Lima Uskup Hadir Pertemuan Tahunan Jaringan Caritas Indonesia di Bali; Fokus pada Adaptasi Perubahan Iklim
DENPASAR – Caritas Indonesia mengadakan pertemuan tahunan Jaringan Caritas Indonesia Regio Nusa Tenggara, di Grand Mega Rosort, Denpasar, Bali. Pertemuan regional ini dihadiri lima orang Uskup. Adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi salah satu fokus perhatian.
Giat Jaringan Caritas Indonesia tingkat Regio ini akan berlangsung selama lima hari, 29 April – 3 Mei 2024. Selain utusan-utusan dari delapan keuskupan se-Regio Nusra, juga dihadiri oleh beberapa Sekretaris Eksekutif Komisi di KWI, Badan Pembina, Badan Pengurus dan Badan Pengawas serta Caritas Indonesia selaku penyelenggara.
Utusan dari keuskupan terdiri dari Caritas, Komisi PSE, Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKP-PMP), Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) serta Kongregasi Imam dan Kongregasi Biarawati yang bergerak di bidang kemanusiaan.
Sementara itu Uskup yang hadir antara lain Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, MSF (Ketua Badan Pembina Caritas Indonesia), Mgr. Siprianus Hormat (Sekretaris Badan Pembina), Mgr. Edmund Woga, CSsR (Anggota Badan Pembina), Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ (Ketua Badan Pengurus) dan Mgr. Silvester San (Anggota Badan Pengawas).
Para Sekreratis Eksekutif KWI yang hadir terdiri dari RP. Aegideus Eko Aldianta, O.Carm (Komisi PSE), RD. Marthen Jenarut (Komisi KKP-PMP), Sr. Stefani Rengkuan , SJMJ (SGPP) serta Direktur Caritas Indonesia RD. Fredy Rante Taruk. Total lebih dari 60 orang peserta termasuk beberapa panitia lokal dari Tim Komisi PSE Keuskupan Denpasar.
Kegiatan ini dibuka dengan perayaan Ekaristi pada Senin (29/4) petang, dipimpin Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, sebagai Selebran Utama, didamping empat Uskup lainnya dan tiga imam dari KWI serta Ketua PSE Keuskupan Denpasar RD. Evensius Dewantoro Boli Daton.
Dalam homili pada misa pembukaan, Mgr. San, mengungkapkan bacaan Injil dalam perayaan ini berbiacara tentang karitas atau cinta kasih. Dikatakan Uskup Denpasar bahwa ajaran Yesus yang paling penting adalah saling mengasihi yang merupakan dasar dari cinta kasih itu.
Di sisi lain, Anggota Badan Pengawas Caritas Indonesia ini juga mengingatkan seluruh peserta untuk mengamalkan apa yang menjadi visi Caritas Indonesia yaitu berbela rasa.
“Dalam pertemuan ini harus menyadarkan kita pada visi utama Caritas yaitu berbela rasa dan cinta kasih terhadap sesama, karena itu perintah Yesus sendiri. Kita harus menghayati dan mengamalkan kasih karena kasih selalu membawa kedamaian, persaudaraan, persahabatan dan kerukunan,” katanya.
Orientasi Kegiatan
Selesai misa, agenda pertemuan dilanjutkan dengan perkenalan serta orientasi kegiatan.
Saat penyampaian orientasi, Direktur Caritas Indonesia RD. Fredy Rante Taruk, mengatakan, pertemuan ini penting untuk berdiskusi bersama mengenai beberapa isu penting saat ini antara lain tentang adaptasai terhadap perubahan iklim, maupun terkait tema seputar migran, TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) dan Pengungsi serta masalah stunting.
Terhadap persoalan-persoalan tersebut, menurut Rm. Fredy, Gereja Katolik memiliki perhatian yang sangat luar biasa dengan kerja kolaboratif lintas komisi maupun stakeholder lainnya.
“Hadirnya Komisi PSE, KKP-PMP, SGPP baik dari KWI maupun keuskupan di Regio ini merupakan perwujudan kerja kolaborasi itu. Kita juga berjalan bersama kongregasi yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, baik kongregasi imam maupun kongregasi biarawati di Regio Nusra ini,” katanya.
