LINTAS PERISTIWA
Trending

PERKEMBANGAN DIGITALISASI HARUS MEMBERI MANFAAT BAGI KEHIDUPAN KEBANGSAAN

Dunia digitalisasi bukan lagi hal asing dalam keseharian hidup dewasa ini. Bahkan di era milenial ini, pengaruh digitalisasi sudah mempengaruhi segala aspek kehidupan. Perkembangan digitalisasi mestinya harus memberi manfaat bagi kehidupan, termasuk kehidupan kebangsaan.

Hal tersebut diungkapkan Valerian Libert Wangge, SH, pada hybrid even diskusi interaktif dalam rangka HUT pertama Kelompok Sadar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (POKDARKAMTIBMAS) Provinsi Bali, yang diselenggarakan di Warung Sang Dewi, Jalan Tukad Musi, Denpasar, Jumat (29/10/2021).

Acara HUT I POKDARKAMTIBMAS ini juga bertepatan dengan momentum peringatan Sumpah Pemuda ke-93. Dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah ini (HUT POKDARKAMTIBMAS dan Peringatan Sumpah Pemuda) POKDARKAMTIBMAS Provinsi Bali menggelar diskusi interaktif yang dilanjutkan seremonial HUT organisasi tersebut.

Valerian Libert Wangge,SH, Ketua Panitia HUT I POKDARKAMTIBMAS

Valerian Libert Wangge, selaku Ketua Panitia HUT I POKDARKAMTIBMAS, dalam laporannya mengungkapkan bahwa acara ini dilakukan secara online maupun offline dengan kehadiran undangan secara terbatas dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Dia menguraikan, diskusi interaktif ini mengusung tema: Pengaruh Digitalisasi dalam Berbagai Aspek Kehidupan Terhadap Nasionalisme Kebangsaan. “Tujuannya supaya dengan perkembangan tekonologi digitalisasi harus memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kebangsaan,” ungkapnya.

Dia menambahkan, manfaat digitalisasi sangat dirasakan terutama selama masa pandemi, di mana banyak pekerjaan, pertemuan, komunikasi dan sebagainya tetap berjalan dengan baik berkat bantuan teknologi digitalisasi. Hal itu, katanya, tentu tidak memungkiri pengaruh negatif yang ada dan tetap menjadi kewaspadaan.

Hal senada diungkapkan Ketua POKDARKAMTIBMAS Provinsi Bali Yosep Yulis Diaz. Dalam sambutannya, pria berkacamata yang akrab disapa Yusdi Diaz, itu mengungkapkan, “Banyak komunikasi selama satu tahun ini secara online dengan memanfaatkan sarana digital yang ada.”

Yosep Yulus Diaz, Ketua POKDARKAMTIBMAS Provinsi Bali

Yusdi menambahkan, melalui diskusi interaktif tersebut sejatinya ingin menggaungkan semangat Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. “Walau dunia banyak berubah yang antara lain ditandai oleh teknologi digitalisasi dengan berbagai dampaknya, tetapi semangat kebangsaan hendaknya tetap kita jaga,” imbuhnya.

Diskusi interaktif dipandu Advokad senior Agus Samijaya, SH, MH, dengan menghadirkan tiga orang narasumber secara langsung (offline) yaitu Brigjen Pol. (Purn) Drs. I Nyoman Sueta, A.A. Sagung Ani Asmoro dan DR. Dadang Hermawan. Satu lagi narasumber yang hadir secara daring (online) yaitu DR. Dewa Gede Palguna, SH, M.Hum.

Dalam acara tersebut hadir pula Pembina POKDARKAMTIBMAS yaitu Dir. Binmas Polda Bali, Kombes Pol. Drs. Arum Priyono yang turut memberikan sambutan sekaligus membuka diskusi.

Kombes Pol. Arum Priyono, mengatakan apresiasinya kepada POKDARKAMTIBMAS yang merayakan HUT pertama atas terselenggaranya acara itu. Ia berharap supaya organisasi ini dapat bekerja secara sungguh-sungguh untuk membantu aparat kepolisian demi terciptanya keamanan dan ketertiban di wilayah Bali.

Dir. Binmas Polda Bali, juga berharap agar dari diskusi dengan tema yang aktual dan menarik itu dapat menghasilkan nilai-nilai positif bagi masyarakat terutama pemahaman umum akan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban baik dalam ruang nyata maupun di ruang maya seperti di media sosial.

Kombes Pol. Arum Priyono, DIR. BINMAS POLDA BALI selaku Pembina POKDARKAMTIBMAS

“Kalau kita bijaksana dalam memanfaatkan dan menyikapi IT (informasi teknologi) sangat bermanfaat bagi kita, tetapi kalau salah menyikapi bisa merugikan bahkan IT bisa dipakai sebagai sarana untuk kejahatan bagi orang-orang tertentu. Oleh sebab itu paling penting sekarang adalah literasi bagi generasi muda,” katanya.

Setelah dibuka secara resmi oleh Dir. Binmas Polda Bali, diskusi interaktif yang dipandu Agus Samijaya pun bergulir, berturut-turut menyampaikan buah pikirannya adalah Dadang Hermawan, Dewa Gede Palguna (secara daring), Brigjen Pol (Purn) Nyoman Sueta dan Ani Asmoro.

