LINTAS PERISTIWA

Cerita Karya Misioner KMKI dari Keuskupan ke Keuskupan

DENPASAR – Menutup sesi sore hingga malam Raker KMKI Regio Nusra di Catholic Center pada hari kedua Selasa (7/10/2025), masing-masing Keuskupan bercerita tentang karya misioner yang telah dan akan dilakukan, berikut kendala dan tantangan yang dihadapi.

Sesi ini dipandu Koordinator KMKI Regio Nusra yang juga Dirdios KMKI Keuskupan Denpasar RD. Herman Yoseph Babey.

Dari Keuskupan Labuan Bajo, RD. Servulus Juanda, utusan KMKI Labuan Bajo, mengawali cerita tentang kendala yang dihadapi. Sebagai keuskupan baru atau paling bungsu di Regio Nusra, kendala utama adalah belum banyak memiliki animator-animatris ketika awal berdirinya keuskupan itu.

Rm. Selus, demikian biasa disapa, ikut bertanggung jawab atas kendala itu ketika dirinya menjabat  Dirdios KKI Ruteng. Di samping itu, kurangnya respons pastor paroki respons ketika mau buat SOMA. Animator-animatris yang ada saat memulai Keuskupan baru itu adalah mereka yang dulu pernah ikut SOMA tingkat Kevikepan Labuan Bajo, ketika masih bergabung dengan Keuskupan Ruteng.

Untuk mengatasi kendala itu, keuskupan yang belum genap 1 tahun berdiri ini, sudah melaksanakan SOMA 1 dan 2 yang dibiayai oleh Wahana Visi Indonesia. Tahun 2026 KMKI Labuan Bajo rencana akan melaksanakan 3 kali Soma.

Dirdios KMKI Labuan Bajo RD. Dominikus Risno Maden, menambahkan mereka memiliki peluang untuk maju terutama dukungan Uskup setempat Mgr. Maksimus Regus, yang selalu mendorong dan serius memperhatikan pastoral anak, remaja dan orang muda.

Dari aspek kelembagaan, lanjut Rm. Risno, sudah melakukan Tata Kelola KMKI Keuskupan Labuan Bajo, bersamaan dengan program keuskupan 2025 ini sebagai tahun Tata Kelola.

Cerita berikut dari Keuskupan Agung Ende. Sebelumnya keuskupan ini sudah banyak sharing tentang JPA (Jadi Pendamping Adik), dalam kesempatan ini mereka sharingkan tentang kekuatan tim KMKI.

Dirdios KMKI Ende, RD. Ayub Ninung, berkisah kekuatan paling utama di keuskupan itu karena mayoritas umatnya adalah Katolik, sehingga dukungan umat sangat besar termasuk karya misioner. Di samping itu, warisan iman yang kuat dari para sespuh atau orang tua menjadi kekuatan lainnya.

“Warisan leluhur itu kekuataan yang kami miliki. Dukungan para pastor paroki juga sangat kuat untuk semua kegiatan keuskupan yang terprogram,” imbuhnya.

Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD, juga memberikan perhatian besar kepada anak dan remaja bahkan perhatian pada ibu hamil. “Gerakan ramah ibu hamil dan Gerakan Gereja ramah anak dimulai dari Komunita Umat Basis (KUB) sangat didukung Bapak Uskup,” katanya.

Adapun tantangan yang mereka hadapi adalah berhadapan dengan respons yang lemah dari animator-animatris, juga dari fungsionaris pastoral baik yang tertahbis maupun terbaptis.

Jangkauan wilayah yang sangat luas, juga menjadi kendala berikutnya, sehingga animasi banyak tidak menyentuh akar rumput terutama di paroki yang jauh. Dana juga terbatas, lebih banyak memakai dana swadaya. Untuk SOMA, keuskupan ini berencana membuat tahun depan.

Kisah lebih lanjut dari KMKI Keuskupan Larantuka. Dirdios KMKI Larantuka, bercerita karya misi di Keuskupan Larantuka, fokus pastoralnya di tingkat KBG. Sehingga animator-animatris ada sampai KBG. Banyak juga guru dan umat yang menyediakan diri untuk pendampingan anak di KBG.

