LINTAS PERISTIWA

Dihadiri Uskup Denpasar, Nataru Keluarga Manggarai Bali Kental dengan Budaya Manggarai

DENPASAR – Kebersamaan warga Bali asal Manggarai-NTT yang terhimpun dalam Ikatan Keluarga Manggarai Bali (IKMB) dalam acara Natal dan Tahun Baru (Nataru) bersama sangat kental dengan kehadiran budaya (adat) Manggarai.

Nataru IKMB bertempat di GOR Lila Bhuana, jalan Melati, Denpasar, Sabtu (18/1/2025). Acara ini dihadiri oleh Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, yang berkenan memimpin Perayaan Ekaristi sebagai perayaan sukacita kelahiran Yesus Sang Juru Selamat, sekaligus syukur atas perlindungan Tuhan sepanjang tahun yang telah lewat dan mohon penyertaan-Nya di tahun baru 2025 bagi seluruh warga perantau asal Manggarai.

Turut mendampingi Bapak Uskup dalam perayaan syukur itu adalah empat imam yang berasal dari Manggarai dan berkarya di Keuskupan Denpasar, yakni RP. Yosef Wora, SVD, RD. Adianto Paulus Harun, RD. Falvianus Endi dan RD. Libert Marung.

Kehadiran adat Manggarai hampir mewarnai seluruh rangkaian acara itu. Dimulai dengan upacara adat penerimaan dan lapor diri (baro cai) perwakilan tiga sesepuh dari tiga kabupaten: Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat di panggung utama (lutur) berlangsungnya acara.

Kemudian acara penyambutan Bapak Uskup yang didamping oleh para imam dengan sambutan khas Manggarai berupa ‘tuak reis’ (satu gentong kecil tuak) dan ‘kepok’ (tuturan bahasa adat Manggarai) oleh tua adat didampingi para sesepuh di luar gedung.

Ritual adat Manggarai aebelum misa berlangsung

Setelah itu, Uskup bersama para imam dan sejumlah sesepuh serta Ketua Panitia Nataru IKMB Pius Endo, melangkah masuk gedung acara diiringi oleh pekikan (renggas) dan dilanjutkan nyanyian adat Manggarai oleh beberapa pria berpakaian adat lengkap.

Tidak itu saja, ketika Bapak Uskup dan para imam serta sejumlah sesepuh Manggarai hendak memasuki ruangan acara untuk misa, kembali tokoh adat melakukan ritual berupa manuk dan tuak kapu (disimbolkan dengan seekor ayam dan satu gentong kecil tuak) juga diringi ‘kepok.’

Setelah itu diteruskan dengan perarakan menuju altar. Tarian adat oleh beberapa gadis Manggarai diringi lagu liturgi berbahasa Manggarai oleh koor mengiringi langkah Bapak Uskup dan para imam serta petugas liturgi lainnya.

Perayaan Ekaristi berlangsung seperti biasa dengan tata liturgi hari Minggu. Lagu-lagu yang mengiringi misa itu didominasi oleh lagu liturgi berbahasa Mangarai oleh koor adat yang khusus dipersiapkan untuk acara yang bernuansa inkulturatif itu.

Pada saat persembahan, beberapa umat berpakaian adat menghantar bahan persembahan berupa hasil panenan seperti sayur, buah-buahan dan sebagainya, juga diiring tarian persembahan. Sebelum menyerahkan bahan-bahan persembahan kepada Bapak Uskup, seorang tetua adat kembali menuturkan bahasa adat sebagai bentuk doa.

Hal menarik lainnya dan begitu indah dipandang bahwa warga Manggarai yang diperkirakan jumlahnya sekitar 1.000 orang itu hampir semuanya mengenakan pakaian adat Manggarai. Dengan demikian, perayaan Nataru ini ibarat sebuah pesta budaya sekaligus menegaskan identitas orang Manggarai perantauan, bahwa sejauh manapun kaki melangkah pergi, hendaknya tidak pernah melupakan ‘kuni agu kalo’ sebuah kiasan yang bermakna tanah tumpah darah dengan segala adat dan budayanya.

Tidak hanya warga Manggarai, acara sukacita tersebut juga dihadiri sejumlah tokoh NTT seperti Ketua Umum Flobamora Bali Herman Umbu Billy beserta istri yang juga Ketua Sang Dewi Flobamora Bali, Ketua Umum Ikatan Keluarga Flores (IKF) Frans Weo dan istri, Mantan Sekretaris Umum Flobamora Bali Fredy Billy dan istri serta para Ketua Paguyuban dan sesepuh daerah lainnya dari di NTT (Flobamora), dll.

Homili Uskup

Dalam homilinya pada perayaan itu, Uskup Denpasar mengingatkan bahwa saat ini Gereja banyak mengalami kemerosotan agama dan moral yang mencemaskan akibat budaya konsumerisme, materialisme dan hedonisme yang tak terkendali, juga pengaruh media sosial yang membuat banyak orang terhipnotis dan tidak lagi peduli dengan imannya.

