Misa Hari Minggu Misi Sedunia ke-95 di Gereja Yesus Gembala Yang Baik Ubung, Minggu pagi 24 Oktober 2021 dipimpin oleh RP. Yan Madya. Ia didampingi oleh RP. Jack L. Dambe, CJD, seorang imam dari kongregasi Kanonik Regular dari Yesus Tuhan (CJD) yang berkarya di Maumere Keuskupan Maumere.
Dalam kotbahnya RP. Yan Madya mengatakan hari ini Gereja merayakan hari Minggu Misi Seduniayang ke-95.
Untuk memaknai hari minggu misi ke -95 ini bapa suci Fransiskus memberikan pesan yang berintikan, “Kami tidak mungkin untuk tidak berkata-kata tentang apa yang teah kami lihat dan kami dengar” (Kis 4:20) Tema ini dilandaskan pada kitab para rasul dimana para rasul sudah mengalami Tuhan yang bangkit. Dan berdasar atau bermodalkan pengalaman dikasihi oleh Tuhan para rasul lalu mewartakan kemana-mana tentang Tuhan dan kebaikan-Nya.
Tiba saatnya oleh sakramen baptis saya dan anda, kita semua orang-orang katolik mengemban tugas misi ini untuk mewartakan Injil. Pertanyaannya, bagaimana saya bisa mewartakan Injil manakala saya sendiri ada dalam keadaan terjepit khususnya karena Corona yang sudah hampir dua tahun menyelimuti kita, memorakporandakan semua aspek kehidupan kita.
Menurut bapa Paus, sekalipun kita ada dalam situasi sulit karena Corona , karena semua aspek kehidupan kita diporakporandakannya , kita masih bisa menjadi misionaris . Caranya, kita menjadi misionaris yang berbelas kasih. Nah, untuk bisa menjadi misionaris yang berbeas kasih mari kita sama-sama belajar dari Bartimeus dalam Injil. Apa yang mencolok dan bisa dipetik dari Bartimeus dalam Injil ini?
Injil Markus mengisahkan Bartimeus itu orang buta. Buta matanya sehingga sehingga oleh buta matanya ia tidak bisa melihat. Namun telinganya, hatinya, terbuka sekalipun mendambakan suatu kelak ia bisa melihat. Karena itu suatu hari ketika ia duduk di jalan menuju Yeriko dan Tuhan lewat di sana Bartimeus mendengar bisik orang, yang lewat adalah Yesus. Ia menyerukan , Yesus Anak Daud kasihanilah aku.
Bartimeus tidak minta supaya Tuhan memelekkan matanya yang sudah lama tidak melihat karena buta. Ia memohon supaya dikasihani oleh Tuhan. Ini berarti Bartimeus adalah seorang yang beriman, yang tahu diri. Ia tidak mau mendikte Tuhan supaya memenuhi keinginannya dimana matanya yang buta supaya melihat.
Bartimeus memohon: Kasihanilah aku. Dan betul Tuhan mengasihani dia sehingga ketika Bartimesus dipanggil dan bertemu dengan dia secara empat mata Tuhan Yesus menawarkan apa yang Aku bisa perbuat untukmu? Apa yang engkau inginkan aku perbuat untukmu. Ketika itu Bartimeus minta: Rabuni, supaya aku melihat.
Mengimbangi pengasihan Tuhan dalam bentuk memberikan penglihatan kepada dia, Bartimeus juga melakukan hal yang mendasar. Ia menanggalkan jubahnya lalu mengikuti Yesus. Jubah di sini adalah lambang kehidupan lama Bartimeus. Oleh karena itu ketika ia mengalami pengasihan Tuhan berupa diijinkannya ia melihat ia meningalkan jubahnya, manusia lamanya dan mengikuti Tuhan.
