LINTAS PAROKILINTAS PERISTIWAPUSAT PASTORAL
Trending

REFLEKSI-SHARING SINODE PARA USKUP SE-DUNIA DI SUMBAWA BESAR, PRAYA-SELONG, MATARAM DAN AMPENAN

Misi Team I Fasilitator Sinode Para Uskup Se-Dunia Tingkat Keuskupan Denpasar untuk mengadakan Pertemuan Refleksi dan Sharing  bersama  Umat Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar di pulau Sumbawa dan  Paroki Santo Yohanes Pembaptis Praya-Selong, Paroki Santa Maria Immaculata Mataram dan Paroki Santo Antonius Padua – Ampenan di pulau Lombok telah tuntas.

Foto Kunjungan Pertama di Paroki Sang Penebus Sumbawa besar:

Kunjungan Pertama di Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar

Team I yang dikoordinir oleh RD.Herman Yoseph Babey dengan dua orang anggota: Christin Sumiyem dan Blasius Naya Manuk mengawali  kunjungan pertama ke Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar pada hari Selasa tanggal 15 Februari 2022.

Kedatangan team I di Sumbawa Besar disambut hangat oleh Pastor Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar, RD.Klemens Bere bersama karyawan di Pastoran Sang Penebus Sumbawa Besar. Mereka menyiapkan sebuah kue tar di meja makan dan dalam  suasana sukacita kami merayakan secara sederhana  syukuran 25 tahun Imamat RD.Herman Yoseph Babey bersama romo Klemens dan romo rekan, romo Gede Adiatmika bersama karyawan/karyawati pastoran Sang Penebus Sumbawa Besar.

Foto Kunjungan Pertama di Paroki Sang Penebus Sumbawa besar:

Hari pertama saat tiba, kami hanya istirahat di Pastoran dan ada kesempatan untuk jalan-jalan di pantai kencana, karena  pertemuannya baru akan dimulai pada hari berikutnya. Semula kami berencana untuk mengunjungi  juga beberapa Stasi yang ada: Maluk, Tanjung Menagis dan Empang, namun karena  Pastor Paroki memutuskan pertemuannya dipusatkan di paroki maka kami mengikutinya.

Hari kedua (Rabu,16/02) kami mengadakan pertemuan Refleksi /Sharing  bersama 12 utusan umat dari perwakilan DPP, Perwakilan Stasi, Perwakilan Lingkungan, Perwakilan Biara, Perwakilan Perempuan dan Perwakilan Orang Muda Katolik berjalan dengan baik, di Rumah Retret St.Ignatius yang berdampingan dengan pastoran paroki Sumbawa Besar. Pastor Paroki dan Pastor Rekan juga terlibat aktif dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan.

Sesuai jadwal Pertemuan diawali dengan perkenalan team fasilitator dan utusan umat yang hadir, sambutan pastor paroki, lagu Pembuka dan doa Pembuka . Sesudah itu bacaan kitab Suci dan refleksi yang dibawakan oleh Romo Babey sesuai bacaan yang telah disiapkan. Selanjutnya romo Babey menyampaikan penjelasan maksud dan tujuan Sinode serta proses yang harus dilalui dengan ketentuan yang harus dipatuhi oleh semua peserta. Alur proses yang sama ini juga disampaikan di semua paroki yang dikunjungi pada hari-hari selanjutnya sesuai jadwal yang ada.

Ada Mutiara yang menarik dari sharing para utusan sinode paroki Sang Penebus Sumbawa Besar. Bahwa meskipun mereka berada dalam situasi masyarakat yang mayoritas umatnya beragama Islam namun pengalaman hidup mereka saat membangun dialog dan kerjasama di tengah masyarakat diterima dengan baik oleh masyarakat yang berbeda agama dengan mereka. Bahkan tatkala menghadapi kerusuhan yang terjadi di Sumbawa Besar beberapa taun silam, rumah keluarga Katolik dijaga oleh tetangga mereka yang berbeda agamadengan mereka.

Ada juga beberapa peserta yang punya pengalaman tugas/bekerja di daerah terpencil yang semuanya beragama Islam kecuali dirinya sendiri namun ia tidak takut  dan tidak terpengaruh dengan keyakinan agama lain. Mereka membangun dialog dan kerjasama yang baik dengan masyarakat sehingga mereka dicintai dan diterimaoleh masyarakat setempat.

Begitu juga dalam hal keberanian berbicara tegas menyatakan sikap Gereja. Sharing para utusan umat paroki Sumbawa besar berani menyatakan sikap Gereja  dengan tegas dalam pengalaman hidup  baik di tempat kerja, di lingkungan Sekolah, maupun di lingkungan tetangga dimana mereka tinggal.  Mereka juga bangga menjadi Katolik dan akan tetap menjadi Katolik   walau hidup di tengah mayoritas umat Islam.

