Paroki St. Yoseph Denpasar secara istimewa mendedikasikan Pesta Keluarga Kudus, Jumat (30/12), untuk umat yang memasuki lanjut usia (Lansia) yang ada di paroki itu, dengan menyelenggarakan misa khusus bagi mereka.
Misa berlangsung di gereja Yesus Gembala Yang Baik, Ubung Kaja, Denpasar, dimulai pukul 10.00 wita hingga selesai. Dipimpin oleh Pastor Paroki Rm. Yohanes Nyoman Madia Adnyana, SVD. Misa berlangsung hikmat, dimeriahkan oleh paduan suara Gamaliel Sonora.
Sayangnya tidak banyak opa-oma yang hadir dalam perayaan istimewa ini. Hal itu terlihat dari bangku dalam gereja yang hanya terisi di bagian tengah berhadapan altar. Padahal dalam perayaan itu, pastor paroki juga melayani Minyak Suci (Sakramen Orang Sakit) untuk kakek-nenek maupun umat lainnya yang hadir dalam perayaan tersebut.
Romo Yan Madia, demikian pastor paroki, biasa disapa, dalam homilinya mengungkapkan keteladanan Yosef sebagai suami Maria, untuk menyelematkan keluarganya (Maria dan Yesus) dari kejaran dan kekejaman raja Herodes yang mengincar bayi Yesus. Yosef, lanjutnya, dengan sigap menyelematkan Maria dan Yesus untuk pergi ke Mesir setelah mendapat bisikan Malaikat, karena Herodes sedang mencari dan hendak membunuh bayi Yesus.
Di sisi lain homilinya, Romo Yan, coba membandingkan antara zaman dulu, zaman di mana keluarga kudus masih hidup, dengan saat ini. Zaman sekarang kata Romo Yan, ditandai kemajuan teknologi yang cangih.
“Hampir semua orang pegang handphone. Itu barang mutakhir tercanggih penemuan manusia zaman ini. Bahkan semakin hari, semakin canggih. Segala informasi dari seluruh dunia bisa kita dapatkan dalam waktu yang singkat. Bahkan bisa ngobrol dengan siapapun termasuk dari luar negeri melalui video call. Handphon juga bisa difungsikan sebagai kamera foto maupun video,” katanya, seraya mengingatkan, selain memiliki banyak hal positif barang canggih tersebut juga memiliki banyak dampak negatifnya yang jika tidak bijaksana dan hati-hati dalam menggunakannya bisa berakibat buruk.
“Berbeda pada zaman Yosef dulu, di mana petunjuk atau informasi bisa didapatkan melalui mimpi. Setelah mendapatkan bisikan malekat lewat mimpinya, Yosef segera menyingkir ke Mesir untuk menyelamatkan keluarganya dari kekejaman Herodes. Walau menempuh perjalanan yang jauh dan tidak ringan. Demikian pula dengan Bunda Maria. Sebagai seorang Ibu dia pasti sangat takut anaknya menjadi incaran Herodes,” ungkapnya.
Keteladanan lain dari Yosef, menurut Romo Yan, bahwa Yosef tidak banyak bicara, dia tidak pernah memamerkan atau melakukan pencitraan diri. Dia begitu tulus berbuat untuk keluarganya. Demikian halnya Bunda Maria yang memiliki banyak keutamaan dan yang paling menonjol dari Yosef dan Maria adalah keteguhan iman mereka kepada Tuhan. Segala yang menimpa kehidupan mereka, semuanya diserahkan kepada Tuhan.
“Kita hendaknya jadikan Yosef dan Maria sebagai teladan dalam membangun keluarga-keluarga kita Sebab keluarga adalah dasar utama untuk kebersamaan lebih luas, baik itu dalam Gereja maupun bangsa dan negara. Oleh sebab itu, Gereja Katolik menjadikan keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica),” kata Romo Yan.
Di bagian akhir homilinya, Romo Yan, mengajak semua umat Katolik untuk menjadi palaku Firman Tuhan, dengan menghayati Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bukti cinta kepadaNya.
Dalam kesempatan itu, Romo Yan juga mengucapkan doa khusus untuk para oma-opa, baik yang hadir dalam perayaan tersebut maupun yang tidak sempat hadir agar selalu dilindungi dan diberkati Tuhan serta senantiasa bahagia dalam menikmati hari tua mereka.
“Kami haturkan selamat damai Natal kepada opa-oma, dan terima kasih kepada oma-oma yang telah ambil bagian dalam misa ini,” ungkap Rm. Yan di akhir perayaan itu.
Opa-oma, juga hampir semua umat yang hadir dalam perayaan ini mendapatkan rahmat khusus berupa penerimaan Sakramen Minyak Suci dari Romo Yan. Ini menjadi keistimewaan perayaan tersebut.
Usai misa, seluruh opa-oma yang hadir maupun para pengantar serta panitia sama-sama menuju basemen gereja untuk ramah tamah dan santap siang bersama. Soto ayam menjadi menu utama makan siang bersama itu. Opa-oma pun pulang dengan wajah berseri-seri. ***