LINTAS PERISTIWA

Meriahnya Misa Inkulturasi Etnis Sumba di Paroki MBSB Nusa Dua

NUSA DUA – Paroki Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) Nusa Dua, menghadirkan Misa Inkulturasi Sumba, Minggu (24/08/2025).

Etnis asal Pulau Sumba itu menggandeng Voice of Sumba, salah satu komunitas paduan suara yang diisi remaja hingga dewasa asal Sumba.

Foto\\Komsos Paroki MBSB

Nuansa budaya Sumba mewarnai misa, mulai dari prosesi perarakan yang diiringi oleh tiga tarian sekaligus, yakni Tarian Woleka asal Sumba Barat Daya, Tarian Kabokang dan Tarian Panapang Baru asal Sumba Timur. Penari dengan balutan kain tenun khas Sumba melenggokkan badan dan mengentakkan kaki seiring dengan irama musik gendang yang dimainkan pemuda asal Sumba.

Budaya Sumba juga tampil dari busana yang dikenakan oleh umat, komunitas Voice of Sumba, hingga petugas liturgi dan tata tertib. Nyanyian lagu pembuka asal Sumba didengungkan setelah tari-tarian selesai ditampilkan.

Tidak hanya oleh petugas koor, tetapi umat juga tampak bersemangat dalam menembangkan lagu tersebut. Bahkan, beberapa di antara mereka menahan rasa haru dan rindu akan tanah kelahiran nan jauh di Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

Foto\\Komsos Paroki MBSB

Usai perarakan masuk gereja dan iringan lagu pembuka, misa dibuka oleh Rm. Martinus Tamo Ama sebagai Selebran Utama. Rm. Tinus, demikian biasa disapa, merupakan putra Sumba satu-satunya yang menjadi imam di Keuskupan Denpasar. Sementara Pastor Paroki RD Adianto Paulus Harun, serta Pastor Rekan RD Ferdy Panggur Burhan dan RD Johannes Handrijanto Widjaja, turut sebagai imam konselebran dalam misa yang meriah itu.

Dalam homilinya, Rm. Tinus mengatakan bahwa seluruh suku dan semua bahasa akan dikumpulkan oleh Tuhan untuk melihat kemuliaan-Nya. Oleh sebab itu, meskipun di hadapan manusia seseorang sering dibeda-bedakan berdasarkan suku dan ras, semuanya tetap sama di hadapan Tuhan. Sebagai umat Katolik, Ekaristi juga dirayakan dengan satu bahasa, yaitu bahasa liturgi yang membuat umat Katolik satu sebagai umat Allah.

“Kita diajak bersedia menjadi saksi, terang dan garam di antara suku-suku lain, di antara orang-orang lain yang ada di sekitar kita. Pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah pujian. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, sebab kasihnya tiba atas kita dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya,” ungkap Rm. Tinus dalam homilinya.

Foto\\Komsos Paroki MBSB

Rm. Martinus juga melihat banyaknya orang Sumba yang menjadi pastor atau guru, sehingga menjadi bukti bahwa orang Sumba banyak yang membawa penginjilan dan pengajaran hingga daerah-daerah terpencil. Penginjilan dan pengajaran tersebut juga menjadi bukti mengasihi sesama.

“Kata Sumba biasa menjadi suka membuat ancaman. Kita ubah kata itu menjadi suka membuat kebaikan, suka membuat cinta kasih, dan suka membuat damai. Menjadi pribadi orang Sumba yang membawa pesan cinta kasih, membawa damai, dan tidak mudah terpancing emosinya. Kita harus menunjukkan bahwa kita juga orang baik,” jelasnya.

Sebagai penutup homili, Rm. Tinus mengingatkan umat untuk setia dalam kehidupan rohani dan kegiatan berparoki, sebab Allah yang setia akan memberkati orang yang setia kepada-Nya. Dengan demikian, orang-orang yang setia akan menjadi saksi untuk mewartakan kabar-kabar sukacita ke seluruh dunia.

Foto\\Komsos Paroki MBSB

Sementara itu, RD Adianto Paulus Harun, mengungkapkan rasa kekagumannya karena banyaknya saudara-saudara dari Sumba dan beragama Katolik yang berada di Bali. Rm. Adi juga mengungkap Paroki MBSB merupakan gereja yang terbuka bagi semua, sebagaimana tertulis dalam Alkitab bahwa Kerajaan Allah mengundang semua orang dari segala suku dan bahasa.

