Gita Liturgia Anak se-Dekenat NTB yang dilaksanakan di Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar, berlangsung seru dan sukses.
Kegiatan yang diisi dengan beberapa mata lomba seputar liturgi Katolik itu diikuti oleh para peserta kategori usia sekolah dasar yang mewakili paroki-paroki di Dekenat Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ada 8 kontingen peserta yang mengikuti kegiatan ini, terdiri dari 7 kontingen peserta dari 7 paroki, ditambah kontingen dari SDK Diponegoro Sumbawa Besar. Total peserta, pendamping maupun panitia sekitar 300 orang, termasuk sejumlah iman yang berkarya di dekenat NTB.
Hampir semua kontingen mengikuti semua mata lomba, kecuali Paroki St. Yohanes Pemandi Praya, yang hanya mengikuti lomba Lektor. Sementara Paroki St. Maria-St. Yoseph Dompu, tidak berpartisipasi dalam satu mata lomba yaitu Tutur Kitab Suci.
Adapun jenis mata lomba dalam Gita Liturgia Anak se-Dekenat NTB ini antara lain Paduan Suara, Lektor, Mazmur, Tutur Kitab Suci dan Cerdas Cermat Rohani. Khusus paduan suara, setiap regu menyanyikan tiga lagu yakni lagu wajib ‘Salve Regina’, dan lagu pilihan terdiri dari 1 lagu Ordinarium, 1 lagu Properium.
Cerdas Cermat Bersaing Ketat
Setelah dibuka secara resmi oleh Bapak Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, pada Kamis (6/7/2023), di Gedung Paroki Sumbawa, aktivitas lomba antara anak-anak berusia SD tersebut langsung ‘tancap gas’.
Cerdas cermat rohani (CCR) menjadi lomba pada kesempatan pertama. Ada tujuh regu yang mengikuti lomba CCR. CCR dibagi dalam dua sesi lomba, sesi pertama mempertemukan 4 regu, dan sesi kedua terdiri dari 3 regu.
Tiga regu dari tujuh regu dengan nilai tertinggi ditetapkan sebagai regu yang masuk dalam babak final. Ketiga regu itu adalah Paroki St. Antonius Ampenan, Paroki St. Maria Immaculata Mataram dan Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar.
Dalam babak final ini persaingan begitu ketat, terutama pada saat memasuki pertanyaan rebutan. Masing-masing regu saling kejar mengejar poin.
Lomba CCR akhirnya dimenangkan oleh regu dari Paroki St. Antonius Padua Ampenan sebagai terbaik pertama. Disusul terbaik kedua dari Paroki St. Maria Immaculata Mataram dan terbaik ketiga Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar. Nilai akhir yang diperoleh masing-masing regu pun cukup bersaing, Paroki Ampenan mendapat 1.400, Paroki Mataram 1.300 dan Paroki Sumbawa 900.
Selepas CCR, lomba dilanjutkan dengan Lomba Paduan Suara, dan menjadi satu paket dengan lomba Lektor dan Mazmur.
Jika pada lomba cerdas cermat rohani dilaksanakan di Gedung Paroki, lomba lainnya yakni Paduan Suara, Lektor, Mazmur dan Tutur Kitab Suci dilaksanakan di gereja Sumbawa Besar.
Menariknya, untuk lomba paduan suara dan mazmur, dua orang juri justru beragama Muslim yaitu Ibu Junaida Iriani (akrab disapa Bunda Ely) dan Bapak Mahmud Irfan, serta RD. Herman Yoseph Babey. Sedangkan juri Lektor terdiri dari RP. Agustinus Sumaryono, SVD, SR. Katrin, RVM dan Laurensius Sogen.
Setiap kontingen menampilkan yang terbaik dan rata-rata bernyanyi dengan bagus. Demikian pula dengan Lektor. Namun, sebagaimana sifatnya sebuah perlombaan pasti ada yang memiliki nilai lebih dari yang lainnya dan tentu atas penilai juri sesuai kriteria penilaian.
Memasuki hari kedua, Jumat (7/7), dilanjutkan dengan lomba Tutur Kitab Suci (TKS) yang diikuti oleh 6 peserta, minus dari Paroki Praya dan Dompu. Para peserta TKS juga memberikan penampilan terbaik mereka dan tentunya masing peserta memiliki kekhasan masing-masing.
Usai lomba TKS, kegiatan dilanjutkan dengan katekese umum seputar liturgi maupun penjelasan singkat mengenai paduan suara, TKS, Mazmur, Lektor dan pengetahuan iman. Katekese umum ini disampaikan oleh Direktur Puspas RD. Herman Yosep Babey.
Pengumuman Pemenang
Seluruh rangkaian kegiatan dua hari itu ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Bapak Uskup Denpasar Mgr. Silvester San (sebagai Selebran Utama) dengan Konselebran seluruh imam yang hadir.
Hal yang ditunggu-tunggu oleh seluruh peserta, pendamping maupun umat yang hadir dalam misa penutupan maupun mereka yang mengikuti secara live streaming dalam kanal Youtube Komsos Keuskupan Denpasar dan Komsos Paroki Sumbawa Besar adalah pengumuman pemenang lomba yang diumumkan sebelum berkat penutup (perutusan) dalam misa itu.
Pengumuman ini dibacakan oleh RD. Herman Yoseph Babey, selaku Ketua Dewan Juri. Paroki Mataram tercatat sebagai kontingen yang mendapat predikat terbaik pertama paling banyak. Kendati demikian, untuk paduan suara dimenangkan oleh Paroki St. Yusuf Bima sebagai terbaik pertama.
