasmani, termasuk pembangunan fisik berupa gedung gereja atau pastoran, dll.
Sedangkan usia imamat 30 tahun ke atas, katanya, adalah tahapan ketiga, sebuah tahapan merefleksikan diri, terkadang dalam kesunyian. “Mungkin karena refleksi dalam sunyi ini juga yang membuat Romo Pur betah di Piling, sebuah stasi/kampung kecil di Tabanan,” ujarnya, seraya menambahkan hidup ini memang perlu juga menyerah pada waktu, sebab tidak selamanya kuat.
Pada akhir homili, Pater Paskalis berharap agar pada tahun-tahun mendatang Romo Pur, tetap menjadikan Bunda Maria sebagai teladan, seorang yang setia pada putranya sampai akhir walau putranya Yesus mengalami penderitaan.
Romo Pur sendiri dalam perjalanan imamatnya menghidupi moto tahbisan mengambil kata-kata Bunda Maria “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu” (Lukas 1:38). Romo Paskalis berharap supaya moto itu tetap menjadi inspirasi dan Bunda Maria selalu mendampingi perjalanan imamat Romo Pur selanjutnya agar semakin bijak, semakin bercahaya dan terang dan selalu menjadi saluran berkat bagi banyak orang.
Sang adik bungsu Katut Murdana, mewakili keluarga Yubilaris, menyampaikan banyak terima kasih atas kehadiran para imam dan seluruh umat dalam perayaan itu dan memohon untuk selalu mendoakan Romo Pur.
Dalam keluarga, menurut Ketut Murdana, Romo Pur merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara. Beberapa di antara saudaranya ada yang sudah meninggal bahkan ada yang dipanggil Tuhan sejak bayi.
Ziarah Imamat
Romo Purnawan, lahir di Tibubeneng, Paroki Kulibul, pada Jumat Pahing 12 Juni 1957, buah hati Bapak Yoseph I Wayan Redug (alm) dan Ibu Maria Ni Made Tjibleg (almh). Romo Pur ditahbiskan menjadi Imam pada 5 Februari 1985 di Paroki Roh Kudus Babakan oleh Mgr. Julius Darmaatmaja, SJ.
Mgr. Julius menjadi Uskup Pentahbis, atas permintaan Mgr. Vitalis Djebarus,SVD, Uskup Denpasar kala itu, karena pada saat yang sama harus ke Jerman bersama Uskup Malang Mgr. Hadisumarto, O.Carm, untuk mencari dana pembangunan Seminari Tinggi Projo di Malang.

“Hati siapa yang tidak berbunga-bunga mendengar berita bahwa yang akan mentahbiskan saya adalah Uskup Agung Semarang, walaupun dalam hati kecilku tetap mengharapkan saya ditahbiskan oleh Uskup sendiri,” tulis Rm. Pur dalam buku perayaan 40 tahun imamatnya.
Menurut Romo Pur, kepastian Mgr. Julius Darmaatmaja sebagai Uskup Pentahbis justru dari informasi Uskup Malang Mgr. Hadisumarto saat bertemu di atas kapal ferry penyebarangan Gilimanuk-Ketapang, setelah Bapak Uskup Malang pulang bertemu Mgr. Vitalis di Denpasar.
Romo Pur memilih moto tahbisan; “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk. 1:38). Romo Pur percaya berkat doa-doa Bunda Maria, segala kekurangan dan kelemahannya sehingga dia berani menjawab panggilan Tuhan sebagai imam dan sangat yakin bahwa Bunda Maria akan selalu mendampinginya dalam perjalanan imamat kini dan seterusnya.

Dari daftar riwayat hidupnya, setelah menamatkan SDK Swastiastu Tuka tahun 1970, Romo Pur memilih masuk SMP Seminari Tuka dan selesai tahun 1973, dan lanjut ke Seminari Menengah Mertoyudan Magelang (saat itu Rektornya Mgr. Julius Darmaatmaja, SJ, sewaktu masih imam) dan tamat tahun 1978.
Kemudian tahun 1978-1984 kuliah di Seminari Tinggi Filsafat dan Teologi di Widya Sasana Malang dan ditahbiskan menjadi imam pada 5 Februari 1985.
Beberapa tugas pelayanan setelah ditahbiskan antara lain sebagai Pastor Pembantu di Paroki Wonokromo Surabaya (1985), Pastor Pembantu di Paroki Tabanan-Bali (1985), Pastor Paroki Antonius Padua Ampenan (1986-1990), Pastor Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar (1991-1993), lalu membantu Pastor Paroki di Sidoarjo-Surabaya (1994-1995).
Selanjutnya Rm. Pur tugas belajar Pastoral EAPI di Manila-Philipina (1996-1997). Tahun 1998-2000 menjadi pastor di gereja Emanuel Denpasar. Kemudian sempat menjadi Pastor Paroki Yohanes Maria Vianey Kebumen, Keuskupan Purwokerto (2001-2004).
Pulang dari Kebumen, menjadi Pastor di Stasi Maria Bunda Segala Bangsa Nusa Dua (2004-2005), lalu Pastor Paroki St. Petrus Denpasar (2006-2010), tahun 2010-2018 menjadi Pastor Paroki Babakan dan 2018-saat ini menjadi Pastor Rekan di Paroki St. Maria Immaculata Tabanan. Selamat merayakan Panca Windu Imamat Rm. Pur!*
Hironimus Adil