Menurut Dirdios, kegiatan tingkat keuskupan jarang dilakukan, tapi di tingkat dekenat, paroki dan KBG cukup aktif kegiatannya  “Pendampingan Sekami sangat aktif di Keuskupan Larantuka mulai dari KBG. Untuk SOMA kami laksanakan tahun 2024 lalu, dari 53 paroki setiap paroki mengutus 2 orang. Setelah buat SOMA tingkat keuskupan, paroki juga buat SOMA tingkat paroki,” katanya.

Bapak Uskup Larantuka sangan mendukung penuh kegiatan yang berkaitan dengan pendampingan anak-anak itu, tak heran Keuskupan Larantuka selalu menyertakan peserta mengikuti TSOM. Sebab keuskupan itu sepakat menyiapkan regenerasi untuk 20 tahun ke depan.

Tantangan yang dihadapi antara lain anak-anak yang sudah masuk SMP merasa tidak bagian dari Sekami lagi. Tantangan lainnya kondisi geografis, keuskupan ini termasuk daerah kepulauan sehingga tidak banyak kegiatan tingkat keuskupan, tapi fokus di tingkat dekenat dan paroki hingga KBG.

Selanjutnya Dirdios KMKI Keuskupan Ruteng, RD. Benediktus Gaguk, bercerita secara program KMKI telah mengunjugi beberapa paroki bersama tim Sekami. Lalu pendampingan anak-anak yang holistik dan berkelanjutan melalui Paroki Sayang Anak berjalan dengan baik. Sedangkan terkait animator-animatris dan isu terkait pendampingan remaja juga menjadi perhatian keuskupan itu.

Rm. Benediktus menambahkan, menarik cerita dari Larantuka, pendampingan Sekami berbasis KBG, ini juga akan menjadi refleksi untuk keuskupan Ruteng. “Kami juga sedang memikirkan grand design untuk mengkoordinir 4 serikat yang harus dilayani oleh KMKI,” pungkasnya.

Sementara Dirdios KMKI Keuskupan Agung Kupang RD. Giovani Aditya Lewa Arum, berbagi cerita tentang kegembiraan dan harapan kegiatan misi KA Kupang, antara lain adanya dukungan Bapak Uskup, serta kordinasi dan komunikasi yang baik dengan para pastor paroki.

Konsistensi pelayanan juga berjalan baik dan adanya animator-animatris yang siap melakukan pendampingan. Lalu ada harapan yang baik dari Ekonom yang baru karena sudah berjanji setiap komisi untuk membuat RAB.

“Kita juga mulai menyasar kerjasama dengan Seminari Menegah dan Seminari Tinggi di Kupang. Juga ada gerakan imam sahabat anak, sehingga perhatian terhadap anak semakin bagus.  Untuk TSOM, kami akan berpartisipasi,” katanya.

Kemudian kecemasan dari KA. Kupang saat ini, adanya gap antara generasi, terutama antara animator-animatris dengan katekis senior. Lalu, kesenjangan fasilitas yang dimiliki masing-masing paroki, serta adanya benturan kepentingan antara kelompok  misdinar dengan Sekami remaja.

Dirdios KMKI Keuskupan Maumere RD. Yansen Da Cunha, punya cerita bahwa keuskupan ini berdiri sekitar 20 tahun, tapi sudah tiga kali ganti Uskup dan masing-masing memiliki kebijakannya sendiri. Keuskupan Maumere juga memiliki gerakan seribu rupiah untuk pendidikan anak-anak.

KMKI di tingkat keuskupan belum secara spesifik ada kegiatan untuk anak-anak, sebab paroki yang membuat program, lalu diajukan ke biro di Keuskupan. Tantangan yang dihadapi antara lain pola gerakan yang berbeda antara imam senior dengan imam muda, dan ini berpengaruh terhadap pola pendampingan juga. Ini terasa ketika Tim KMKI mengunjugi ke paroki untuk Soma.

Salah satu keuntungan keuskupan ini adalah banyaknya biara dan biasa koordinasi dengan keuskupan terutama untuk pelayanan kelompok kategorial. Program KMKI biasa Kerjasama juga dengan biara-biara itu.

Kendala yang dihadapi, diantaranya tenaga animator-animatris banyak, tetapi didominasi mereka yang sudah berumur dan sulit untuk berubah. Lalu, mereka juga alami kesulitan karena tidak ada system yang baku untuk dilanjutkan KMKI saat ini.

