LINTAS PAROKILINTAS PERISTIWAPUSAT PASTORAL
Trending

SINODE USKUP SEDUNIA DI TIGA STASI PAROKI DOMPU

KEUSKUPANDENPASAR.NET Kendati jumlah umatnya kecil, hanya sekitar 500 jiwa, namun wilayah pelayanan Paroki Sta. Maria-St. Yosep Dompu cukup luas, mencakup seluruh Kabupaten Dompu dan sebagian Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

Sebagian besar umat terpusat di kota Dompu yang merupakan pusat paroki. Sebagian kecil umat lainnya berada di beberapa tempat yang dijadikan semacam stasi yakni Stasi Lakey, Stasi Nangakara-Calabay-Surinomo dan Stasi Tambora. Umat di tiga titik itu sebagian besar adalah perantau asal NTT.

Lakey

Kecuali Stasi Tambora yang telah memiliki kapela sederhana berukuran kecil, dua tempat lainnya yakni Lakey dan Nangakara belum memiliki kapela, sehingga saat kunjungan pastor untuk misa ataupun aktivitas lainnya berlangsung di rumah umat seperti di Nangakara. Sedangkan di Lakey biasa di lakukan di salah satu ruangan hotel (atas seijin pemilik hotel) karena umumnya umat di daerah wisata itu bekerja di hotel.

Lakey

Setelah selesai Sinode bersama perwakilan umat di pusat paroki di kota Dompu pada 15 Februari, Tim III Fasilitator Sinode Uskup Sedunia tingkat Keuskupan Denpasar, kemudian menyambangi tiga stasi tersebut.

Di Stasi Lakey dengan jarak tempuh sekitar 1 jam dari Dompu, Sinode ini dilaksanakan pada Rabu (16/2) petang. Saat kunjungan ke stasi ini, juga menjadi kesempatan untuk melaksanakan Ekaristi bersama umat.

Setelah perayaan Ekaristi, lanjut dengan Sinode bersama perwakilan umat. Menariknya, saat Tim Fasilitator yang terdiri dari RD. Agustinus Sugiyarto, P. Agustinus Sumaryono, SVD dan Hironimus Adil, bersinode dengan perwakilan umat, Pastor RD. Eligius Wahyu, memberikan pengajaran iman kepada anak-anak yang jumlahnya belasan orang di stasi tersebut.

Pelaksanaan Sinode di stasi ini berlangsung lancar. Umat setempat secara terbuka mengungkapkan sharing pengalaman iman maupun pengalaman hidup bersama orang lain yang berbeda agama.

Nangakara-Calabai-Surinomo

Kendatipun mengalami tantangan dari masyarakat setempat yang berbeda agama, terutama terkait pandangan-pandangan tertentu yang menganggap Kristen itu kafir, atau tekanan lainnya, tetapi justru hal tersebut tidak menggoyahkan iman mereka bahkan hal tersebut justru membuat iman maupun persekutuan umat yang berjumlah 10 KK itu semakin kokoh.

Mereka pun tidak ragu menunjukkan identitas sebagai Katolik. Ada harapan mereka kiranya suatu waktu memiliki kapela sebagai tempat beribadah maupun pembinaan iman lainnya. Tim III menginap semalam di Lakey.

Nangakara dan Tambora

Seusai Sinode bersama umat di Stasi Lakey, keesokan harinya, Kamis (17/2) Tim III menuju stasi Nangakara. Karena berbeda arah dengan Stasi Lakey, maka Tim III bersama Pastor Paroki Dompu, kembali ke Dompu kemudian melanjutkan perjalanan menuju Nangakara.

Perjalanan lumayan jauh, namun menyenangkan karena sepanjang jalan disuguhkan pemandangan pinggir pantai dan padang savanna yang cukup luas, di mana ribuan ekor sapi, kuda, kerbau dilepas bebas. Mengasyikan.