Selain membahas serius beberapa isu tersebut, dalam kegiatan ini juga ada pembelajaran bersama tentang ensiklik dan dokumen Paus Fransiskus yaitu Laudato Si dan Laudate Deum serta implementasinya dalam aksi bersama Gereja Katolik Indonesia terhadap perubahan ikilm dan masalah ekologi.
Pembelajaran bersama lainnya adalah mengenai pendalaman Nilai dan Prinsip Caritas dalam budaya kerja yang efektif, efisien dan akuntabel. Juga up-date program tanggap darurat dan pengurangan resiko bencana.
Pertemun ini mengusung tema Perjalanan dalam Persekutuan dan Komitmen demi Keutuhan Ciptaan (bdk. Laudate Deum hal. 25). Tema ini mencerminkan pentingnya kerja kolaboratif dan berjalan bersama serta komitmen dalam menjaga keutuhan ciptaan sebagai visi besar caritas.
“Melalui pertemuan ini kita mau ada gerakkan bersama dan komitmen sehingga semakin berdampak bagi kehidupan kita,” harap Direktur Caritas Indonesia.
Ketua Badan Pembina Caritas Indonesia, Mgr. Sutrisnaatmaka, MSF, dalam kesempatan ini menyampaikan beberapa point penting yang menjadi perhatian Gereja Katolik Indonesia melalui Cariras.
“Kita sudah mulai dengan Deus Caritas Est melalui pelestarian alam dan iklim. Lalu masalah stunting, ini masalah yang harus dilakukan oleh Gereja, karena ini juga situasi yang harus diperhatikan oleh Gereja demi masa depan. Hampir di seluruh Indonesia prosentase stunting sangat tinggi dalam hal ini berkaitan dengan kemanusiaan,” ungkap Uskup Palangkaraya itu.
Sementara Ketua Badan Pengurus, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ, mengungkapkan rasa senang bertemu dengan kelompok dari Regio ini.
Pertemuan ini, kata Mgr. Sudarso, terlaksana berdasarkan kesepakatan dari regio-regio saat pertemuan di Batam tahun 2023. Ini dimaksudkan supaya di antara jejaring ini dapat berbicara lebih dekat, agar lebih fokus pada semua program yang direncanakan oleh Cariras dan dan PSE.
Menurut Uskup Emeritus Keuskupan Agung Palembang itu, salah satu fokus diskusi dalam pertemuan ini adalah tentang adaptasi perubahan iklim.
“Perubahan iklim dengan bentuk yang semakin banyak dan merusak. Mengenai iklim ini kita harus memperhatikan yang dikatakan oleh Paus Fransiskus yang juga merasa prihatin dengan iklim dunia yang semakin memburuk dan akan merusak. Perubahan iklim sangat membahayakan menurut Bapa Suci, sehingga Gereja perlu memberi perhatian khususnya untuk hal ini khususnya tentang kemanusiaan dan kehidupan manusia saat ini,” kata Mgr. Sudarso.
Mewakili Badan Pengawas Caritas Indonesia, Mgr. Silvester San, sebagai salah seorang Anggota yang hadir dalam pertemuan ini merefleksikan bahwa dalam perjalanan Caritas Indonesia, dirasakan semakin lama semakin baik.
“Memang sejak awal sudah berjalan dengan baik. Dalam perjalanan ternyata memang sudah ada garis besar untuk melaksanakan Caritas Indonesia dan fokus saat ini masih pada proyek-proyek penanganan bencana alam. Lalu fokus terakhir sekarang adalah tentang perubahan iklim dan ekologis yang memang sangat memprihatinkan,” kata Uskup Denpasar ini.
Uskup San juga mengingatkan bahwa tentang perubahan iklim dan ekologis sudah harus menjadi perhatian dunia, juga perhatian para politisi (anggota legislatif) serta pemerintah.
Hari kedua pertemuan ini, para peserta disegarkan kembali oleh pemaparan tentang hasil Pertemuan Nasional di Batam Tahun 2023, serta evaluasi dan rekomendasi.
Dilanjutkan dengan pemaparan lainnya, pembelajaran bersama dan diselingi dengan diskusi-diskusi kelompok keuskupan. ***