Dari Keuskupan Weetebula, menurut Dirdios KMKI RD. Josinto B.O.C. Anin, kata misi itu penting bagi mereka. KMKI Keuskupan Weetebula selalu berkoordinasi dengan Tim Puspas. Gambaran umum wilayah pastoral juga mudah dijangkau karena akses lancar, kecuali beberapa tempat saja yang masih cukup sulit.

KMKI masuk dalam rumpun pewartaan. Mereka memiliki 8 anggota yang tersebar di 4 dekenat dan masing-masing dengan dua kordinator, satu imam satu awam. Program rutin, dua kali setahun mengadakan Kursus untuk para Pembina Sekami.

“Kami memiliki system kerja sama tim dalam rumpun pewartaan yang baik. Puspas sering melakukan kursus, sehingga kami selalu kaya dengan bahan-bahan kursus. Bahan-bahan kursus yang ada kami tidak berikan begitu saja, tetapi kami elaborasi lagi supaya lebih kontekstual,” cerita Rm. Josinto, seraya menambahkan untuk pendanaan, mereka punya system keuangan satu pintu.

Sementara itu dari Keuskupan Atambua Tim KMKI Atambua Sr. M. Klarentine, FSGM, bercerita bahwa gerakan KMKI selalu berkolaborasi lintas komisi terkait di Puspas. Kegiatan kerasulan KMKI di Keuskupan itu dibuat di tingkat paroki, dekenat dan keuskupan. Kegiatannya antara lain ada katekese dan animasi baik in door maupun out door. Di Atambua ada Sekami dan remaja Katolik dan kegiatan pembinaannya dibagi berdasar jenjang usia itu.

Tahun 2025 KMKI melakukan turne ke paroki. Namun, tantangan yang dihadapi antara lain wilayah yang luas, mencakup tiga kabupaten sehingga tidak bisa menjangkau semua paroki dalam satu tahun. KMKI biasa turun di pusat paroki dan di sekolah-sekolah.

KMKI Atambua belum melakukan SOMA tapi setahun sekali melakukan pelatihan bagi animator dan animatris. “Kami dalam kegiatan banyak mengunakan dana swadaya,” imbuhnya.

Cerita terakhir dari KMKI Keuskupan Denpasar. Dirdios RD. Herman Yoseph Babey, bercerita KMKI Keuskupan Denpasar tidak banyak yang menjadi kesulitan. “Uskup selalu mendukung semua program pastoral yang diputuskan dalam sidang tahunan,” katanya.

Uang juga semua ada di ekonom keuskupan tapi sejauh ini tidak ada kendala kalau mengajukan dana untuk kegiatan. Kerjasama lintas komisi sangat baik, dan kalau ada komisi yang tidak ada uang bisa dibackup oleh Puspas atau subsidi antara komisi.

“Rencananya tahun 2026, kami mulai membentuk wadah kelompok remaja. Kita akan mulai dari mengumpulkan animator-animatris yang ada, baru akan mengundang Dirnas untuk memberikan pembekalan,” tutup Rm. Babey.

Direktur Nasional KMKI RP. Alfonsus Widhi, SX, setelah mendengarkan sharing misioner dari 9 Keuskupan Regio Nusra itu, lantas memberikan peneguhan.

Dirnas KMKI RP. Alfonsus Widhi, SX (kanan) bersama Koordinator KMKI Regio NUSRA, RD. Herman Yoseph Babey

“Harapan saya semua Dirdios bahagia, karena poisis kita ada di jantung evangelisasi Gereja, dengan tugas utama mengerakan dan menjadi inistiator misioner,” kata Dirnas, seraya menegaskan bahwa tugas para Dirdios KMKI dan timnya, lanjutanya jelas tergantung pada Bapak Uskup.

Drinas juga mengingatkan agar dalam melaksanakan karyanya bisa bekerja sama dengan Komisi Komsos dan Komisi Kateketik sebagai mitra KMKI.

“Orang muda juga bisa menjadi ladang pelayanan misioner kita dan ini bisa kerja sama komisi Kepemudaan,” pungkas Rm. Alfonsus. *

Hironimus Adil

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!