PAROKI TABANAN GILIRAN PERTAMA SINODE USKUP SEDUNIA KEUSKUPAN DENPASAR DI DBB
KEUSKUPANDENPASAR.NET Setelah seluruh paroki/stasi se-Dekenat Bali Timur tuntas menyelenggarakan Sinode Uskup Sedunia tingkat Keuksupan Denpasar, Tim Fasilitator Sinode ini bergeser ke Dekenat Bali Barat (DBB).
Paroki Sta. Maria Immaculata Tabanan, merupakan paroki yang menjadi giliran pertama kunjungan para Tim Fasilitator. Untuk paroki ini tidak hanya dilaksanakan di pusat paroki, tetapi juga di stasi pada waktu bersamaan, yakni di Stasi Piling dan Penganggahan, serta di Bedugul.
Hal itu dilakukan, selain karena jarak dari stasi-stasi tersebut ke paroki cukup jauh, juga untuk mendengarkan secara langsung pengalaman kehidupan menggereja dari umat yang ada di wilayah-wilayah pedesaan.
Fasilitator Sinode Uskup Sedunia tingkat Keuskupan Denpasar yang terdiri dari 4 Tim, bersamaan turun ke paroki dan stasi-stasi paroki itu pada Rabu, 9 Februari 2022. Tim 1 mengunjungi Stasi Piling, Tim 2 ada di Bedugul, Tim 3 di pusat paroki di kota Tabanan dan Tim 4 bertemu umat di Stasi Penganggahan.
Alur proses Sinode Tingkat Keuskupan Denpasar ini sama dengan paroki-paroki lainnya, dengan acara pokok adalah mendengarkan/menggali refleksi, sharing maupun harapan umat, terkait dua tema yang diangkat oleh Keuskupan Denpasar dalam rangka kontribusinya bagi Sinode para Uskup Sedunia yang akan berpuncak pada Oktober 2023 itu.
Seperti informasi sebelumnya melalui media ini, tema pertama adalah pilihan bersama keuskupan-keuskupan di Regio Nusa Tenggara yakni Dialog dan Kerjasama di Tengah Masyarakat.
Sedangkan tema kedua yang menjadi pilihan Keuskupan Denpasar sendiri yaitu Keberanian Berbicara dengan Tegas Menyatakan Sikap Gereja.
Adapun isu strategisnya terkait tema pertama yaitu “bagaimana dengan relasi dan dialog kita (Gereja) dengan sesama dalam masyarakat, khususnya yang berbeda agama dan pandangan politik? Apakah ada konflik-konflik dan kesulitan? Atau sebaliknya, adakah kisah-kisah istimewa dalam hal ini?”
Untuk tema kedua, isu strategisnya adalah “apakah menurut anda, Gereja kita cukup berani menyatakan sikap dan bersuara dalam kehidupan bermasyarakat? Atau jangan-jangan sebagai minoritas, kita kebanyakan diam? Dan sejauh mana kita menggunakan media lokal (bukan hanya internet Gereja) untuk menyatakan sikap?”
Dari informasi semua Tim Fasilitator, umat begitu semangat dan sangat terbuka dalam membagi pengalaman iman maupun pengalaman hidup bersama yang lain di tengah masyarakat majemuk, juga terkait suara Gereja dalam menyatakan sikapnya.
Banyak kisah indah yang diceritakan umat dalam relasi dan dialog dengan masyarakat berbeda agama yang patut menjadi kekuatan untuk pertumbuhan dan perkembangan Gereja di masa-masa mendatang. Sementara soal sikap tegas Gereja dalam berbicara di tengah masyarakat masih perlu ditingkatkan *