Tepat 256 hari setelah wafatnya P. Aloysius I Wayan Supriyadi, SVD dan 191 hari P. Servatius Subhaga, SVD, dipanggil Tuhan, kedua pusara atau makam mendiang imam dan gembala umat di Keuskupan Denpasar ini diberkati dalam perayaan Ekaristi pada Rabu, 13 Oktober 2021.
Kedua pusara ini terletak di ujung sisi makam rohaniwan Palasari. Pusara P. Subhaga terletak di ujung sisi kiri sebelah (barat) sedangkan pusara P. Wayan terletak di ujung sisi sebelah kanan (timur).
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh sejumlah imam. P. Paskalis Nyoman Widastra, SVD bertindak sebagai selebran utama didampingi P. Yan Madya, SVD (Rektor SVD Distrik Bali-Lombok sekaligus Pastor Paroki Santo Yoseph Denpasar), RD. Agustinus Sugiyarto dan RD. Martinus Tamo Ama (Pastor Paroki dan Pastor Rekan Paroki Hati Kudus Yesus Palasari), P. Kristophorus Retas Steprih, SVD (Pastor Rekan Paroki Santa Theresia Tangeb) dan P. Agustinus Sumaryono, SVD.
Hadir pula P. Laurensius I Ketut Supriyanto, SVD (Pastor Rekan Paroki Santo Yoseph Denpasar) yang mengatur siaran langsung (live streaming) dan P. Paulus Payong, SVD (Pastor Paroki Santo Antonius Padua Ampenan).
Perayaan Ekaristi di kompleks makam para rohaniawan Palasari ini dimulai pada pukul 11.00 WITA. Meski dihadiri oleh umat terbatas dan penerapan protokol kesehatan yang ketat, misa ini berjalan baik dan lancar.
Selain umat dari Paroki Santo Yoseph Denpasar (tempat P. Subhaga berkarya) dan Paroki Santo Petrus Monang-Maning (tempat P. Wayan berkarya terakhir), hadir pula sejumlah keluarga imam yang berasal dari Paroki Palasari.
Dalam khotbahnya, P. Paskalis pertama-tama menyampaikan kekayaan sejarah rohani umat Palasari di bawah penggembalaan P. Simon Buis, SVD, sehingga Palasari dapat menjadi seperti sekarang dengan situs rohaninya yang kaya.
“Dahulu, Palasari lama tidak di sini, tetapi di seberang sungai. Palasari lama dapat diibaratkan sebagai Mesir, sedangkan sungai diibaratkan sebagai Laut Teberau/Laut Merah. Palasari yang sekarang kita kenal adalah Palasari baru, boleh dibilang tanah Kanaan,” katanya beranalogi.
Lanjut Rm. Paskalis, “Umat yang berangkat bersama P. Buis pun juga berasal dari Tuka, daerah yang sangat jauh dari Palasari. Ini boleh diibaratkan sebagai tanah Ur-Kasdim, tanah kelahiran Abraham. Jadi, Palasari memang dalam sejarahnya memiliki kekayaan rohani yan byg amat kaya.”
Selanjutnya, P. Paskalis menyebut kedua imam dan gembala yang pusaranya diberkati itu memiliki sifat kenabian sekaligus gembala.
“P. Subhaga dikenal sebagai pribadi yang tidak jarang tegas, terkadang tidak memikirkan perasaan orang lain, dan tidak takut dibenci. Itu adalah wujud dari suara kenabian yang diwartakan oleh beliau. Begitu pula dengan P. Wayan. Ia dikenal sebagai gembala yang selalu berada di tengah umatnya. Ia bahkan terkadang tidak mengungkapkan penderitaannya demi kebersamaan, baik dengan sesama imam maupun umat. Jadi, kedua imam kita ini sungguh-sungguh menjalankan tugas sebagai seorang imam, nabi, sekaligus gembala,” tambah Pastor Rekan Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka ini.
Akhirnya, P. Paskalis menyebut bahwa misa pemberkatan pusara ini adalah bentuk penghormatan kepada P. Subhaga dan P. Wayan, juga kepada para uskup, imam, dan bruder yang pernah berkarya di Keuskupan Denpasar.
