Bertepatan dengan Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, Rabu (29/6/2022), gedung baru Gereja Katolik Santo Paulus Singaraja ditahbiskan oleh Uskup Denpasar, Mgr.Dr.Silvester San.
Rangkaian acara pentahbisan gedung Gereja Katolik Santo Paulus Singaraja, diawali dengan pemberkatan gedung baru Pastoran Paroki St.Paulus Singaraja, yang dibangun bersamaan dengan pembangunan gereja Santo Paulus Singaraja, pemberkatan gereja bagian luar dan bagian dalam, dan pelantikan DPP-DKP Santo Paulus Singaraja.
Gedung Gereja yang megah berarsitektur Bali ini baru terwujud setelah Gereja Katolik Singaraja mencapai usianya ke-84 tahun, terhitung sejak tahun 1938.
Kehadiran Gereja Katolik di Singaraja tidak ditandai dengan peristiwa pembaptisan pertama orang Singaraja/Buleleng, melainkan ditandai dengan berdirinya suatu tempat berkumpul orang-orang beriman Katolik untuk berdoa dan beribadah bersama, pada tahun 1938.
Sukacita dan rasa syukur umat Katolik Paroki St.Paulus Singaraja yang sebagian besar umatnya adalah kaum pendatang, baik orang asing dari luar negeri maupun kaum pendatang pribumi dari Jawa, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sumatera dan daerah-daerah lain di Indonesia. Hal itu nampak dalam kehadiran dan kontribusi mereka pada perayaan pentahbisan gedung Gereja yang baru.
Warna keberagaman yang ditampakkan oleh umat mulai dari perarakan para petugas misa, para Imam bersama Uskup dan umat, keluar dari Pastoran melewati jalan Kartini dan ke jalan Kamboja, diiringi tarian Likurai, sebuah tarian adat dari Atambua-Timor, NTT.
Setibahnya di pintu masuk halaman gereja, para penari Likurai berhenti, dan bapak Uskup Silvester San melangkah menuju bentangan pita guna menggunting pita tersebut untuk masuk ke halaman gereja. Tak kala pita digunting oleh Mgr.San, sontak dentuman gong Bali dari sekelompok seke truna (orang muda), mempersilahkan barisan perarakan para Imam dan petugas misa, melangkah menuju gerbang gereja Santo Paulus Singaraja.
Tepat di depan gerbang gereja Santo Paulus Singaraja, Mgr.San memimpin ibadat singkat untuk memberkati bagian luar gedung gereja SantoPaulus Singaraja. Sesudah itu Mgr.San melangkah mendekati pintu utama gereja Santo Paulus Singaraja, mengetuknya hingga 3 kali dan pintu utama dibukakan.
Para petugas misa, puluhan imam konselebran, diakon bersama Uskup Denpasar melangkah menuju altar diiringi lagu pembuka. Kebesaran dan keagungan Tuhan sungguh nampak dalam perayaan syukur yang agung dan meriah.
Dalam kotbahnya Mgr.San mengatakan, pentahbisan gereja Santo Paulus Singaraja ini dilakukan bertepatan dengan hari raya Santo Petrus dan Paulus. Kedua tokoh besar yang sangat beda satu sama lain dari aspek kepribadian mereka. Petrus yang semula hanyalah seorang nelayan yang dipanggil dan diangkat Yesus menjadi murid-Nya.
Petrus berani mewartakan kebenaran iman, dipenjarakan namun kuasa Tuhan dapat membebaskannya. Petrus akhirnya diangkat oleh Yesus menjadi pemimpin Gereja, “di atas batu karang ini akan Ku-dirikan Gereja-Ku”. Petrus mewartakan Injil sampai ke Roma hingga meninggal sebagai martir di Roma.
Berbeda dengan Paulus. Paulus adalah orang terpelajar. Dia sebelumnya bernama Saulus yang mengejar dan membunuh para pengikut Yesus. Namun setelah bertobat, dan menjadi pengikut Yesus, Paulus sangat berani mewartakan Injil ke seluruh daerah/wilayah bahkan ke beberapa negara dengan semangat dan penuh cinta.
Paulus tidak mengenal takut dalam seluruh perjalanan pastoralnya. Dia menjadi saksi Kristus, bukan hanya bagi orang-orang Yahudi dan Yunani melainkan bagi semua orang.
Karena itu Mgr.San berharap, semoga berkat doa dari semua umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi pentahbisan Gereja Santo Paulus Singaraja, membuat warga Gereja Santo Paulus Singaraja semakin berjalan dengan baik dalam semangat persekutuan dan persaudaran seluruh umat.
