Penguatan Kapasitas Penggerak PSE di Pulau Sumbawa; Merawat Bumi Tanggung Jawab Bersama
Dompu – Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Denpasar, melanjutkan safari ke pulau Sumbawa Dekenat Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam rangka ‘Temu Rasul Penggerak PSE.’
Merawat bumi sebagai tanggung jawab bersama, menjadi salah satu pembahasan penting dan menarik dalam jumpa Rasul Penggerak PSE di pulau Sumbawa untuk menyelamatkan lingkungan yang semakin rusak akibat ulah manusia sendiri.

Kegiatan yang sama telah dilaksanakan komisi ini awal April lalu bagi para penggerak PSE se-Bali di Kuta. Setelah dari pulau Sumbawa, Tim PSE yang terdiri dari Ketua PSE RD. Evensius Dewantoro, Sekretaris Kustati Tukan, serta tiga anggota: Handoko, Maria Novita dan RD. Agustinus I Wayan Julianto, lalu bergeser ke pulau Lombok, NTB, berjumpa Rasul Penggerak PSE tiga paroki pulau itu.

Kegiatan di pulau Sumbawa dipusatkan di Paroki St. Maria-St. Yoseph Dompu, Jumat-Sabtu, 12 – 13 April 2024, menghadirkan para Rasul penggerak PSE bersama para imam mereka dari tiga paroki di pulau Sumbawa, yakni Sang Penebus Sumbawa Besar, St. Yohanes Maria Vianey Donggo, dan Paroki Dompu sebagai tuan rumah. Salah satu paroki di pulau ini yakni St. Yusuf Bima berhalangan karena sedang persiapan serah terima pastor parokinya.
Dibuka oleh Pastor Paroki Dompu RD. Eligius Adi Wahyu Pawarta. “Kita semua yang hadir di sini adalah para penggerak, orang-orang yang peduli sekaligus prihatin akan ekonomi umat maupun ekologi (lingkungan),” ungkap Rm. Eli dalam sambutannya.

Menurut Rm. Eli, setiap Gerakan itu selalu mulai dengan duduk bersama, tapi tidak berhenti di duduk dan diskusi saja, tetapi berani bangkit dan bergerak bersama mewujudkan ekonomi ekologis.
Tujuan utama salah satu program unggulan Komisi PSE 2024 ini adalah tersosialisasi dengan baiknya karya-karya PSE dan upaya penguatan kapasitas para penggerak PSE di paroki/stasi sebagai ujung tombak Gerakan PSE.
Materi sosialisasi sama setiap pertemuan, dimulai dengan sosialisasi tentang revitalisasi Gerakan HPS (Hari Pangan Sedunia), Merawat dan Mencintai Lingkungan, lalu tentang Laudato Si dan Laudate Deum, Sosialisasi Renstra PSE KWI, serta Latihan Penulisan (format baru) Proposal UMKM dan terakhir soal-soal keliling.
RD. Agustinus I Wayan Julianto bersama Ibu Maria Novita, dua orang Tim PSE Keuskupan Denpasar yang ikut dalam Pertemuan Nasional HPS di Yogyakarta, Oktober 2023, tampil menyampaikan sosialiasi tentang hasil kegiatan itu dengan topik Revitalisasi Gerakan HPS.
Romo Wayan, demikian pastor paroki Donggo dan sejak 14 April 2024 berpindah menjadi pastor paroki Bima, mengungkapkan bahwa fokus pernas HPS 2023 adalah tentang bagaimana menghidupkan kembali pangan lokal di bawah tema besar “Mewujudkan Pangan yang Berkeadilan”.

Romo Wayan menegaskan kalau pangan lokal itu tidak kalah dengan pangan dari luar dan pangan modern bahkan lebih sehat. “Kalau di paroki-paroki ada pangan yang khas daerahnya, tolong sampaikan kepada kami dan kita memotivasi umat supaya dibudidaya menjadi pangan yang sehat,” harapnya.
Romo Wayan juga menegaskan supaya orang PSE jangan takut kotor dan debu. Ini sebagai salah satu spiritulitas orang PSE. Di sisi lain, pastor yang yang rajin berkebun ini mengungkapkan, bahwa Gerakan PSE merupakan Gerakan yang bisa mengubah dan mempengaruhi orang. Namun, untuk mempengaruhi dan mengubah orang itu sulit, maka perlu berubah mulai dari diri sendiri. Dikatakan, kadang orang berpikir ada uang dulu baru berbuat, mestinya berbuat dulu, hasilnya ada maka uang akan datang kemudian.
“Saya suka mengumpulkan kotoran kambing dan sapi untuk pupuk kompos. Awal saya turun kumpulkan kotoran hewan itu, umat ketawa saja dan bertanya untuk apa Romo kumpulkan ini. Tetapi begitu sudah jadi pupuk kompos banyak yang datang minta untuk memupuk sayuran dan tanaman lainnya, saya kasih mereka secara gratis. Ini cara saya mempengaruhi dan merubah orang. Demikian pula saat saya turun tanam jagung. Sekarang banyak orang hidup dari jagung dan mengubah hidup mereka menjadi lebih baik,” katanya.

