LINTAS PERISTIWA

Pastor Sahabat Orang Sakit Itu Telah Pergi Selamanya

Selama hidupnya menjadi imam, Pater Guido selalu menyediakan waktunya 24 jam untuk mereka yang sakit dan membutuhan doa serta Sakramen Minyak Suci. Jam berapa pun dikontak untuk memberikan Minyak Suci, sang pastor langsung bergegas ke tempat tujuan.

Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, saat memimpin misa pelepasan jenazah di Palasari, Senin (10/2), mengungkapkan bahwa Pater Guido adalah seorang imam yang telah banyak melayani di Keuskupan Denpasar dan ditugaskan di beberapa paroki berbeda.

Menurut Bapak Uskup, Romo Guido juga sangat dikenal sebagai orang yang selalu siap sedia melayani orang sakit yang membutuhkan doa dan Minyak Suci.

“Kepergian Romo Guido sungguh membuat kita semua sangat kehilangan dan berdukacita. Namun,kita tidak perlu putus asa dan larut dalam duka, sebab kita punya Yesus yang kita Imani yang akan menguatkan iman kita dan berharap Yesus menyambut Pater Guido di Surga,” ungkap Mgr. San.

Kesan lain dari Bapak Uskup terhadap Pater Guido adalah kesederhanaan. “Dia sederhana, bicaranya pelan bahkan hampir tak terdengar. Tetapi dia juga tegas dalam liturgi, kalau ada nyanyian tidak sesuai, dia langsung stop. Dia melayani bukan untuk kemegahan dirinya tetapi untuk kemuliaan Allah,” kesan Bapak Uskup.

Sementara itu, Pater Yosef Wora, SVD dalam homilinya di rumah duka Kertha Semadi, Sabtu (8/2) malam, mengatakan “Sebagian besar dari kita pasti mengenal Pater Guido dengan baik. Dia telah berusaha untuk melayani umat dengan setulus dan sepenuh hati terutama melayani Sakramen Minyak Suci.”

Menurut Pater Yosef, Pater Guido telah mewartakan Yesus yang diimaninya dengan perbuatan konkret melayani umat dengan sepenuh hati, terutama kepada mereka yang percaya akan mendapat tempat yang telah disediakan Tuhan bagi mereka. “Pater Guido, terima kasih atas pelayanan dan pengabdianmu,” ungkap Pater Yosef penuh haru.

Suasana Misa Requiem di Kertha Semadi Sabtu (8/2)

Sebagai seorang yang mengenal Pater Guido cukup lama RD. Hubert Hady Setiawan, memberikan kesaksian dalam misa itu. “Saya mengenal Romo Guido sekitar 40 tahun lalu. Saat itu saya masih Frater di Seminari Tuka. Waktu dia di seminari, dia membantu semua lini. Dia tidak pandai berkotbah, tapi dia unggul dalam ‘kotbah kehidupan’, terutama sangat peduli dengan orang sakit,” kisah Rm. Hady.

Dikatakan Romo Hady, jam dua subuh diminta orang untuk melayani Minyak Suci, dia jalan, jauh atau pendek jaraknya. “Romo Guido, tidak banyak omong, tapi dia memberi teladan hidup dengan perbuatan sederhana yang menyentuh, tidak banyak kata-kata tapi perbuatan nyata. Selalu siap menjadi gembala orang sakit. Sampai akhir hayat selalu berusaha untuk melayani orang sakit,” ungkap Romo Hady.

Dalam Misa Requiem di Gereja Katedral Denpasar, Minngu (9/2), Vikjen Keuskupan Denpasar RD. Herman Yoseh Babey, yang memimpin misa itu sengaja memilih bacaan Injil hari Minggu biasa ke V itu yang mengisahkan tentang Simon Petrus yang dipilih Tuhan untuk menjadi penjala manusia.

Menurut Rm. Babey, Simon taat pada Tuhan, dia meninggalkan segala sesuatu untuk ikut Yesus. Simon juga dikisahakan, sempat meminjamkan perahunya kepada Yesus untuk berkotbah di depan orang banyak. Yesus juga meminta Simon untuk menolak perahunya itu lebih dalam, sebab seharian mereka belum dapat ikan. Karena Yesus yang minta, Simon Petrus pun taat dan akhinya mereka mendapatkan banyak ikan. Lalu setelah itu, Yesus minta Simon untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Dia menjadi penjala manusia.

Kemudia Romo Babey mengatakan, Pater Guido pun memberikan perahu kehidupannya untuk Tuhan pakai guna menghadirkan banyak berkat bagi banyak orang. “Seluruh hidupnya sebagai seorang imam telah diberikannya secara khusus bantu banyak orang yang sakit, baik di rumah sakit dan di rumah-rumah. Hidup dan matinya punya Tuhan,” ungkap Rm. Babey.