Usai kotbah dilanjutkan dengan ritual pemberkatan gereja bagian dalam yang dilakukan oleh Mgr.Silvester San bersama para imam dan dilanjutkan dengan penanaman relikui pada meja altar, penempatan dan penyalaan lilin di altar, penyalaan 12 Lilin (melambangkan kedua belas rasul), yang hendak dipasang pada 12 tiang, dilanjutkan dengan pemasangan lilin pada tiang gereja dan pemberkatan 12 tiang gereja oleh Mgr.Silvester San.
Selesai ritual pemberkatan gereja bagian dalam dilanjutkan dengan pelantikan DPP dan DKP Singaraja MasaBakti 2021 – 2023. “Sesunggunya para Penurus DPP dan DKP ini telah bekerja pasca dipilih oleh Umat. Namun baru dilantik saat ini oleh karena situasi pandemi covid-19”, kata, Mgr. Silvester San sebelum melantik Pengurus DPP/DKP Singaraja.
Mgr.San berharap, semoga para pengurus DPP dan DKP mampu meneladani kedua Rasul Agung, Petrus dan Paulus, yang berani bersaksi tentang iman mereka kepada Yesus Kristus dan dalam mewujudkan visi dan misi-Nya.
Usai perayaa Ekaristi dilanjutkan dengan laporan ketua panitia dan sambutan-sambutan. Antonius Lukito selaku ketua panitia dalam sambutannya mengatakan, pembangunan gereja dan pastoran Paroki Santo Paulus Singaraja ini penuh dengan pergulatan hati dan pikiran. Pembentukan pantia hingga mendapatkan SK membutuhkan waktu yang panjang hingga hampir 2 tahun. Alasannya karena tidak ada yang bersedia.
Setelah Panitia terbentuk dan mendapatkan SK, menurut Antonius Lukito, hal pertama yang dikerjakan adalah berpikir untuk mencari dana, mulai dari membangun Komitmen dari Umat yang disebut BASKOM (Basis Komitmen).
Semua KK menyumbang dengan sukarela, disertai doa. Dan atas pertolongan Tuhan melalui seorang donatur bernama Servasius Bambang Pranoto, gereja ini bisa dibangun. Pak Bambang pranoto menyumbang dana sangat besar yakni 20,5 Miliar.
Selain itu dari Gubernur Bali, bapak I Wayan Koster, menyumbang sebesar Rp.1 miliar. Dari donator lain dan umat sebesar Rp. 3, 95 miliar. Total dana yang dihabiskan sebesar 25, 42 miliar.
SIMBOL TOLERANSI
Pembangunan gedung Gereja Katolik Paroki Santo Paulus Singaraja yang megah menurut RD.Agustinus Bere Lau (Pastor Paroki), merupakan simbol toleransi karena gereja ini berdiri di tengah-tengah saudara-saudari umat Hindu yang mayoritas, umat Muslim, umat Kristen Protestan, umat Budha, dan umat Konghucu.
Semangat toleransi ini sungguh nyata dirasakan, terlebih dengan dikeluarkannya ijin mendirikan bangunan (IMB : No. 503.18/552/IMB/2020) dari Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas terkait yaitu Dinas Penanaman Modal dan PTSP.
Romo Agustinus Bere Lau menceriterakan pengalamannya menjadi pastor rekan pada masa kepemimpinan Romo Handriyanto Wijaya sebagai pastor paroki Santo Paulus Singaraja, selalu ada intensi khusus supaya memiliki gereja baru dari romo Handriyanto yang biasa disapa romo Hans. Lalu suatu waktu romo Agus memberanikan diri untuk menyampaikan kepada romo Hans dengan komunikasi yang khas diantara mereka. “Father, jika father mau, saya memberanikan diri untuk mendukung niat father, sesuai kemampuan saya” kata romo Agus.
“Bagaimana caranya?”, tanya romo Hans. “Kita awali dengan membentuk panitia dan mulai merencanakan bentuk penggalian dana bersama umat” ucap romo Agus. “Lalu kami mulai ngobrol dan mencari dana pertama-tama dengan membangun komitmen umat untuk berdonasi yang kami sebut dengan Baskom (Basis Komitmen). Akan tetapi tidak lama kemudian saya dipindahkan menjadi pastor Paroki di Babakan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, mungkin Tuhan menghendaki saya kembali lagi ke Singaraja untuk melanjutkan kesanggupan saya untuk mewujudkan intensi romo Hans dan harapan seluruh umat Katolik Singaraja akan sebuah gereja yang baru”, kenang romo Agus Bere Lau.
Mgr.Silvester San dalam sambutannya mengatakan, kita patut bersyukur atas kehadiran Allah Yang Mahakuasa yang menyertai Gereja/Umat Paroki Santo Paulus Singaraja dalam merampungkan pembangunan gedung Gereja ini.
