DENPASAR – Lagu Indonesia Raya berkumandang dalam ruang aula Griya Bakti Pastoral Ubung, Denpasar, Minggu (22/10/2013) petang.
Lagu Kebangsaan itu mengawali dimulainya Sarasehan “Panggilan Rasul Awam Katolik dalam Tata Dunia” yang digelar oleh Seksi Kerasulan Awam, salah satu seksi dalam Bidang Pendidikan Umat (BPU) DPP Paroki St. Yoseph Denpasar. Sejumlah Caleg Katolik asal paroki ini hadir dan memperkenalkan diri.
Usai lagu kebangsaan Indonesia Raya dan doa pembuka yang dipimpin Karel Sempau, Ketua Seksi Pendidikan DPP St. Yoseph, acara dilanjutkan dengan sapaan kasih dari Ketua BPU, Kornelius I Made Armanto serta sambutan Pastor Paroki St. Yoseph Denpasar RP. Yohanes Nyoman Madia Adnyana, SVD, sekaligus membuka kegiatan tersebut.
Ketua BPU, Made Armanto, mengucapkan syukur dan terima kasih atas dukungan Pastor Paroki serta segenap DPP khususnya dalam Bidang Pendidikan umat dan pengurus Harian DPP dan DKP yang telah bersinergi dan mendukung merealisasikan program dari salah satu seksi dalam BPU yaitu Seksi Kerawam.
Made Armanto juga menyampaikan terima kasih atas kehadiran Ketua Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Denpasar RD. Martinus Emanuel Ano, yang menjadi mitra diskusi/narasumber kegiatan itu bersama mitra diskusi lainnya dari internal BPU Paroki St. Yoseph yaitu Antonius Lilik Ismurtono Santoso (Sekretaris Seksi Kerawam DPP St. Yoseph) yang saat ini menjadi salah satu tokoh awam Katolik yang memangku jabatan publik sebagai Komisioner Penyelenggara Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI) Daerah Provinsi Bali.
Sementara itu Pastor Paroki St. Yoseph Denpasar, Romo Yan Madia, demikian biasa disapa, mengungkapkan rasa gembiranya atas terselenggaranya kegiatan yang bertujuan supaya umat memahami panggilannya sebagai rasul awam yang diutus ke tengah dunia.
Romo Yan, mengatakan bukan sebuah kebetulan jika dalam melaksanakan sarasehan mengenai panggilan awam Katolik dalam tata dunia ini, Sabda Tuhan dalam Injil pada hari Minggu itu bicara tentang sesuatu yang berkaitan kewajiban umat Allah terhadap dunia dan terhadap Tuhan (bdk. Mat. 22:15-22).
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat. 22:21b), adalah kata-kata Yesus dalam Injil hari itu, ketika orang-orang Farisi hendak mencobai Dia dengan pertanyaan apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaiser.
Menurut Romo Yan, sebagai umat Katolik Indonesia, selain menjalankan kehidupan beragama secara benar sesuai iman Katolik, juga berkewajiban untuk berkontribusi bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dengan memberikan diri sesuai kemampuan dan peran masing-masing.
Hal itu, kata Romo Yan, selaras dengan semboyan sekaligus harapan Uskup Pribumi pertama Mgr. Albertus Sugyopranoto, SJ, yaitu menjadi “100% Katolik, 100% Indonesia.”
Romo lalu menegaskan bawa sudah menjadi kewajiban Gereja untuk mengutus dan mendampingi umat Katolik agar memahami bagaimana kita hidup sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
“Mari duduk dan belajar bersama dalam sarasehan ini, kita akan memahami bagaimana Gereja harus berpolitik, lebih khusus lagi bagaimana memposisikan diri kita dalam Pemilu mendatang,” ajak Rm. Yan.
Romo Yan juga menyatakan rasa bangga dan apresiasi kepada sejumlah umat paroki ini yang berani menjadi calon anggota legislatif (Caleg). “Kita bangga ada saudara-saudari kita yang mau menjadi Caleg, semoga perjuangan mereka membuahkan hasil,” pungkas Rm. Yan.
Sarasehan “Panggilan Rasul Awam Katolik dalam Tata Dunia” ini merupakan program unggulan Seksi Kerasulan Awam, Bidang Pendidikan Umat, Paroki St. Yoseph.
Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini sebagaimana dikutip dari TOR acara itu, yakni agar tokoh awam Katolik maupun umat pada umumnya memahami panggilan hidup sebagai rasul awam di tengah dunia dan masyarakat majemuk, lalu memotivasi/mendorong kaum awam Katolik untuk terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lewat sarasehan ini juga diharapkan agar awam Katolik tidak alergi (takut) terlibat dalam politik praktis maupun panggilan di bidang publik lainnya.
Ada sekitar 80 orang peserta yang hadir dalam sarasehan tersebut, terdiri dari utusan KBG-KBG dan Pengurus Lingkungan se-paroki St. Yoseph, DPP Harian dan DKP, Seksi-seksi dalam DPP, utusan Kelompok Kategorial Paroki serta para politisi/Caleg Katolik dari Paroki St. Yoseph serta umat lainnya.
Agenda kegiatan ini dibagi dalam beberapa sesi, dipandu Ketua Seksi Kerawam Paroki St. Yoseph Hironimus Adil. Setelah acara pembukaan yang diisi sambutan, sesi berikutnya adalah pemaparan materi oleh narasumber Rm. Emanuel Ano dan Lilik Ismurtono. Sesi berikut memperkenalkan para Caleg yang berasal dari Paroki St. Yoseph, serta sesi terakhir menyerap masukan, gagasan, usul-saran, harapan dan sebagainya dari para peserta.
Ketua Komisi Kerawam Keuskupan Denpasar RD. Emanule Ano, diberi kesempatan pertama mempresntasikan materi dengan topik: Panggilan Awam di Tengah Masyarakat Majemuk & Bolehkah Gereja Berpolitik?
Romo Eman, dalam kesempatan itu menerangkan bahwa setiap umat Katolik oleh rahmat pembaptisan yang diterimanya harus siap untuk diutus ke tengah dunia. Maka, setiap umat beriman diharapkan terpanggil untuk mendidikasikan dirinya mengabdi di tengah masyarakat demi kepentingan umum.
Di sisi lain Romo Eman menegaskan bahwa Gereja tidak dilarang berpolitik terutama dalam memperjuangkan politik nilai dan melakukan pendidikan politik bagi umat. “Yang dilarang adalah hirarki gereja (kaum klerus) tidak boleh ikut dalam politik praktis,” tegas Pastor Paroki Negara itu.
Sedangkan umat awam (kaum terbaptis), menurut Rm. Eman, Gereja justru mendorong untuk terlibat dalam politik praktis, terutama bagi yang terpanggil untuk masuk dalam partai politik, maupun dalam jabatan-jabatan publik lainnya.
Dikatakan Romo Eman, politik itu sejatinya tentang hidup bersama, mengurusi hidup banyak orang tanpa memandang perbedaan. Sebab pada hakekatnya politik memiliki tujuan mulia yaitu untuk mengabdi pada kepentingan umum demi kesejahteraan bersama seluruh masyarakat (bunum commune).
Agar visi terwujudnya kesejahteraan umum itu tercapai, menurut Rm. Eman, dibutuhkan politisi yang berhati bersih dan tulus serta mengedepankan kepentingan umum di atas segalanya, bukan politisi yang memiliki motivasi untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Dikatakan Romo Eman, sebagian masyarakat memiliki pandangan bahwa politik itu kotor sehingga banyak orang alergi dan skeptis terhadap politik. Pandangan seperti ini tidak keliru, sebab banyak orang memanfaatkan politik maupun jabatan politik untuk korupsi, menghalalkan segala cara untuk kepentingannya, bahkan kekuatan politk bisa menyingkirkan orang lain/lawan politik, dan sebagainya.
“Jadi politik itu kotor lebih karena perbuatan para politisi yang boleh disebut sebagai politisi kotor. Sementara politik itu sendiri sebenarnya memiliki tujuan yang sangat mulia bila dijalankan dengan benar dan sesuai aturan,” imbuh Ketua Unio Keuskupan Denpasar ini.
Dengan demikian, Romo Eman mengharapkan para awam Katolik, terutama mereka yang terlibat dalam politik maupun pejabat publik untuk tetap menjadi Garam dan Terang di tengah dunia politik yang kotor itu dengan hati dan pikiran yang bersih.
Romo Eman juga mengingatkan bahwa orang Katolik harus berpolitik dengan spiritualitas yang jelas yaitu meneladani Yesus, sang politisi sejati. Politik Yesus adalah mewartakan Nilai-nilai Injili di tengah dunia agar dunia semakin baik, penuh cinta kasih, kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua orang.
