Kreativitas Misioner Terinspirasi dari Kisah dalam Kitab Suci
DENPASAR – Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh pendamping Sekami adalah menciptakan kreativitas untuk membangkitkan semangat anak-anak, termasuk memudahkan anak Sekami untuk menerima pelajaran yang disampaikan.
Keterampilan kreativitas ini bisa dalam bentuk cerita yang menarik dan hidup termasuk menciptakan dan memanfaatkan alat peraga dalam menunjang cerita.
Kreativitas lain adalah animasi misioner (lagu dan gerak) agar anak-anak Sekami tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan Sekami, termasuk menyemangati adik-adik Sekami dengan tepuk dan salam misioner, dan jika perlu menciptakan tepuk dan salam baru.
Para Pendamping Sekami yang mengikuti SOMA di Catholic Centre selama tiga hari, 15-17 November 2024, tidak hanya mendapatakan materi pembinaan tentang wawasan misioner dan memahami tugas seorang pendamping, tetapi mereka juga diajak untuk membuat kreativitas.
Pada hari kedua kegiatan, Sabtu (16/11), peserta yang berjumlah 83 orang dari paroki/stasi se-Bali itu, dibagi dalam 6 kelompok. Setiap kelompok diminta untuk menciptakan kreativitas.
Bukan sembarang kreativitas, tetapi masing-masing kelompok membuat kreativitas yang diinspirasi dari cerita Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Panitia menyediakan beberapa perlengkapan yang bisa dipakai oleh masing-masing kelompok antara lain ada kertas, gunting, lem, benang dan sebagainya.
Dari bahan yang ada itu, setiap kelompok membuat kreativitas sesuai kisah Kitab Suci yang mereka pilih, dan tidak dibatasi hanya membuat satu kreativitas tapi bisa dua atau lebih sesuai kreativitas dan kemampuan mereka.
Hasil kreativitas setiap kelompok rata-rata bagus. Ada kreativitas yang bersumber dari kisah tentang Yunus di perut ikan, kisah Yesus memberi makan kepada 5.000 orang, kisah tentang Nabi Musa membelah Laut Merah, juga ada kisah tentang pertarungan Daud dan Goliat, dan lain-lain. Masing-masing kelompok juga diberi tugas untuk menciptakan yel-yel.
Setelah bergulat sekitar dua jam dalam kelompok untuk menciptakan kreativitasnya, kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil kreasinya di hadapan peserta lain.
Dari sekian kisah dan kreativitas yang dibuat kelompok, hanya satu saja yang dipresentasikan/dikisahkan secara penuh berikut dengan alat praga yang mereka ciptakan. Karya lainya hanya diperkenalkan
Tim Komisi KKI Keuskupan Denpasar, seusai presentasi diberikan kesempatan memberikan masukan dan evalusi terkait karya dan kreativitas mereka.
Sekretaris KKI Keuskupan Denpasar yang biasa disapa Ani, mengungkapkan bahwa semua kelompok telah manampilkan yang terbaik. “Semua hasilnya baik, juga dari isi Kitab Suci dengan menyederhanakan bahasa Kitab Suci dan menjelaskan maknanya,” kata Ani.
Dia juga salut dengan cara pembawaan dan suasana yang dibangun. Menurut Ani, potensi teman-teman ini luar biasa dan sangat komunikatif. Hanya saja dia mengingatkan supaya hindari kata-kata yang tidak lazim bagi adik-adik Sekami, misalnya menyebut diri ‘aku atau saya’, biasakan gunakan kata ‘kakak.’
Tim KKI berikutnya adalah Ina yang jauh-jauh datang dari Mataram-NTB. Menurut Ina, dari presentasi setiap kelompok luar biasa dan banyak karya kreatif yang telah dibuat oleh teman-teman dan ini bisa menjadi inspirasi untuk pembinaan Sekami di parok/stasi masing-masing.
Namun dia mengatakan, dalam animasi ada yang semangat tapi ada juga yang sekedar garak gerik. “Tapi jangan juga terlalu bersemangat yang berlebihan, gerakan sesuaikan dengan irama lagu,” sarannya.
Masukan lain dari Ina adalah supaya dalam membaca Kita Suci juga jangan terburu-buru dan sebaiknya sesuai konteks anak-anak diusahakan dalam bentuk bertutur Kitab Suci, bercerita tentang isi Kitab Suci dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak.
Evaluasi terakhir dari Ketua KKI Keuskupan Denpasar Rm. Babey. “Saya cermati semuanya. Waktu diskusi kelompok tadi ada yang serius, ada juga yang santai saja, ada yang fokus terarah, ada yang tidak fokus,” kata Rm. Babey. Demikian juga ketika presentasi, pembagian perannya sedikit sekali, banyak anggota kelompok tidak dilibatkan.
Romo Babey juga meningatkan, hati-hati dalam menggunakan teks Kitab Suci, jangan sampai cerita yang kita bangun keluar dari teks asli.
Romo Babey juga mengingatkan bahwa sejatinya alat peraga utama sesungguhya adalah tubuh sendiri. “Kita harus sungguh menggunakan bahasa tubuh yang selaras dengan cerita yang kita sampaikan,” ungkapnya.
Di bagian akhir evaluasinya, Romo Babey menyampaikan apresiasinya. “Tetapi saya bangga bahwa adik-adik memiliki semangat misioner yang luar biasa. Ada yang vokalnya jelas dan meru dalam bernyanyi dan itu pasti menarik bagi adik-adik Sekami. Sacara umum saya puas dengan apa yang kamu hasilkan dari kreativitas yang telah ditampilkan.,” puji Romo Babey.
Di sisi lain, menurut Rm. Babey, bahwa seluruh peserta punya potensi yang luar biasa tinggal bagaimana mengembangkannya, dan kuncinya adalah terus aktif sebagai pendamping setiap kegiatan Sekami. Romo Babey akhirnya berpesan, “Jangan membuat jarak dengan adik-adik Sekami”.
Tepuk salut bagi seluruh peserta SOMA! *
Penulis :
Hironimus Adil