Berikut adalah daftar pemenang (terbaik 1, 2 dan 3) dari masing-masing mata lomba:
Cerdas Cermat Rohani: Terbaik 1 Paroki Ampenan; Terbaik 2 Paroki Mataram; Terbaik 3 Paroki Sumbawa.
Lektor: Terbaik 1 Paroki Mataram; Terbaik 2 Paroki Ampenan; Terbaik 3 SDK Sumbawa Besar
Pemazmur: Terbaik 1 Paroki Mataram; Terbaik 2 Paroki Ampenan; dan Terbaik 3 Paroki Donggo
Tutur Kitab Suci: Terbaik 1 Paroki Mataram; Terbaik 2 Paroki Ampenan; Terbaik 3 Paroki Bima.
Paduan Suara: Terbaik 1 Paroki Bima; Terbaik 2 Paroki Mataram; Terbaik 3 Paroki Sumbawa Besar.
Dalam kesempatan tersebut, masing-masing pemenang mendapatkan piala, uang pembinaan serta sertifikat untuk setiap jenis lomba.
Tidak hanya mereka yang mendapat predikat terbaik (1,2,3) saja yang mendapat hadiah, seluruh kontingen yang turut berpartisipasi dalam semua jenis lomba juga tetap mendapat hadiah berupa uang pembinaan dan sertifikat. Mereka yang tidak meraih predikat terbaik, semuanya mendapat predikat favorit.
Bahkan ada satu hadiah khusus buat organis cilik asal Sumbawa Besar. Memang dalam lomba paduan suara baik dirigen maupun organis tidak dinilai tersendiri karena sudah menjadi satu kesatuan dengan penilaian paduan suara. Hanya, saja ada penghargaan khusus untuk organis asal Sumbawa Besar yang usianya masing kecil (cilik). Penghargaan ini untuk memotivasi sang oragnis cilik untuk terus berkarya, serta menyemangati anak-anak lain agar dapat menggali potensi diri dan mau melayani.
Tingkat Keuskupan?
Pesta Gita Liturgia Anak yang sempat tertunda selama tiga tahun di Dekenat NTB itu akhir terlaksana juga dan berakhir bahagia (happy ending).
Seluruh peserta baik yang meraih predikat terbaik maupun sebatas favorit larut dalam sukacita. Tampak dari wajah-wajah ceria anak-anak itu ketika bersama para pendampingnya masing-masing tampil ke depan altar untuk foto bersama Bapak Uskup dan para imam setelah misa berakhir dengan berkat penutup.
Melihat antusias peserta, juga sangat penting bagi pembinaan iman anak sekaligus memotivasi semangat pelayanan mereka, ada baiknya jika kegiatan serupa dilaksanakan tingkat keuskupan dengan tempat penyelenggaraan secara bergilir dari dekenat ke dekenat.
Saat bincang-bincang tidak resmi dengan Bapak Uskup Denpasar, ketika ditanya kemungkinan Gita Liturgia Anak ini dibuat secara berkala di tingkat Keuskupan, menurut Mgr. San hal itu bisa saja dilakukan asal harus dipertimbangkan dengan baik segala plus minusnya.
Sebagai informasi, kegiatan ini merupakan program unggulan Komisi Pendidikan Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar 2023 yang diketuai oleh RP. Agustinus Sumaryono, SVD dan Sekretaris Christin Herman.
Awalnya kegiatan ini diinsiatif oleh Ketua Komisi Pendidikan sebelumnya, RP. Leonardus Pungki Setyawan, SVD, yang kini telah menjadi Pastor Kepala di salah satu paroki di Bekasi, Keuskupan Agung Jakarta.
Mulanya kegiatan Gita Liturgia Anak ini dilaksanakan di Bali, namun pesertanya bukan mewakili paroki seperti di Dekenat NTB, tetapi dilaksanakan antara SD Katolik yang ada di Provinsi Bali. Dasar pertimbangannya karena sekolah Katolik menjadi bagian dari reksa pastoral Komisi Pendidikan.
Di Bali Gita Liturgia Anak antara SD Katolik itu dilaksanakan di Gereja Roh Kudus Katedral tahun 2019 (sebelum pandemi Covid 19).
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini di Bali, kemudian diprogramkan juga untuk Dekenat NTB. Namun karena di NTB hanya ada 3 unit SD Katolik, sehingga diusulkan selain melibatkan SD Katolik, juga mewakili paroki-paroki dengan peserta tetap berusia sekolah dasar.
Menurut Sekretaris Komdik Puspas Ibu Chritin Herman, dari tiga SD Katolik yang ada di NTB, hanya SDK Diponegoro Sumbawa Besar yang mengikutkan pesertanya dalam kegiatan ini, sedangkan SD Katolik yang ada di Paroki Mataram maupun di Paroki Ampenan, anak-anak lebih memilih bergabung mewakili paroki saja.
Dengan demikian, selaku tuan rumah Sumbawa Besar diwakili oleh dua kontingen peserta yaitu SDK Diponegoro dan Paroki Sumbawa Besar.
Dalam pelaksanaan Gita Liturgia Anak se-Dekenat NTB ini, Komdik bekerjasama dengan Komisi Karya Kepausan Indonesia (KKI) Puspas dan Paroki Sumbawa Besar. kegiatan ini juga didukung lintas komisi di Pusat Pastoral.
Melihat keberhasilan Gita Liturgia Anak di Bali dan NTB dan manfaatnya bagi pembinaan dan pengetahuan iman anak-anak, akankah kegiatan ini ke depannya menjadi even tetap secara periodik untuk tingkat keuskupan? ***