Foto Kunjungan kedua di Paroki Praya Selong :

Kunjungan Kedua di  Paroki Praya-Selong

Paroki  Santo Yohanes Pembaptis Praya- Selong menjadi Paroki kedua yang dikunjungi Tim I dalam misi ke NTB dan menjadi paroki pertama yang dikunjungi di pulau Lombok.  Paroki Praya-Selong memiliki luas wilayah meliputi dua kabupaten yakni Kabupaten Lombok Tengah dengan ibu kotanya Praya dan Kabupaten Lombok Timur dengan ibu kotanya Selong. Walau  wilayahnya meliputi dua Kabupaten namun  keadaan umatnya menurut romo Barthol Bere (Pastor Paroki Praya-Selong), sangat sedikit, hanya 60 KK.  Jumlah umatnya sekitar 100 lebih jiwa, dari 30 KK di Praya dan 30 KK di Selong.

Situasi Gereja (Umat Allah) Paroki Praya Selong  di tengah pandemi covid-19 saat ini sangat prihatin. Sejak pandemi Covid-19 merebak, mereka tidak bisa pergi merayakan Ekaristi ke gereja lagi sampai saat ini; baik  gereja di Lingkungan Kampus IPDN Lombok tengah, maupun gereja di Selong Lombok Timur, karena semuanya lockdown.

Akibatnya misa hari minggu hanya bisa di lakukan di ruang tamu pastoran sekaligus ruang kerja pastor paroki yang ukurannya hanya bisa memuat beberapa orang saja. Menurut romo Barthol, jumlah umat yang ikut gereja pada hari Minggu di rumah pastoran hanya 4 sampai 5 orang saja. Hal  ini berpengaruh pada kolekta yang diperoleh. Sebelum pandemi Covid-19, kolekta misa bisa mencapai 1 juta rupiah, namun selama pandemic angka 1 juta menjadi sangat besar untuk dicapai, bahkan menyentuh angka  100 ribu pun susah. Pada hal pengeluaran yang dibutuhkan setiap bulannya sekitar 5 juta rupiah. Keadaan ini sungguh memprihatinkan.

Hal lain yang memprihatinkan umat di paroki Praya-Selong adalah mereka boleh beribadat atau misa di rumah pastoran namun tidak boleh bernyanyi. Karena suatu kali ketika mereka bernyanyi dalam misa, mereka ditegur oleh kepala dusun. Kepala dusun melarang tidak boleh bernyanyi dengan alasan mengganggu masyarakat di sekitarnya. Pada hal jika warga Muslim  yang mayoritas dalam beribadah/berdoa, entah pagi, siang, sore dan malam, senantiasa mengganggu masyarakat lain yang bukan beragama dengan mereka.  Namun apa daya,kekuatan mayoritas biasanya selalu mendominasi.

“Pengalaman traumatis  dengan peristiwa gereja Paroki Praya-Selong di Lombok Tengah dibakar Massa pada tahun 1998 masih sangat membekas bagi umat di Praya-Selong. Karena itu lebih baik mengalah dari pada berdebat yang ujung-ujungnya berakibat fatal”, kata romo Barthol Bere.

Keprihatinan  lain lagi adalah umat Paroki Praya -Selong rata-rata pegawai negeri dan pendatang. Karena itu  sewaktu-waktu bisa pindah ke daerah lain. Untuk itu ke depannya butuh perhatian terhadap kondisi dan kebutuhan Gereja Paroki Praya-Selong; baik dari sisi sumber daya manusianya, sarana-prasarananya  dan juga dari sisi finansialnya.

Hasil sharing yang mereka sampaikan, meskipun mereka hidup dalam situasi sulit dan serba terjepit, namun iman  mereka tidak goyah. Mereka tetap kuat dan teguh beriman, serta membangun dialog dan kerjasama dengan masyarakat sekitarnya.  Keterlibatan mereka dalam membangun dialog dan kerjasama dengan masyarakat membuat mereka diterima oleh masyarakat dimana mereka tinggal dan bekerja.

Mereka juga berani berbicara tegas menyatakan sikap Gereja walau terkadang

Romo Barthol selaku pastor paroki juga sangat rajin bersilahturami dengan warga masyarakat sekitar dan berkomunikasi baik dengan mereka. Meskipun umat sangat kuatir dan melarang romo Barthol untuk tidak sering bersilahturami dengan warga masyarakat sekitar karena  pandemi Covid-19, tetapi romo Barthol tetap bersilahturami karena beliau beralasan sudah menyatakan kepada Tuhan Yesus agar jikalau saatnya ia meninggal, janganlah meninggal karena Covid-19 agar jenasahnya bisa diurus dengan baik oleh umat.

Inilah beberapa keprihatinan dan iman yang tangguh yang didapat dari sharing  umat di Pastoran Praya pada tanggal 17 Pebruari yang lalu. Untuk menguatkan umat dan pembekalan bagi DPP Praya-Selong, pada hari Minggu tanggal 20 Pebruari, romo Babey kembali lagi ke Praya guna mengadakan pertemuan dengan Pastor Paroki dan DPP Praya-Selong.