Dalam Injil hari ini, kata Bapak Uskup, mengisahkan tentang mukjizat pertama yang dibuat Yesus dengan latar belakang pesta di Kana. Ketika itu, saat tuan pesta kehabisan anggur, Maria Ibu Yesus tampil sebagai penolong dengan memberi tahu situasi itu kepada Yesus.

“Kendati Yesus sempat menolak karena waktunya belum tiba, tetapi Yesus tetap taat kepada Maria dengan mengubah air menjadi anggur,” kata Bapa Uskup.

Kehabisan anggur, lanjut Uskup, dalam tradisi Yahudi adalah sesuatu yang memalukan sebab anggur membuat pesta menjadi semangat dan hidup. Dalam situasi itu Maria bertindak sebagai penolong, dia menolong tuan pesta sehingga terjadi mukijzat, di mana Yesus mengubah air menjadi anggur.

“Yesus akan mengubah hidup kita dari susah menjadi senang dan bahagia asalkan kita selalu taat kepada-Nya. Iman kepada Yesus itu terutama dari ketaatan kita kepada-Nya,” lanjut Bapak Uskup, seraya mengingatkan supaya selalu minta perantaraan doa Bunda Maria, sebagai salah satu tiang kokoh penopang Gereja.

Kepada keluarga besar Manggarai di Bali, Bapak Uskup mengajak untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. “Untuk keluarga besar Manggarai, mari kita bersyukur kepada Tuhan sekaligus memohon rahmat-Nya agar di tahun baru ini Tuhan selalu melimpahkan kesehatan dan kesejahteraan. Semoga Yesus Kristus yang telah lahir di Betlehem akan memberkati kita, juga memberkati talenta-talenta kita. Juga Maria sebagai penolong dan penasehat kita selalu mendoakan kita,” harap Mgr. San.

Di sisi lain, sebelum berkat penutup Uskup San mengapresiasi keluarga besar Manggarai yang jumlahnya paling banyak di antara etnis lain dari NTT. Dalam banyak hal, menurut Bapak Uskup, kuantitas yang banyak menjadi kebanggaan, namun lebih bangga lagi jika dibarengi dengan kualitas.

“Kita bergembira karena di satukan dalam acara ini mulai dari Manggarai Timur, Manggarai Tengah sampai Manggarai Barat. Semoga semuanya selalu hidup rukun, damai dan selalu bersatu dalam kebersamaan,” ungkap Mantan Prases (Rektor) Seminari Tinggi Ritapiret Maumere itu.

Bapak Uskup kemudian mengajak, “Mari kita memberikan kesaksian tentang Yesus dalam kehidupan kita. Seperti tema Natal 2024: Marilah sekarang kita pergi ke Betlehan (bhs Manggarai ‘Wee Cama Ngger Le Betlehem), kita perlu membangun Betlehem baru di tempat di mana kita berada dengan memberikan kesaksian tentang Yesus dalam hidup kita. Lalu memasuki tahun 2025, semoga kita tetap optimis dan punya harapan. Ini harus terus dihidupkan,” ajak Mgr. San.

Ketua Panita Nataru IKMB Pius Endo, dalam laporannya mengungkapkan rasa sukacitanya dengan berkumpulnya seluruh warga asal Manggarai seraya berharap supaya keberadaan semua orang Manggarai di Bali dapat memberikan kenyamanan bagi semua orang. “Mari kita jaga Bali ini sebagai tempat yang nyaman untuk semua orang,” ajaknya.

Pius Endo, Ketua Panitia

Pius Endo juga berharap agar warga Manggarai ke depannya semakin baik, semakin kompak serta menanamkan kasih persaudaraan dalam suka dan duka serta dapat bekerja sama.

Sementara salah seorang sesepuh Manggarai di Bali, Marcel Jemalit mengungkapkan rasa gembira karena dengan acara Nataru ini dapat mengobati kerinduan seluruh warga asal Manggarai di Bali untuk berkumpul bersama, setelah sudah lama tidak menggelar acara bersama sejak Kabupaten Manggarai dimekarkan menjadi tiga kabupaten.

Sedangkan Ketua Umum Flobamora Bali, Herman Umbu Billy, dalam sambutannya mengucapkan salam sukacita Natal dan bahagia tahun baru kepada seluruh warga Manggarai Bali. Dia berharap agar setiap warga NTT termasuk warga Manggarai di Bali dapat memberikan yang terbaik dan berkontribusi yang positif dari keadaannya di tanah Bali ini.

Beberapa pentas budaya seperti tarian tradisional Manggarai, nyanyian tradisional berupa ‘sanda dan mbata’ diekspresikan pada kesempatan itu. Panitia juga menghadirkan atlet berprestasi yang menyumbangkan medali bagi Bali pada PON yang lalu, antara lain atlet Kempo dua bersaudara kembar Faris dan Haris, serta penampilan penyanyi asal Manggarai Theo Bagio dan sebagainya.

Acara itu disempurnakan dengan menari bersama. Uskup Denpasar pun bersukacita bersama warga yang hadir dengan ikut menari sebelum pamit pulang. Warga bertahan dengan terus larut dalam kegembiraan hingga acara ditutup dan berlangsung tertib dan aman.*

Penulis : Hironimus Adil

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!