Menurut permenungan saya inilah yang wajib kita pelajari dari Bartimeus. Jangan mendikte Tuhan demi kepentingan kita apapun bentuknya. Yang kita butuhkan adalah pengasihan oleh Tuhan. Dan itu ia berikan. Kedua, mari kita tinggalkan manusia lama kita dalam aneka bentuknya: egoisme, kemalasan, kepicikan, permusuhan, pengkotak-kotakan. Kita tinggalkan itu. Hanya apabila hal-hal itu kita lakukan, kita sungguh dapat mengalami Allah. Kita sungguh anak Allah. Sebagai anak-Nya kita pun akan hidup, berlaku sebagai Yesus pernah lakukan di dunia ini.
Dalam bacaan kedua dikatakan dengan jelas bahwa Yesus mengorbankan dirinya sebagai pemulihan atas dosa manusia. Bukan untuk kebesaran nama-Nya. Bukan untuk kemuliaan-Nya tetapi semata-mata untuk keselamatan manusia dan dunia. Itulah yang bisa kita petik dari Tuhan Yesus. Kita hidup bukan untuk diri kita tetapi untuk kemuliaan Tuhan dan kebahagiaan bersama.
Dengan hidup seperti itu kita dapat menjadi misionaris di mana saja. Bukan hanya sebagai misionaris yang harus pergi ke luar negeri atau negara-negara lain, tetapi menjadi misionaris di tempat kita masing-masing. Dan misionaris yang berbelas kasih karena tidak memikirkan keuntungan bagi dirinya tetapi untuk kemuliaan Allah, kebahagiaan sesama.
Bahwa ada donasi, ada derma pada minggu misi dan mulai Minggu depan kami di SVD juga akan buat, itu hanya satu bagian dari misi yang kita emban yaitu berbelas kasih kepada sesama. Mari kita iringi niat kita untuk menjadi misionaris yang berbelas kasih dengan doa-doa kita.
Memperkenalkan CJD
Sementara RP. Jack L Dambe,CJD pada kesempatan itu memperkenalkan diri dan kongregasinya. Ia menjelaskan kongregasi mereka bernama Kanonik Regular dari Yesus Tuhan (CJD). Yakni komunitas religious imam dan frater kekal katolik yang menghayati semangat hidup persaudaraan seturut regula santo Agustinus dan berkarya di pusaran jantung Gereja Lokal atau keuskupan.
CJD adalah singkatan dari Canonici Regulares A Jesu Domino. Didirikan di kota Vladivostok Rusia Timur Jauh setelah runtuhnya rezim komunis Uni Sovyet tahun 1991. Para pendiri adalah RP. Myron Clarence Effing,SJD dan RP Daniel Maurer,CJD. Keduanya berasal dari Amerika. Kongregasi ini sudah berada di Rusia, Indonesia, Amerika, Filipina, Khazastan dan Vietnam. Mereka memegang teguh prinsip “Stabilitas Loci”, terikat dengan keuskupan dimana biara berada dan berkarya.
RP Jack dalam perjalanan ke Pontianak. Tapi karena ke Pontianak ketat sekali maka tidak bisa masuk pakai antigen melainkan harus pakai PCR. Pater Jack dari Sulawesi Selatan. Orang tuanya orang Toraja. Kongregasi CJD masuk ke Indonesia tujuh tahu lalu dan baru ada di Keuskupan Maumere. Didirikan di Rusia tahun 1992 dengan tujuan membangun kembali gereja yang porak poranda di Rusia di kota Vladivostok dan sekitarnya.
Sejak didirikan kami masuk ke beberapa negara Amerika ,Kazastan, di Rusia dan di Indonesia. Anggota CJD dari berbagai Negara. Paling banyak di Indonesia yakni di Maumere. Mungkin ada orang muda pingin bergabung dengan CJD silahkan. Kongregasi ini belum pontifical, masih status local keuskupan.
Dalam berkarya kongregasi ini harus berkoordinasi dengan keuskupan dan misi yang diemban harus mengikuti arah dasar keuskupan.Cara kerja CJD seperti projo hanya saja anggota CJD berkaul yakni kaul ketaatan, kesucian dan kemiskinan. Di Maumere para anggota CJD yang sudah menjadi imam disapa pater.***