Kegiatan Dialog Kerukunan Umat Beragama yang diselenggarakan Ditjen Bimas Katolik RI, hari kedua, Minggu 11/10/2020, menghadirkan nara sumber Kakanwil Kemenag Provinsi Bali – Komang Sri Marhaeni, dengan materi: Potret Kerukunan Umat Beragama di Bali.
Dalam paparannya, antara lain Ibu Komang mengatakan bahwa Bali senantiasa hidup rukun dan damai karena menghidupi kearifan lokal “Menyama Braya”.
Meski demikian ada juga masalah seperti pendirian rumah ibadah, makam dll. Namun tidak sampai berlarut-larut dan bisa diatasi dengan baik.
“Kearifan lokal ini mengajarkan bahwa semua orang itu adalah sebagai saudara sekalipun berbeda dan tidak seiman,” ungkapnya.
Menurut Ibu Komang, kerukunan di tengah masyarakat majemuk itu penting diciptakan. Kerukunan, katanya, akan tercapai jika setiap orang mampu menganggap orang lain sebagai saudara.
“Kemajemukan memang rentan terhadap masalah, dan masalah kerukunan bisa terjadi dimana saja termasuk dalam keluarga dan umat yang seiman sekalipun,” bebernya.
Dia menambahkan, masalah kerukunan bisa diselesaikan dengan cara duduk bersama dan bangun dialog. Bukan dengan cara demo, karena demo tidak menghasilkan apa-apa.
“Dialog akan melahirkan persatuan dan kerukunan. Melalui Lembaga FKUB persoalan agama bisa didialogkan bersama, karena FKUB adalah penjaga kerukunan antar umat beragam,” imbuhnya.
Dikatakannya, perbedaan jangan menjadi alasan untuk memecah belah. Maka, ia berharap setiap agama bisa menghayati agamanya dengan baik dan benar serta moderat sehingga tercipta keharmonisan dalam kehidupan masyarakat.
Menyikapi situasi sulit Pandemic Covid-19 yang bisa saja memunculkan ketidakrukunan, ibu Kanwil mengajak peserta membangun solidaritas di tengah masyarakat.
“Dalam situasi sulit, masyarakat sangat sensitif, mudah tersinggung dan tersulut. Oleh karena itu, dengan solidaritas, masyarakat akan saling menolong dan bersolider satu sama lain sehingga kerukunan pun tetap terjaga.
Dia menambahkan, Cov
id-19 menimbulkan ketakutan dan kecemasan, namun ada sisi positif yang diajarkan, yakni hidup bersih dan sehat,” ujarnya.
Ibu Komang menambahkan bahwa dengan mengenakan masker selain untuk menghindari terkena virus, juga bisa dimaknai agar mulut hanya mengeluarkan kata-kata yang baik dan menutup mulut untuk kata-kata kotor dan hoax supaya tidak menodai kerukunan. ***Christin