Dadang Hermawan, yang merupakan Rektor STIKOM Bali, mengungkapkan hal-hal positif dari hadirnya digitalisasi. Dia mengatakan, dengan adanya pandemi, transformasi menuju digitalisasi itu semakin terasa. Banyak orang terbantu pekerjaannya maupun hal-hal lainnya bisa dikendalikan dari rumah, tanpa harus pergi ke mana-mana.

Tentu saja, sambungnya, ada dampak negatif dari digitalisasi, tetapi dirinya lebih fokus pada hal-hal yang bersifat positif. “Digitalisasi ini menjadi anugerah bagi kemajuan masyarakat dan kemajuan bangsa, terlepas dari sisi negatifnya,” ungkapnya seraya menyampaikan sejumlah contoh kongkret dampak positif sarana digitalisasi.

Sementara itu, Dewa Palguna, mengungkapkan bahwa di era digital ini, masyarakat di hadapkan oleh ledakan informasi, terutama melalui media sosial yang tentu kehadirannya banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat maupun kehidupan kebangsaan.

Akademisi Universitas Udayana dan Mantan Hakim Konstitusi RI itu mengingatkan untuk selalu waspada terhadap informasi-informasi yang bersifat hoax karena itu dapat memecah belah masyarakat. Dia memberi contoh beberapa informasi hoax atau yang menyesatkan, dan hal itu tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang tetapi juga di negara maju.

Peserta diskusi interaktif yang hadi secara offline

Lantas, Palguna secara retorika mengungkapkan bagaimana kehidupan kebangsaan kita jika tidak menyikapi perkembangan digitalisasi ini dengan baik, apalagi bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang secara horizontal terikat dalam kesatuan sosial, adat dan kedaerahan yang bermacam-macam.

Di sisi lain, katanya, di tengah masyarakat juga terjadi ketegangan mayoritas-minoritas (bukan hanya soal agama) tetapi secara sosiologis ada ketegangan antara mereka yang tinggal di pedesaan dan perkotaan, ada jurang antara orang kaya dan miskin, juga dari tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan tinggi.

Hal-hal tersebut adalah ketegangan-ketegangan yang ril dalam masyarakat Indonesia dan jika tidak disikapi secara baik, ditambah dengan hadirnya berita-berita bohong (hoax) di media sosial (digital) bisa menjadi kehancuran dan terjadinya disintegarasi bangsa. “Ini harus menjadi renungan kita bersama,” pungkasnya.

Narasumber berikutnya, Nyoman Sueta, mengatakan proses berdirinya bangsa ini harus dilihat dalam konteks nasionalisme. Purnawiranan Polisi itu mengutip Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 yang mengatakan bahwa Negara ini berdiri oleh semua untuk semua. Oleh karena itu, NKRI dipahami sebagai kumpulan orang-orang dari berbagai etnis, berbagai pulau, suku, agama dan golongan yang bersamaan konsep, sehingga menjadi satu kekuatan yang mempererat hubungan satu sama lain. Maka nasionalisme itu harus terus hidup dan didengungkan.

Narasumber dari kiri ke kanan: Ani Asmoro, Nyoman Sueta, Bambang Hermawan dan Agus Samijaya (Moderator)

Demikian pula dengan ideologi Pancasila. Menurut dia, ideologi Pancasila lahir dari kehendak bersama karena ada keinginan bersatu bersama. Sehingga lewat ideologi Pancasila sungguh menghargai perbedaan untuk membangun kekuatan bersama.

Ani Asmoro, tokoh perempuan dan Mantan Anggota DPRD Bali, yang berbicara pada kesempatan berikutnya mengungkapkan transformasi internet sangat terasa selama pandemi covid 19. Dampak covid sangat luar biasa, baik dalam dunia pendidikan, dunia kerja bahkan kebiasan dalam belanja kebutuhan hidup. Menurut dia dengan kehadiran internet hal itu sangat terbantu.

Dampak positif internet lainnya kata dia, antara lain mudah mencari informasi dan pengetahuan, sarana hiburan, sarana pembelajaran interaktif, mencari teman dan sebagainya. Namun, dampak negatifnya juga tidak sedikit misalnya pornografi, sarana perjudian, kekerasan seksual online, ujaran kebencian dan berita bohong, hoax dan lain-lain.

Salah satu narasumber yang hadir secara daring Dewa Gede Palguna (baju biru pojok bawah dalam layar)

Di tengah perkembangan digitalisasi yang pesat ini, katanya, dihadapkan dengan fakta-fakta seperti kontrol sosial masyarakat masih lemah, kepedulian atau relasi sosial makin menipis dan kuranganya pemahaman tentang perlindungan terhadap anak yang sangat rentan dieksploitasi melalui dunia maya.

Demikian pula halnya dengan orang tua yang masih lemah pengetahuan dan pemahamannya terhadap perlindungan anak dalam berinternet. Sehingga sangat dibutuhkan edukasi dan pendampingan serta pengawasan yang benar terhadap dampak penggunaan internet atau sarana digitalisasi yang ada terutama terhadap anak-anak.

Selepas diskusi, acara berpuncak dengan pemotongan tumpeng HUT I POKDARKAMTIBMAS, sekaligus syukur atas peringatan Sumpah Pemuda ke-93.

Penulis
Hironimus Adil
Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close