SOSIALISASI DAN PRAKTEK PEMBUATAN ECO ENZYME DI MATARAM
Oleh : Hironimus Adil
Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Denpasar, akhirnya tiba juga di Dekenat Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pandemi Covid 19 yang belum berakhir hingga saat ini tak menghalangi komisi tersebut untuk menuntaskan programnya untuk sosialisasi dan praktek pembuatan EE.
Senin (21/6/2021/) sore ini, Komisi PSE melakukan sosialisasi dan praktek pembuat EE yang berlansung di Aula Paroki St. Maria Immaculata Mataram.
Didahului sosialisasi baik menyangkut dasar spiritualitas Gerakan EE maupun cara dan pembuatan, bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan EE sampai manfaat penting EE, disampaikan oleh Ketua PSE RD. Evensius Dewantoro dan Handoko, salah seorang Tim PSE.
Sosialisasi hanya berlangsung sekitar 30 menit. Selanjutnya adalah praktek pembuatan EE.
Praktek ini berlansung seru. Peserta yang hadir dari Paroki Mataram dan St. Antonius Ampenan begitu antusis dan semangat.
Masing-masing peserta sudah membawa sisa buah dan sayuran dari rumahnya masing-masing sebagai salah satu bahan dasar pembuatan EE.
Jenis sisa buah yang dibawa antara lain jeruk, nanas, naga, kulit pisang, pepaya, sawo, dan beberapa jenis sayuran hijau.
Demikian pula molase dan wadah yang digunakan untuk proses fermentasi bahan-bahan telah disediakan.
Sebagaimana diketahui bahan-bahan pembuatan EE antara lain molase atau gula merah, sisa buah/sayur dan air dengan perbandingan 1:3:10.
Para peserta begitu semangat. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap peserta aktif di kelompoknya, ada yang memilah jenis sisa buah, ada yang menimbang, ada yang mencatat volume sisa buah yang digunakan, ada yang memotong sisa buah.
Lalu yang lainnya menyiapkan air dalam wadah, kemudian mencampurkannya dengan molase sesuai takaran yang dipersyaratkan.
Bagian akhir, setelah sisa buah dipotong-potong, lalu dimasukan dalam jaring buah dan diikat. Selanjutnya dimasukan dan direndam ke dalam air yang telah dicampur molase dalam wadah plastik bermulut lebar.
Kemudian ditutup rapat dan biarkan sampai 3 bulan baru dipanen.
Proses 3 bulan itu khusus untuk daerah tropis, sedangkan untuk daerah sub tropis sampai 6 bulan.
Selama proses fermentasi tutup wadah jangan pernah dibuka sampai panen tiba.
“Jangan gunakan wadah mulut kecil karena akan menyulitkan sisa buah masuk. Wadah juga harus berbahan plastik, jangan wadah dari besi karena akan berkarat, jangan pula wadah terbuat dari kaca karena mudah pecah,” kata Handoko saat sosialisasi.
Deken NTB yang juga Pastor Paroki Maria Immaculata Mataram RD. Laurensius Maryono mengatakan rasa syukur dan gembiranya karena dalam bulan ini banyak kegiatan Puspas yang menyasar umat di Dekenat NTB, lebih khusus di Pulau Lombok.
Sebelum ini, katanya ada Lokakarya Cipta Lagu liturgi bagi para Komponis NTB. “Hari ini sosialisasi dan pembuatan Eco Enzyme dari PSE. Esok ada pelatihan telekonseling dari Komisi Keluarga, dan bersamaan dengan Pelatihan Jurnalistik oleh Komisi Komsos. Semuanya dilaksanakan di Paroki Mataram dan ini menjadi berkat bagi kami karena banyak peserta yang ikut dari paroki ini,’ katanya.
Sementara Ketua PSE RD. Evensius Dewantoro mengatakan gerakan PSE selalu berlandaskan pada solidaritas yaitu peduli dan membantu sesama yang dalam musibah atau mengalami kekurangan, termasuk peduli dengan lingkungan hidup.
Gerakan EE, kata Ketua PSE adalah gerakan merawat bumi, memelihara lingkungan hidup yang saat ini sarat dengan beban akibat dari ulah manusia sendiri, seperti membuang sampah sembarangan, merusak dan mencemarkan lingkungan dan sebagainya.
“Mari kita merawat bumi kita, memelihara lingkungan kita melalui gerakan Eco Enzyme,” ajak Rm. Venus.
Komisi PSE akan melanjutkan kunjungan untuk kegiatan yang sama di paroki-paroki di Pulau Sumbawa 22-23 Juni 2021.
*Hironimus Adil