“Gereja ini adalah gereja kita semua. Ini adalah tempat kita untuk bertemu dengan Tuhan, bertemu dengan saudara dan saudari seiman, dan juga berbagi kasih dengan yang lainnya,” kata RD Adianto Paulus Harun.

Ketua Voice of Sumba, Firman Ayanda, mengutarakan sukacitanya karena mendapatkan kesempatan dalam misa di Paroki MBSB. Menurutnya, misa inkulturasi di Paroki MBSB berlangsung dengan meriah dengan umat yang datang dari berbagai daerah. Hal tersebut menggembirakan, sehingga latihan Voice of Sumba yang dilakukan selama 2 bulan berbuah manis.

“Sangat meriah, lalu sesuai dengan ekspektasi juga. Dengan melihatnya saja, saya benar-benar terharu dengan hal ini. Luar biasa, sampai saya tadi menangis, saking terbawa suasana, terbawa emosi. Luar biasa pokoknya,” ungkapnya.

Dengan misa inkulturasi tersebut, Firman berharap umat-umat setempat dapat lebih aktif lagi untuk kegiatan di gereja. Selain itu, bagi 70 anggota yang tergabung dalam Voice of Sumba, kegiatan tersebut dapat menjadi sarana pengembangan bakat secara personal, sekaligus memperbaiki citra Sumba di Bali.

Dua pembina Voice of Sumba, Markus Umbu Tara dan Kristoforus Lero, mengungkap semua persiapan dan usaha Voice of Sumba untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan sudah tuntas dilakukan. Umat-umat terlihat antusias dan bergembira, serta mendukung liturgi dengan kehadirannya.

Mereka berharap, Voice of Sumba dapat terus berkontribusi bagi gereja dan perkembangan adat-istiadat Sumba, serta mendukung pariwisata Bali yang positif. Selain itu terdapat harapan bagi anak-anak Sumba di tanah rantau agar dapat berpikir positif untuk bekerja dengan baik, serta menghilangkan hal-hal negatif.

“Sebagai orang Katolik, kami sangat berharap untuk tetap konsisten sampai di mana pun juga, untuk membantu gereja dalam pelayanan, khususnya dalam liturgi. Sebagai orang Sumba, kami sangat bangga dan mendukung seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian kultural budaya Sumba,” ujar Markus.

Foto\\Komsos Paroki MBSB

Kristoforus menambahkan bahwa hari Minggu ini adalah hari yang berbahagia bagi orang Sumba, khususnya Voice of Sumba. Melalui paguyuban kecil tersebut, mereka dapat memberikan warna yang baru mengenai Sumba, serta mampu melayani Tuhan sebagai umat Katolik.

“Sesungguhnya warga Sumba seperti ini, bukan yang di luar sana. Kiranya banyak orang-orang Katolik yang bangkit untuk melayani Tuhan, melalui ikut koor, bergabung di KBG dan lingkungan, untuk kiranya membawa nama Sumba di Bali menjadi lebih baik,” tutupnya.

Penulis : Sandra Gisela

Editor: Hiro/KomsosKD

Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

One Comment

  1. Luar Biasa ,dengan adanya Voice of Sumba,saya sebagai orang Sumba merasa Bangga dengan adanya Misa Inkulturasi yg saya rasakan kemarin di Nusa Dua.
    Sangat sangat berkesan dengan di Pimpin oleh Romo Tinus dan Romo Pastor Paroki Maria Bunda segala Bangsa.
    Saya berharap Orang Sumba di Bali bukanlah apa yang sering diberitakan buruk. Jangan karena ulah segelintir orang, lalu seluruh orang Sumba dicap jahat. Kami hadir di Bali bukan untuk membuat onar, tapi untuk bekerja, belajar, dan hidup berdampingan dengan damai.

    Kita semua dipanggil untuk saling menghargai dan menjaga nama baik bersama. Mari tunjukkan melalui sikap, kerja keras, dan kebersamaan, bahwa orang Sumba mampu menjadi berkat di tanah perantauan.

    Firman Tuhan berkata:
    “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.” (Roma 12:21)

    #OrangSumbaBaik #DamaiDiPerantauan #BersaudaraDalamKristus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!