Ada tiga ‘mantra’ sebagai jiwa dari Gerakan PSE yang muncul dalam Pernas HPS yaitu swadaya, pemberdayaan dan solidaritas. Swadaya terkait dengan kemandirian pangan (pengembangan pangan lokal), pemberdayaan sebagai upaya berkelanjutan menghadirkan pangan sehat, dan solidaritas adalah semangat berbagi dan saling peduli (dari kita, oleh kita dan untuk kita).
Merawat Bumi
Selanjutnya, Sekretaris Komisi PSE Kustati Tukan dalam materi merawat dan mencintai lingkungan mengingatkan bahwa lingkungan menjadi rusak karena ulah manusia maka manusia juga berkewajiban untuk memperbaiki dan merawatnya.
Dijelaskan, Gerakan yang telah dilakukan Komisi PSE Keuskupan Denpasar selama ini untuk merawat lingkungan antara lain produksi eco enzyme, pengolahan sampah plastik, memakai dan membuat barang-barang ramah lingkungan, aksi sosial bersama komunitas lain merawat bumi, dan lain-lain.
Masih dalam kaitan dengan merawat lingkungan, hari kedua kegiatan ini diawali dengan materi tentang ensiklik Laudato Si (LS) dan dokumen Laudate Deum (LD). Kedua dokumen apostolik yang diterbitkan tahun 2015 (LS) dan tahun 2023 (LD) merupakan seruan Paus Fransiskus tentang keperihatinannya akan kerusakan lingkungan dan mengajak seluruh dunia untuk merawat bumi.

Untuk mengupas dua dokumen tersebut disampaikan sendiri oleh Ketua Komisi PSE Keuskupan Denpasar RD. Evensius Dewantoro. Menurut Rm. Venus, Laudato Si merupakan suara Gereja melalui Paus Fransiskus dalam merawat bumi. Sedangkan Laudate Deum, adalah seruan apostolik yang terfokus pada masalah utama krisis iklim, akar manusiawinya dan solusi untuk mengatasinya.
Dikatakan Romo Venus, Bumi adalah rumah kita bersama, sehingga bumi adalah ibu atau saudari kita. “Yang terjadi dengan bumi jika terjadi kerusakan antara lain perubahan iklim, menyebabkan polusi, kesulitan air,” tegasnya, seraya melanjutkan bahwa semua ini menyebabkan penderitaan manusia.
Kejahatan ekologis, tegasnya lebih lanjut, dilakukan dalam bentuk penebangan hutan, tambang liar, limbah maupun budaya membuang sampah sembarangan. Akibat lebih lanjutnya adalah menurunnya kualitas hidup manusia dan kemerosotan sosial. Oleh sebab itu, Romo Venus mengajak para Rasul Penggerak PSE ini untuk membangun dialog mulai dari keluarga, dengan tetangga, lalu bergerak bersama mereka menyelamatkan bumi sebagai ibu dan saudari manusia.

Handoko, Tim PSE lainnya, menambahkan bahwa melalui ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus menyerukan tujuh point penting yaitu: (1) Merespons tangisan bumi; (2) Merespons jeritan kaum miskin; (3) Aksi yang melibatkan komunitas; (4) Pemenuhan ekonomi berwawasan ekologi; (5) Spiritualitas ekologi; (6) Pendidikan ekologi; (7) Gaya hidup sederhana.
Rangkaian sosialisasi karya PSE dan penguatan kapasitas Rasul Penggerak PSE itu dilanjutkan dengan sosialisasi tentang Renstra PSE KWI, Latihan Penulisan (format baru) Proposal UMKM, soal-soal keliling serta evaluasi kegiatan.
Di sela-sela kegiatan, Tim PSE juga mengajak peserta untuk meregangkan otot dengan games yang menarik dan menyegarkan. ***
