Misa Inkulturasi Syukuran Imlek di Gereja YGYB; Tersedia 700 Angpao, 2.220 Paket Makan Siang
UBUNG, DENPASAR – Gereja Katolik Paroki St. Yoseph Denpasar, merayakan misa inkulturasi dalam rangka syukuran Tahun Baru Imlek 2575.
Misa kedua pukul 09.00, Minggu (11/2), di gereja Yesus Gembala Yang Baik (YGYB), Ubung-Denpasar, didedikasikan khusus untuk perayaan inkulturatif itu. Misa berlangsung meriah dan agung, dipimpin langsung oleh Gembala Keuskupan Denpasar Mgr. Silvester San.

Ada empat imam turut mendampingi, yakni Pastor Paroki dan Pastor Rekan Paroki St. Yoseph RP. Yohanes I Nyoman Madia Adnyana, SVD dan RP. Laurensius I Ketut Supriyanto, SVD, plus dua imam Serikat Sabda Allah lainnya RP. Marthin Fatin, SVD dan RP. Agustinus Sumaryono,SVD.
Lagu-lagu liturgi yang dinyanyikan oleh koor paroki yang mengiringi misa meriah itu, hampir seluruhnya bernuansa (motif) Tionghoa. Demikian pula beberapa dekor dalam gereja, didominasi warna merah, warna khas ketika imlek tiba.

Tahun baru Imlek dikenal sebagai tahun baru China. Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, dalam pengantar misa itu mengucapkan “Gong Xi Fa Cai”. Menurut Uskup yang juga berdarah China ini, arti kata itu adalah “Semoga Anda semua sejahtera.” Uskup juga mengucapkan selamat tahun baru imlek dalam bahasa China.
Uskup mengajak seluruh umat yang hadir untuk bersama umat Katolik keturunan Tionghoa (China) bersyukur kepada Tuhan atas tahun baru imlek ke 2557, seraya berharap agar di tahun baru ini kehidupan semakin lebih baik, lebih sejahtera dan dilimpahi rahmat kesehatan.

Perayaan syukur Imlek di paroki itu bertepatan dengan peringatan hari orang sakit sedunia. Dalam homilinya, Uskup Silvester San berpesan agar umat meneladani Yesus Kristus yang memiliki rasa belas kasihan dan peduli terhadap sesama, terutama bagi mereka yang menderita dan membutuhkan uluran tangan sesamanya.
Hal ini dikatakan Uskup, terinspirasi dari bacaan Injil hari itu, di mana Yesus menyembuhkan seorang kusta yang membutuhkan belas kasih Yesus. Dengan uluran tangan Yesus kepada orang kusta itu, diapun langsung sembuh.

Uskup juga menegaskan supaya meneladani kebijaksanaan Yesus. Dikatakan, dalam peraturan Yahudi, orang kusta harus disingkirkan dan dianggap orang berdosa, oleh karena itu orang sehat tidak boleh dekat dengan mereka. Namun, untuk kebahagian orang kusta yang memohon belas kasihNya, Yesus melanggar aturan itu.
Hal tersebut, lanjut Uskup, Yesus bukan berarti tidak taat terhadap aturan, justru sangat mendukung aturan yang hidup dalam masyarakat. Hanya saja Yesus sangat bijaksana dalam menerapkan peraturan. Dia mau mengulurkan tanganNya kepada orang kusta supaya dia bisa sembuh dan mengalami hidup bahagia seperti orang lain. Sebab bagi Yesus, peraturan itu dibuat untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia, bukan dibuat supaya orang semakin menderita baik secara fisik maupun secara batin dan rohani.
“Kita semua diajak untuk meneladani Yesus yang berbelas kasih melalui sikap solider dan peduli dengan mereka yang menderita dan kekurangan. Juga kita harus meneladani Yesus yang bijaksana dalam hidup di tengah masyarakat,” harap Mgr. San.
Angpao
Tanpa pembagian angpao, rasanya misa syukuran imlek kurang lengkap dan terasa hambar. Kemeriahan misa inkulturasi di gereja YGYB, juga diwarnai pembagian anpao kepada anak-anak.
Semua anak yang hadir saat itu mendapatkan berkat ganda, selain berkat dari Uskup dan Imam yang melayani, mereka juga masing-masing mendapat amplop merah berisi uang (anpao). Pemberian berkat dan angpao kepada anak-anak itu dilaksanakan sebelum berkat penutup.
Ketua Panitia Misa Inkulturasi dalam rangka Imlek tahun 2024 Paroki St. Yoseph, Teguh Wicaksana, dalam sapaan kasihnya menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan serta terimkasih berlimpah kepada Uskup yang bersedia hadir dan memimpin misa syukuran imlek itu. Terima kasih juga disampaikan kepada para imam, donatur dan seluruh umat yang hadir.
Teguh, demikian Ketua Lingkungan Yosef Freinademetz itu disapa, mengungkapkan bahwa panitia menyediakan 700 anpao untuk anak-anak serta 2.200 paket makanan untuk seluruh umat yang hadir dengan aneka menu yang disediakan. Seluruh umat juga mendapatkan bingkisan berisi jeruk, kue dan permen.
“Kalau kurang maafkan kami. Jangan marah-marah, kita bawa semuanya dengan senyum,” katanya sedikit berkelakar sebagai kekhasannya.
Menurut Teguh, tradisi Imlek sudah dilaksanakan ribuan tahun lalu. Imlek adalah kembalinya matahari di Asia Timur setelah mengalami musim dingin, musim di mana tidak bisa bercocok tanam. Sehingga dengan datangnya matahari menjadi kegembiran sekaligus memberi penghidupan.

“Sebagai orang Katolik, kita percaya Tuhan Yesus-lah yang kita percaya, Dialah yang memberikan matahari kehidupan itu,’ kata Teguh.
Pastor paroki RP. Yohanes Nyoman Madia, SVD juga menyampaikan selamat tahun baru imlek kepada seluruh umat yang merayakannya. “Hari ini kita sungguh bergembira dan bersyukur bersama keluarga besar umat Tionghoa yang merayakan tahun baru imlek,” ungkap Pater Yan Madia.
Usai misa,seluruh umat keluar dari gereja secara tertib dan langsung mendapatkan bingkisan serta kupon makan yang langsung ditukar di basemen gereja. Sempurnalah kemeriahan perayaan syukur dan gembira itu dengan makan bersama di areal basemen gereja sambil menikmati barongsai dan wushu. Selamat Tahun Baru Imlek. Gong Xi Fa Cai! ***