Foto Kunjungan ketiga di Paroki Mataram:

Kunjungan ketiga di Paroki Santa Maria Immaculata Mataram

Pertemuan  Reffeksi dan Sharing di Paroki Santa Maria Immaculata Mataram dilaksanakan  pada hari Jumat tanggal 18 Pebruari 2022. Acara yang dijadwalkan dimulai pada pukul 16.30 molor sampai hampir jam 18.00 baru dimulai. Mungkin umat di pusat Kota Mataram terlalu sibuk dengan kerja sehingga sangat terlambat dalam mengikuti pertemuan. Keadaan ini membuat pastor paroki romo Laurensius Maryono sangat gusar. Romo Maryono yang pada hari sebelumnya juga mengikuti pertemuan reffleksi dan sharing di Praya-Lombok Tengah gusar karena di Praya yang pada saat mau kegiatan hujan deras pun umat yang jauh di Selong pun berjuang hadir pada waktu yang ditentukan. Kenapa di Mataram bisa terlambat begitu lama?  Namun pada akhirnya semua yang diharapkan hadir bisa datang mengikuti pertemuan, membuat romo Maryono legah dan kembali bersemangat.

Foto Kunjungan ketiga di Paroki Mataram:

Adapun pengalaman membangun dialog dan kerjasama dengan masyarakat berbeda agama dan berbeda pandangan politik telah dilakukan oleh peserta yang  menjadi utusan paroki Mataram. Mereka juga berani berbicara tegas menyatakan Sikap Gereja berhadapan dengan umat beragama lain dan yang berbeda pandangan politik dengan konsekwensi kehilangan jabatan, kehilangan kesempatan untuk naikjabatan dan menolak  sogokkan, kecurangan atau ketidakadilan yang dipertontonkan oleh oknum-oknum Pemerintah maupun Penguasa.

Foto Kunjungan ketiga di Paroki Mataram:

Selain kesaksian umat, pastor paroki romoMaryono dan pastor rekannya romo Woda juga memiliki pengalaman dalam membangun dialog dan kerjasama dengan masyarakat,  dengan tokoh-tokoh  agama lain  dan dengan Pemerintah setempat.  Hasilnya relasi dan komunikasi serta kerjasama terjalin dengan baik, dan berdampak pada banyaknya bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah NTB kepada Gereja untuk pembangunan gedung Gereja Paroki Mataram dan lainnya, baik pada saat bencana gempa bumi  maupun pasca gempa bumi. Saat ini  Pemerintah Provinsi NTB  juga membantu Pastor Paroki dan umat Paroki Mataram dalam Penataan Taman Doa Gua Maria Narmada.

Foto Kunjungan keempat di paroki Ampenan:

Kunjungan keempat di Paroki Santo Antonius Padua – Ampenan

Kunjungan keempat di Paroki Santo Antonius Padua-Ampenan merupakan kunjungan terakhir dari seluruh rangkaian jadwal  Refleksi dan Sharing Sinode para Uskup Se-Dunia Tingkat Keuskupan Denpasar di seluruh wilayah Paroki/Stasi se-Keuskupan Denpasar.

Di Paroki Santo Antonius Ampenan para utusan umat semuanya hadir tepat waktu. Karena itu pertemuannya pun bisa dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan. Antusiasme Pastor Paroki dan umat dalam persiapan pertemuan Sinode di paroki Ampenan sangat tinggi. Mereka bahkan membuat sendiri spanduk/badrock sehinga satu-satunya paroki yang menyiapkan spanduk sendiri hanya ada di paroki Ampenan.

Sharing umat juga sangat nampak bahwa semua utusan yang hadir telah berpengalaman dalam membangun dialog dan kerjasama dalam masyarakat serta berani berbicara tegas dalam menyampaikan sikap Gereja.

Foto Kunjungan keempat di paroki Ampenan:

Keberanian berbicara tegas menyatakan sikap Gereja dalam pengalaman hidup mereka bukannya bebas dari resiko dan ancaman melainkan  beresiko dan seringkali mendapat ancaman. Namun iman dari para peserta tidak goyah. Mareka tetap bangga menjadi katolik.

Hasil Sharing dari pengalaman mereka yang beragam bermuara pada kesimpulan bahwa jika kita berbuat baik dengan semua oran, meski berbeda agama dengan kita atau berbeda pandangan politik dengan kita, maka kita diterima dan diperlakukan dengan baik. Tetapi jika kita berbuat jahat dengan orang yang berbeda agama dengan kita dan berbeda pandangan politik dengan kita,  maka kita akan diperlakukan lebih jahat oleh mereka.

Foto Kunjungan keempat di paroki Ampenan:

Semua kegiatan Pertemuan  baik di Sumbawa, Praya, Mataram dan Ampenan diakhiri dengan kesimpulan dan penegasan dari Romo Babey selaku Ketua team Fasilitator Kelompok I dan ditutup dengan Doa Sinode Para Uskup Se-Dunia dan Foto bersama. ***

Penulis
Blasius Naya Manuk
Tags
Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close