Jangan Takut Bergaul
Usai presentase Romo Eman, mitra diskusi berikutnya Antonius Lilik Ismurtono Santoso, atau biasa orang kenal dengan panggilan Kak Ade. Kak Ade, merupakan salah satu awam Katolik yang saat ini menjadi tokoh publik dengan posisinnya sebagai Komisioner KPPAI Daerah Bali.
Dalam kesempatan itu Kak Ade berbagi pengalaman “peluang dan tantangan menjadi pejabat publik.” Kak Ade menceritakan, untuk sampai pada posisi ini tidak mudah, ada kisah perjalanan hidup melalui peran dan kapasitasnya yang telah dibangunnya sejak lama sehingga dikenal dan dipercaya orang.
“Melalui aktivitas sosial banyak berjumpa orang lain mulai dari anak-anak hingga orang dewasan bahkan dengan pejabat daerah,” katanya.
Menurut Sekretaris Seksi Kerawam DPP Paroki St. Yoseph ini, dalam masyarakat majemuk seperti di Bali ini, kita tidak perlu takut untuk bergaul dan terlibat dalam komunitas atau aktivitas sosial yang ada dengan beragam warna dan latar belakangnya.
“Untuk dipercaya orang, kita memang mesti memiliki nilai lebih. Oleh karena itu perlu ketekunan pada apa yang menjadi pilihan hidup kita serta memperluas pergaulan. Kemudian yang tidak kalah penting adalah hati tulus dan berserah,” ungkap pencinta anak-anak dan lingkungan hidup ini.
Lewat panggilan hidupnya yang banyak bersentuhan dengan anak-anak, kecintaan pada lingkungan hidup, serta aktivitas sosial lainnya, Kak Ade dikenal banyak orang. Bahkan berbagai penghargaan dan prestasi telah diraihnya.
Modal tersebut mengantar Kak Ade terpilih menjadi salah satu Komisioner KPPAI Bali, walaupun saat seleksi sampai fit and proper test di DPRD Bali tak seorang pun dari tim seleksi atau anggota dewan yang dia kenal. Justru dia yang dikenal oleh beberapa di antara mereka dan tahu kiprahnya di tengah masyarakat.
Kak Ade juga bercerita bahwa ketika mau ikut seleksi KPPAI, dirinya terlebih dahulu minta restu serta doa dan berkat dari Pastor Paroki St. Yoseph Rm. Yan Madia, SVD. “Saya duduk di KPAAI Bali juga atas doa dan restu serta dukungan Pastor Paroki kita,” kisahnya.
Kepada seluruh umat Katolik, Kak Ade berpesan supaya tidak pernah lelah untuk pelayanan. “Pelayanan, ketulusan hati serta apa yang terbaik dari diri kita lakukan untuk kepentingan umum. Percaya saja, kalau sudah waktunya Tuhan akan mengutus dan mempercayai kita menjadi saksiNya,” pungkasnya.
Caleg Paroki St. Yoseph
Sesi berikutnya adalah perkenalan para Caleg yang berasal dari Paroki St. Yoseph. Ada 4 orang caleg yang hadir dan memperkenalkan diri pada kesempatan itu terdiri dari 3 orang Caleg Kota Denpasar dan satu orang Caleg DPR RI. selain memperkenalkan diri, secara sekilas mereka juga menyampaikan motivasinya terlibat dalam partai politik dan terpilih sebagai caleg yang ikut dalam Pemili 2024.
Para Caleg itu adalah (1) Anak Agung Ayu Putu Priniti (akrab disapa Gek Diaz), Caleg Kota Denpasar dari Partai Gerindra, Dapil Denpasar Timur, nomor urut 1; (2) Ni Made Muliastari, Caleg Kota Denpasar, Partai Gerindra, Dapil Denpasar Utara, nomor urut 6; (3) Ricky Argawa, Caleg Kota Denpasar, Partai Golkar, Dapil Denpasar Utara, nomor urut 5; dan Frans Soetjpto Hidayat, Caleg DPR RI, Partai Perindo, Dapil Bali, nomor urut 6.
Setelah perkenalan para Caleg, sesi terakhir dari kegiatan tersebut adalah menyerap masukan, gagasan, usul-saran dan harapan dari para peserta baik terkait peran Gereja untuk terus membina dan memberikan pendidikan politik kepada umat, maupun untuk para caleg Katolik, khususnya yang ikut dalam pertarungan Pemilu 2024.
Seluruh rangkaian kegiatan itu diakhiri dengan doa dan berkat penutup serta foto bersama. ***