Tambora

Perjalanan Dompu-Nangakara ditempuh lebih dari dua jam. Tiba hampir tengah hari, disambut hujan rintik. Umat yang jumlahnya sekitar 7 Kk menyambut tim dengan penuh keramahan. Usai istirahat sejenak, sambil minum kopi dan snack, dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi.

Pelaksanaan Sinode di Stasi ini dilaksanakan setelah Ekaristi. Dari sharing umat tentang kehidupan bersama yang berbeda agama, di Nangakara praktis tidak ada masalah. Masyarakat di sini cukup terbuka dengan yang berbeda agama, maklum kebanyakan di tempat itu adalah warga perantau.

Umat Katolik di tempat ini hampir semuanya petani. Kerjasama dengan warga masyarakat lainnya cukup harmonis, misalnya saat ada hajatan mereka saling menolong, misalnya ikut memasak bagi ibu-ibu ataupun persiapan lainnya.

Tambora

Bahkan ada umat Katolik di Nangakara dipercaya menjadi pimpinan kelompok tani, dan selalu bersikap tegas jika ada persoalan di tengah masyarakat. Hubungan dengan pemerintah desa juga baik. Balai desa pernah dipakai menjadi tempat kegiatan Hari Pangan Sedunia yang diselenggarakan PSE.

Usai Sinode di Nangakara, Tim bersama Pastor Paroki, sekitar pukul 16.00 melanjutkan perjalanan ke Stasi Tambora yang terletak di lereng gunung Tambora. Mobil yang mengantar tim hanya sampai di kampung Pancasila, sebab jalan aspal hanya sampai di kampung ini dan merupakan batas dari wilayah Kabupaten Dompu.

Sementara Tambora, secara administrasi pemerintahan, merupakan bagian dari Kabupaten Bima. Dari Pancasila, tim ini menyewa ojek menuju Tambora, dengan kondisi jalanan tanah yang cukup menantang. Beruntung hari itu tidak turun hujan, sehingga luput dari jalanan licin dan berlumpur. Sejatinya dari Pancasila sampai Tambora tidak terlalu jauh, hanya 20-30 menit perjalanan dengan sepeda motor.

Perjalanan dari Nangakara sampai Tambora, hampir dua jam. Tiba di Tambora, hari hampir gelap dan malam itu tidak langsung kegiatan, tetapi obrol banyak hal dengan umat setempat yang hanya terdiri dari 5 KK.

RD. Eligius Wahyu, saat pimpin Ekaristi di Nangakara

Kegiatan Sinode baru berlangsung pada Jumat (18/2) pagi. Sama seperti di stasi lainnya, didahului oleh misa baru lanjut dengan Sinode. Pengalaman umat di Tambora yang semuanya berprofesi petani itu, tidak beda jauh dengan di Nangakara. Masyarakatnya cukup terbuka karena sebagian besar masyarakat adalah perantau dari daerah lain, termasuk ada umat Hindu dari Bali. Hubungan dengan masyarakat lain cukup harmonis dan sejauh ini belum pernah terjadi konflik karena perbedaan agama.

Walau kecil, tapi mereka sangat teguh dalam iman dan persekutuannya kuat. Mereka bahagia, karena meski kecil dan jauh dari kota, tapi mereka diperhatikan untuk didengarkan suaranya dalam Sinode Uskup Sedunia ini. Hal ini diakui oleh Bapak Falentinus, Ketua Stasi Tambora.

Tim 3 bersama Pastor Paroki Dompu dan tiga orang anak Tambora saat tiba di kampung Pancasila hendak kembali ke Dompu

Mereka juga bahagia karena Romo Eli, sebagai Pastor Paroki, rutin datang sekali sebulan merayakan Ekaristi dan selalu menginap jika datang. Saat kunjungan pastoral sekali sebulan itu, Rm. Eli, biasanya siang melayani umat di Nangakara, dan terus ke Tambora dan menginap.

Usai Sinode di Tambora, siang hari setelah makan, langsung balik lagi ke Dompu. ***

Penulis
Hironimus Adil
Tags
Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close