Pater Guido, lanjutnya, tidak pernah menyerah dan lelah. Baginya hidupnya harus benar-benar berguna bagi orang lain dan mengabaikan dirinya sendiri walaupun dia lelah dan sakit. Bahkan dia juga melalaikan permintaan pemimpinnya yaitu Bapak Uskup dan Provinsial SVD untuk istirahat karena usia dan kondisi kesehatannya yang menurun, karena dia mau banyak orang yang selamat melalui pelayanannya.

Bapak Uskup dan Para Imam foto bersama di sekitar peti jenazah setelah misa pelepasan jenazah di Gereja Palasari sebelum dibawa ke pemakaman

“Romo Guido adalah seorang imam seperti lilin yang membiaskan cahaya bagi banyak orang dan membiarkan dirinya hancur. Dan setelah dirinya total dipakai oleh Allah kini dia istirahat total bersama Allah juga di Surga. Mari kita belajar dari kesaksian hidup Romo Guido,” kata Rm. Babey.

Dalam perayaan yang sama dan juga saat misa pelepasan jenazah di Palasari, Provinsial SVD Provinsi Jawa RP. Gregorius G. Kaha,SVD, mengatakan bahwa Pater Guido sungguh menghidupi imamatnya dengan kata-kata Yohanes Pembaptis yang menjadi moto Imamatnya yaitu: IA HARUS MAKIN BESAR DAN AKU HARUS MAKIN KECIL (Yoh. 3:30).

Ibadat Pemakaman dipimpin Provinsial SVD Jawa RP Gregoris Kaha,SVD didampingi Rektor SVD Distrik Bali-Lombok

“Dengan moto itu itu, kita menjadi mengerti selama hidup imamatnya konfrater kami ini sungguh melayani, berbuat baik, dan sulit menolak orang yang minta bantuanya,” ungkap RP. Gregorius.

Provinsial mengisahkan saat pertemuan terakir dengan almarhum, dengan nada goyon sempat meminta Pater Guido untuk tidak menyetir lagi bahkan meminta Pater Guido untuk istirahat di Surabaya.

“Dalam nada guyon Pater Guido juga menjawab ‘waktu masih hidup saja kita bisa berbuat baik, kalau sudah mati tidak lagi’,” kisah Provinsial.

Pater Provinsial menambahkan bahwa Pater Guido sebagai seorang imam biarawan dan misionaris yang sungguh mencintai tanah misinya di Keuskupan Denpasar, bukan sekedar suka dan senang. Sebab, seluruh perjalanan imamatnya ada di keuskupan ini dan tidak pernah pindah. “Hanya satu tahun di Sorong setelah ditahbiskan, lalu ke Bali dan mengabdi di sini sampai akhir hidupnya, katanya.

Kesaksian tentang pelayanan bagi orang sakit juga dikisahkan seorang umat di Palasari, Agustinus Jawa. Menurut Jawa, saat Pater Guido Pastor Paroki di Palasari, dirinya masih anak-anak. Dia sering melihat Pater Guido waktu di Palasari suka keliling terutama untuk mengunjungi orang sakit.

Pihak keluarga Pater Guido yang diberi kesempatan memberikan sapaan kasih dalam setiap misa untuk Romo Guido mengucapkan terima kasih kepada Bapak Uskup dan Keuskupan Denpasar, Provinsial SVD dan kongregasi SVD, para imam dan seluruh umat.

Mereka juga menyampaikan permohonan maaf atas nama Pater Guido, bila dalam pelayanannya ada hal-hal yang kurang berkenan.

Hal itu diungkapkan Bapak Hilarius Mali ketika misa requiem di Kertha Semadi, Bapak Yosef ketika Misa di Gereja Katedral dan Bapak Michael Kala, saat sapaan kasih di Palasari.

“Pater Guido sosok yang memberi teladan kepada keluarga besar, baik doa maupun tindakan, Kalau Pater marah berarti kami sungguh berbuat salah,” ungkap Pak Yosef dalam saapan kasihnya di Gereja Katedral.

Dalam salam perpisahan dengan Pater Guido ketikan misa pelepasan jenazah di Palasari, Bapak Uskup secara khusus memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada Pater Guido.

Provinsial SVD RP. Gregorius Kaha, SVD (kiri) dan Bapak Uskuo Denpasar setelah prosesi pemakaman RP. Guido

“Engkau imam yang baik dan saatnya jiwamu beristirahat dalam kedamaian,. Selamat jalan Romo Guido, maafkan atas kekilafan kami dan doakan kami selalu,” ungkap Bapak Uskup, seraya mengucapkan terima kasih kepada keluarga, Provinsial dan Kongregasi SVD, seluruh imam dan umat dan semua pihak yang telah mencintai Romo Guido selama hidupnya.*

Hironimus Adil

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!