Animasi KKP-PMP KWI di Pulau Lombok

MATARAM – Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKP-PMP) KWI RD. Marthen Jenarut, S.Fil, SH, MH, hadir di Paroki St. Maria Immaculata Mataram.
Kehadiran Sekretaris KKP-PMP KWI itu dalam rangka memberikan animasi tentang “Peran Gereja Sebagai Respon Terhadap Krisis Kemanusiaan” yang tengah terjadi saat ini. Animasi berlangsung di Aula Paroki Mataram, Sabtu (15/2/2025).
KKP-PMP KWI berkolaborasi dengan Seksi KKP-PMP Paroki Maria Immaculata Mataram untuk menyelenggarakan kegiatan yang dihadiri oleh peserta dari dua paroki di Kota Mataram yaitu Paroki Maria Immaculata Mataram dan Paroki St. Antonius Padua Ampenan.

Ketua Seksi KKP-PMP Paroki Mataram Stefanus Aban, SH, dalam sapaan kasihnya, menyambut antusias kegiatan ini sebagai sesuatu yang langka, di mana KKP-PMP KWI memiliki perhatian khusus bagi umat Katolik di NTB khususnya di Pulau Lombok yang ditandai kehadiran langsung Sekretaris KKP-PMP KWI.
“Kita medapatkan kesempatan istimewa untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Banyak kasus dan masalah krisis kemanusiaan terutama terkait masalah lingkungan hidup. Daerah NTB juga menjadi daerah pengiriman TKI dan bisa saja persoalan human trafficking bisa menimpa TKI kita. Dengan kegiatan ini kita disadarkan bahwa pelayanan Gereja tidak hanya fokus pada liturgia, tapi juga diakonia (pelayanan),” katanya.
Hal senada dikatakan Pastor Paroki Maria Immaculata Mataram, yang juga Deken NTB RD. Martinus Emanuel Ano. Dalam sambutannya menegaskan, warga NTB perlu menyadari bahwa ada krisis kemanusiaan terjadi di wilayah ini, karena itu butuh juga respon dari Gereja.

“Kita mungkin merasa biasa-biasa saja, tetapi sebetulnya ada bahaya yang mengusik rasa keadilan dan kedamaian kita dan menjadi keprihatinan kita bersama,” ungkap Romo Eman, sapaan akrabnya.
Menurut Deken NTB, kegiatan ini ditawarkan oleh Rm. Marthen sendiri untuk melaksanakan kegiatan ini di Mataram. “Kita berharap Mataram dan Ampenan menyadarkan umat untuk melayani masyarakat di bidang Keadilan, Perdamaian, Pastoral Migran dan Perantau,” katanya.
Sebelum sesi Rm. Marthen, peserta dihangatkan dengan suara merdu OMK Mataram, bernama Grace, yang menyanyikan lagu ‘Pancasila Rumah Kita’. Lagu ini sarat dengan pesan sosial kemanusiaan sekaligus refleksi akan keberadaan bangsa Indonesia yang berasakan Pancasila bahwa pentingnya keadilan sosial bagi semua seperti terlukis dalam syair lagu itu ‘sama rasa, sama dapat’.
NTB Kantong Migran
RD. Marthen Jenarut, dalam pemaparannya mengungkapkan salah satu alasan dipilihnya Mataram untuk dilaksanakannya kegiatan ini karena NTB merupakan salah satu daerah kantong Migran, di mana dari daerah ini banyak tenaga kerja yang dikirim keluar negeri.
Romo Marthen juga ingin mengenalkan kepada KWI maupun keuskupan-keuskupan lain di Indonesia bahwa Gereja Katolik juga ada di Mataram (NTB) tidak hanya di Denpasar (Bali) sebagai pusat Keuskupan,” katanya.
“Selain karena daerah ini merupakan salah satu kantong Migran, saya juga ingin memperkenalkan bahwa Gereja Katolik Indonesia juga ada di Mataram, tidak hanya di Denpasar,” ungkapnya.
Menurut Pastor yang juga berprofesi sebagai Advokat ini, ada dua isu utama yang memberi warna krisis kemanusiaan saat ini yaitu krisis lingkungan hidup (ekologi) dan persoalan migran khususnya terkait dengan human trafficking.
Menurut Rm. Marthen, tiga dampak utama dari krisis ekologi yang paling dirasakan saat ini adalah terjadinya perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global; berkurangnya atau punahnya keanekaragaman hayati; dan terjadinya polusi.
Penyebab utama krisis ekologi lebih karena egoisme manusia dan dampak utama dari krisis itu adalah manusia juga. Sehingga krisis lingkungan juga menjadi krisis kemanusiaan.
Terkait krisis kemanusiaan tersebut, Gereja harus memberikan respon. “Gerakan spiritualitas kita mesti juga bergerak dari altar ke pasar,” ungkapnya.
Dikatakan Rm. Marthen, Paus Fransiskus melalui ensiklik Laudato Si dan Laudato Deum, menyadarkan dunia bahwa krisis lingkungan sangat membahayakan manusia maupun keutuhan ciptaan lainnya sehingga pentingnya untuk merawat bumi.
Sementara itu bicara soal Migran, menurut Rm. Marthen, migrasi itu berdampak pada perdagangan orang terutama mereka yang berangkat kerja di luar tanpa melalui dokumen resmi. “Perdagangan orang itu adalah sisi gelap dari migrasi dan ini sangat kejam” katanya.
Dalam kesempatan itu, Rm. Marthen, mengatakan supaya Gereja terus mengingatkan keada mereka yang mau bekerja di luar negeri untuk membekali dirinya dengan dokumen-dokumen resmi dari pemerintah.
Romo Marthen juga menegaskan bahwa banyak orang migran keluar negeri kerana terjadinya perubahan iklim yang ekstrim.
Di sisi lain, Rm. Marthen, mengingatkan bahwa Paus Fransiskus juga menerbitkan esnsiklik Praedicate Evangelium (Wartakan Injil). Salah satu hal yang ditegaskan Paus dalam ensiklik ini adalah pentingnya Gereja mempromosi keadilan dan perdamai serta harkat dan martabat manusia.
Maka, tugas Gereja adalah bekerja secara aktif mencegah dan menyelesaikan konflik-konflik. Dengan demikian Gereja juga perlu adanya Paralegal yang dapat membantu memediasi dan terlibat dalam aksi penyelasain berbagai konflik dalam masyarakat.

Dalam kesemptan yang sama Rm. Marthen juga secara garis besar memberikan pencerahan tentang tugas dan fungsi serta Reksa Pastoral KKP-PMP mulai dari KWI sampai di paroki-paroki. Juga dijelaskan beberapan ensiklik Paus Fransiskus selain yang telah disebukan di atas, ada juga ensilklik Frateli Tutti tentang persaudaraan manusia dan persahabatan sosial.
Selain Rm. Marthen Jenarut, hadir juga Sekretaris KKP-PMP Keuskupan Denpasar, Hironimus Adil, yang dalam kegiatan yang sama menyampaikan tentang implementasi pastoral KKP-PMP di Keuskupan Denpasar baik yang sudah dilakukan, sedang dan akan dilakukan.
Setelah narasumber menyampaikan paparannya dilanjutkan dengan diskusi dan tanggapan. Cukup banyak peserta yang menyampaikan pertanyaan maupun tanggapan kritis dan konstruktif dari apa yang telah dipaparkan Rm. Marthen. Seluruh rangkaian kegiatan itu ditutup dengan doa dan berkat penutup. *
Hironimus Adil