LINTAS PAROKILINTAS PERISTIWA
Trending

SOSIALISASI TPE BARU DI PAROKI SANTO YOSEPH DENPASAR (bagiaan II-Selesai)

Sosialisasi TPE gelombang kedua di Paroki St. Yoseph Denpasar, kembali dilaksanakan di gereja Yesus Gembala Yang Baik Ubung, Denpasar, setelah perayaan Ekaristi Minggu pagi. Total peserta yang terdaftar jauh lebih banyak, hingga 170 orang.

Mereka terdiri atas ketua-ketua lingkungan/stasi, ketua-ketua KBG, OMK, dan perwakilan umat. Sebelum sosialisasi dimulai, para peserta menikmati snack siang di basement gereja.

Umat yang hadir dalam sosialisasi TPE gelombang kedua

Tepat pukul 10.30 WITA, sosialisasi gelombang kedua dilaksanakan. Sama dengan gelombang pertama, sosialisasi dibawakan oleh kedua pastor di Paroki Santo Yoseph Denpasar secara bergantian, P. Ketut lalu P. Yan Madya. Secara garis besar, materi yang dibawakan tidak jauh berbeda dengan gelombang pertama.

Akan tetapi, pada kesempatan ini, umat dilatih lebih mendalam tentang jawaban dan nyanyian umat, seperti nyanyian “Amin”, nyanyian “Dan bersama rohmu”, nyanyian “Dimuliakanlah Tuhan”, nyanyian “Terpujilah Kristus”, nyanyian Anamnesis (1, 2a, 2b, 3a, dan 3b), serta nyanyian “Syukur kepada Allah”. Menariknya, P. Ketut berujar bahwa nyanyian yang baru justru lebih semarak sehingga perlu dilatih lebih mantap di lingkungan/stasi masing-masing.

P. Ketut membawakan materi sesi pertama

Sesi selanjutnya dibawakan oleh P. Yan. Ia pertama-tama menegaskan bahwa akan banyak hal yang berubah, terutama penataan altar dan pakaian petugas liturgi. “Perubahan ini harus dilakukan, tidak boleh ditunda-tunda. Ini bukan saya punya mau, tetapi tuntutan liturgis dari buku TPE yang baru. Tetapi, perubahan mental dan semangat petugas liturgi ini juga yang jauh lebih penting,” tegasnya.

P. Yan Madya membawakan materi sesi kedua

Terkait pakaian petugas liturgi, P. Ketut menambahkan bahwa praktik selama ini di paroki agak keliru. Penggunaan selempang yang lazim bagi lektor, pemazmur, dan prodiakon akan perlahan diganti dengan samir. Alasannya, selempang yang digunakan miring tersebut adalah tanda jabatan diakon. “Ada makna liturgis dari setiap pakaian yang tidak dapat digunakan sembarangan,” ungkapnya.

P. Yan juga menegaskan kembali pentingnya paguyuban lektor dan pemazmur. Sebagai catatan, paguyuban ini sempat terbentuk beberapa tahun yang lalu, kemudian tidak begitu berfungsi sehingga ingin dihidupkan kembali. Beliau juga menyebut kriteria calon prodiakon yang akan ditetapkan pada periode selanjutnya (2022). “Prodiakon memiliki batas wilayah pelayanan tertentu dan batas waktunya. Mereka ditetapkan oleh Bapak Uskup dan direkomendasikan oleh Pastor Paroki,” ungkapnya.

Selanjutnya, P. Yan menegaskan pentingnya kelompok koor dan dirigen sebagai pemandu umat. “Maka, saya menegaskan bahwa kelompok koor harus melatih nyanyian umat 15 menit sebelum misa, entah itu berlatih mazmur atau nyanyian lain. Mengapa itu penting? Karena misa pada hakikatnya adalah perayaan bersama antara imam dan umat. Tidak bisa umat hanya menjadi penonton. Maka, saya amat sarankan gunakanlah lagu-lagu yang familiar dengan umat, seperti lagu-lagu Madah Bakti. Untuk lagu komuni, saya bebaskan,” tegasnya.

Sesi tanya jawab menjadi sesi terakhir dalam sosialisasi ini. Beberapa pertanyaan praktis kembali diajukan peserta yang hadir, seperti tata gerak saat membuat tanda salib, doa pribadi, konsekrasi, Anak Domba Allah, nyanyian Alleluya, doa sebelum dan sesudah komuni, dan nyanyian Bapa Kami. Pada akhirnya, P. Yan kembali menegaskan, “ikuti buku TPE” karena di sana sudah tercantum dengan jelas tata gerak yang harus dilakukan oleh umat, kapan berdiri, duduk, berlutut, membungkuk, dan sebagainya.

Sesi tanya jawab sosialisasi TPE gelombang kedua

Pertanyaan selanjutnya adalah penggunaan buku nyanyian Madah Bakti. Seorang umat berkomentar bahwa di beberapa paroki sudah menggunakan buku Puji Syukur, apakah paroki juga akan menggunakan buku yang sama? P. Yan menjawab bahwa pengadaan buku yang baru membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. “Maka, sejauh pengamatan saya di Keuskupan Denpasar yang menggunakan Madah Bakti, maka kita di paroki juga menggunakan itu saja,” jawabnya.

Terakhir, seorang umat bertanya tentang persembahan. “Pada hakikatnya, persembahan yang asli adalah hasil bumi dan usaha (misal, hasil panen) umat yang dipersembahkan kepada Gereja melalui imam dalam perayaan Ekaristi. “Maka, tidak jarang kita melihat di kampung-kampung, bahwa ketika sedang musim panen, umat mempersembahkan hasil bumi mereka kepada Gereja, dan itu sangat diperbolehkan,” ungkapnya.

P. Ketut menambahkan bahwa praktik saat ini memang jarang terjadi di paroki-paroki perkotaan, seperti Paroki Santo Yoseph Denpasar. Namun, ia mengajak umat bahwa praktik yang hakiki tersebut juga patut dihidupkan kembali. “Meskipun demikian, tetap hosti dan anggur menjadi persembahan utama yang diarak oleh perwakilan umat dalam perarakan persembahan,” pungkasnya.

Sesi tanya jawab sosialisasi TPE gelombang kedua

Kedua gelombang sosialisasi TPE ini, meski berlangsung cukup lama hingga tiga jam, dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tidak jarang, gelak tawa juga hadir untuk mencairkan suasana. Pada intinya, sosialisasi ini perlu terus menerus diadakan sehingga praktik liturgi di Paroki Santo Yoseph Denpasar semakin benar. Meminjam perkataan P. Ketut, “Memang, ketika liturgi kita sudah seragam, ini akan membosankan. Tetapi, kita justru tidak ingin mencari apa yang kita senangi, apa yang menyenangkan. Kita harus mulai membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa”.

Sebagai catatan, hampir seluruh peserta kedua gelombang sosialisasi ini mendapat buku TPE umat secara cuma-cuma dari paroki. Oleh sebab itu, buku TPE ini dapat dibawa setiap kali misa dan dipelajari dengan saksama sehingga tercipta perayaan Ekaristi yang seragam dan semarak.

Sosialisasi gelombang kedua ini ditutup dengan doa dan berkat penutup oleh P. Yan Madya, SVD pada pukul 13.30 WITA.

Penulis
Joshua Jolly SC
Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close