“Makam para rohaniwan ditempatkan di sebelah utara umat. Itu menunjukkan kepada kita betapa umat memberikan yang terbaik dan istimewa kepada para gembalanya. Ini adalah warisan para pendahulu yang sudah memikirkan begitu matang bagaimana Palasari ini akan berkembang. Jasa-jasa mereka sungguh luar biasa sehingga perlu kita warisi dan hidupi. Maka dari itu, pada kesempatan ini, mari kita tetap mendoakan para gembala kita dan seluruh umat yang telah mendahului kita. Kiranya Tuhan menganugerahkan pengampunan dan mereka boleh berbahagia di surga,” pungkasnya.
Sebelum berkat penutup, P. Yan Madya, SVD mengajak umat untuk turut serta dalam upacara pemberkatan pusara.
P. Yan membawakan doa berkat dan bersama imam yang lain turut memberkati kedua pusara dengan percikan air suci. Pertama, pusara P. Subhaga diberkati dan selanjutnya pusara P. Wayan.
Kedua pusara ini telah dipugar dengan baik, kokoh, dan indah oleh sejumlah donatur. Setelah pemberkatan pusara, misa ditutup dengan berkat dan pengutusan oleh P. Paskalis.
Setelah misa berakhir, P. Yan Madya, SVD menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya kepada sejumlah pihak. Pertama, kepada segenap keluarga para imam, baik keluarga P. Subhaga dan keluarga P. Wayan yang dapat hadir dalam misa tersebut. Kedua, kepada perwakilan umat Paroki Santo Petrus Monang-Maning.
Ketiga, kepada pastor paroki, pastor rekan, dan umat Paroki Palasari yang sudah mempersiapkan segala sesuatunya sehingga misa dapat berjalan dengan baik. Keempat, kepada umat Paroki Santo Yoseph Denpasar yang telah mempersiapkan dan melayani liturgi sehingga misa dapat berlangsung dengan semarak dan khidmat.
Kelima, secara khusus P. Yan menyampaikan terima kasih kepada para donatur yang telah melakukan pemugaran terhadap kedua pusara sehingga kedua pusara imam dan gembala kita dapat tertata dengan baik dan indah.
Secara khusus, P. Yan Madya mempromosikan Paguyuban Soverdia sebagai mitra atau rekan misionaris awam SVD yang telah diakui di seluruh dunia melalui Resolusi Kapitel General SVD di Roma.
Selain itu, tak lupa P. Yan mempromosikan panggilan sebagai biarawan/biarawati. Menariknya, beliau memberikan pertanyaan sampai tiga kali, “apakah kita mencintai P. Subhaga dan P. Wayan?” Umat serentak menjawab, “Ya!”
“Nah, cara kita mencintai P. Subhaga dan P. Wayan tidak lain adalah menjalani hidup secara benar sehingga kalau tidak demikian, maaf, saya tidak tahu dari mana datangnya (kecintaan itu),” pungkasnya.
Sebagai penutup sebelum doa makan siang, P. Yan memperkenalkan P. Kristophorus Retas Steprih, SVD yang kini bertugas di Paroki Santa Theresia Tangeb mendampingi P. Alex Dato, SVD. P. Kristo, demikian akrab disapa, merupakan seorang imam muda yang baru saja ditahbiskan pada 24 Oktober tahun lalu. Dengan kata lain, tanggal 24 Oktober nanti ia akan merayakan ulang tahun imamatnya yang pertama.
Menariknya, P. Kristo berasal dari keluarga yang beragam. Ayahnya berasal dari Manggarai, Flores dan ibunya berasal dari Batak Karo.
“Pertemuan timur dan barat,” ungkapnya. Perkenalan ini ditutup dengan penegasan promosi panggilan untuk hidup sebagai biarawan/biarawati. Selanjutnya, P. Kristo didaulat untuk memimpin doa santap siang bersama. Setelah itu, seluruh umat yang hadir bersantap siang di tempat yang sama.
Di antara umat, hadir pula Paguyuban Soverdia, baik yang berasal dari Paroki Santo Yoseph Denpasar maupun Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka.
Paguyuban Soverdia Denpasar setelah santap siang mengunjungi kediaman keluarga tiga imam, yakni keluarga P. Wayan, keluarga P. Paskalis, dan keluarga P. Ketut. Selanjutnya, mereka mengunjungi Goa Maria. Pada akhirnya, rombongan pulang ke Denpasar pada pukul 17.00. *