“Kita juga patut bersyukur,karena pandemi covid-19 semakin melandai tetapi kita harus tetap taat dengan protocol Kesehatan, bersikap hati-hati demi keselamatan kita dan sesama”, kata Mgr. San.
Lebih lanjut Mgr.San mengatakan, kita tahu semua umat beragama memerlukan tempat ibadat yang layak dan nyaman termasuk umat Katolik.
Mgr, San menjelaskan bahwa tidak bisa dibayangkan jika umat hadir di gereja tidak dapat tempat duduk, hanya berdiri sepanjang ibadat atau misa berlangsung. Hal itu pasti sangat tidak nyaman dan membuat mereka tidak dapat mengekspresikan iman mereka.
Selain itu, gereja yang lama tidak lagi memadai seiring berkembangnya jumlah umat dan usia gedung gereja yang lama. Karena itu di tempat gereja yang lama kita bangun gereja yang baru. Hari ini kita menyaksikan bersama gedung Gereja St.Paulus Singaraja yang telah selesai dibangun, dengan ornamen bernuansa kultur Bali, yang mencerminkan jati diri umat yang tetap menghargai dan menyatu dengan budaya setempat.
Selaku Uskup, Pimpinan Gereja Lokal Keuskupan Denpasar, Mgr San memberikan apresiasi kepada Romo HandryantoWijaya pastor paroki terdahulu, yang telah memulai pembangunan gereja paroki Singaraja. Juga kepada romo Agustinus Bere, yang melanjutkan dan romo Libert Ketika menjadi pastor rekan di Singaraja dan saat ini sudah berpindah ke Gumbrih, seluruh Panitia Pembanguna, DPP-DKP dan Umat Paroki seluruhnya yang telah berjuang, berdoa, serta bekerja keras membangun gereja ini.
Terima kasih juga dari Mgr.San kepada Pemerintah Daerah setempat dalam hal ini Bupati Buleleng yang berkenan memberikan IMB bagipembangunan gereja St.Paulus Singaraja, kepada Gubernur Bali yang juga memberikan bantuan dana untuk pembangunan gereja St.Paulus Singaraja, dan para donatur, teristimewa kepada pak Bambang (Kutus-Kutus), dan siapa saja yang dengan caranya masing-masing telah memberikan kontribusi bagi penyelesaian pembangunan gereja St.Paulus Singaraja. Semoga Allah yang Mahabaik mengganjari semua donatur dan siapa saja yang berbuat baik demi selesainya pembangunan gereja ini dengan berkat Surgawi dan duniawi.
Mgr.San berharap semoga anugerah rumah ibadah yang baru mendatangkan berkat melimpah serta mampu membangkitkan semangat umat dalam kehidupan menggereja dan umat semakin memiliki iman yang tangguh.
Mewakili Gubernur Bali, Kadis Sosial Provinsi Bali, I Dewa Gede Mahendra Putra, SH., mengatakan melalui pembangunan semesta berencana dengan Visi : “Nangun Kerthi Loka Bali”, Pemerintah Provinsi Bali berjuang mewujudkan krama Bali yang sejahtera dan bahagia secara (skala dan niskala). Untuk itu perlu memperkuat rasa toleransi antar umat beragama, demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
I Dewa Gede Mahendra Putra berharap dengan adanya gedung baru ini, ada semangat baru, tekad baru dan perlu menjalin komunikasi yang baik dengan umat beragama lain, dengan tokoh adat,tokoh masyarakat dan dengan Pemerintah Daerah serta bergotong-royong menuju Bali era baru.
“Jangan biarkan persaudaraan kita hancurhanya karena perbedaan kultur, tetapi hendaknya kita membangun Bali secara bersama-sama. Secara pribadi dan atas nama masyarakat Bali, kami mengucapkan selamat atas pentahbisan gereja Katolik Santo Paulus Singaraja yang baru, semoga damai sejahtera”, kata Gede Mahendra mengakhiri sambutannya.
Imam, Biarawan-Biarawati dan Umat yang hadir dalam perayaan pentahbisan gedung Gereja St.Paulus Singaraja, tidak hanya dari Paroki Singaraja, melainkan dari dari semua utusan paroki se-Bali, bahkan dari Dekenat NTB. Semuanya bersatu hati dalam doa, saling mendukung, solider dan menguatkan.
Rangkaian acara pentahbisan gereja paroki St.Paulus Singaraja diakhiri dengan jamuan makan malam bersama dan atraksi kesenian yang berupa tarian dan lagu dalam suasana sukacita penuh persaudaraan dalam kasih Tuhan. ***