XXVI
Dayu duduk di teras lantai dua rumahnya di Penatih Dangin Puri.Setiap sore sampai senja Dayu kerasan duduk menghabiskan waktu di teras itu sambil membaca kitab suci atau buku-buku yang mengupas iman katolik.
Di teras itu terdapat perpustakaan mini dengan buku-buku khas kristiani lebih khusus buku-buku bernafas katolik.Hampir setiap bulan Dayu mengunjungi toko buku Gramedia untuk membeli buku-buku yang ia inginkan.Beberapa buku ia pesan dari Penerbit Kanisius dan Penerbit Nusa Indah Ende.
Dayu seolah menghitung waktu yang terus mengalir sejak pertemuannya dengan pak Gunadi dua tahun lalu. Seharusnya tahun ini Agas telah bebas dari penjara setelah menjalani masa hukuman dua belas tahun.Tapi mengapa Agas belum memberinya kabar? Mengapa Agas belum datang juga?
Dayu dikejutkan dengan dering bell di pintu gerbang rumah.Dering bell itu menunjukkan bahwa ada tamu.Tak lama tante Ririn naik dari lantai satu.Ia terburu-buru melangkah ke arah Dayu.
“ Ada masmu di ruang tamu.” Suara tante Ririn datar.
“ Mas siapa tante?”
“ Aldo.Dia ingin bertemu denganmu.”
“ Mau buat apa lagi dia tante?”
“ Sudah,temui dulu.Mungkin ada hal penting yang mau ia sampaikan.”
Dayu turun ke lantai satu.Di ruang tamu Dayu menemukan Aldo dengan seorang laki-laki.Usia laki-laki itu sekitar 50 tahun. Laki-laki itu memandang Dayu sambil tersenyum. Tante Ririn membawa tiga gelas kopi.Lalu ia kembali ke arah dapur.
Aldo menggeser posisi duduk agar dekat denggan Dayu.Lalu ia mengatakan tujuan kedatangan mereka.
“Dayu,sudah duabelas tahun engkau menyendiri.Sebagai kakak aku tak ingin melihat kesendirianmu ini.Apa lagi aku dengar anakmu merantau ke Yogyakarta. Nasibmu kurang beruntung. Punya suami dia pergi. Punya anak malah pergi juga.”
Dayu memilih menjadi pendengar yang baik.Untuk apa menjelaskan pada Aldo tentang pilihan hidup Maria karena ia pasti tak mengerti.Kalau ia jelaskan padanya Maria bukan meninggalkan ibunya tetapi ke Yogyakarta untuk sebuah tujuan mulia Aldo tak akan mengerti juga.
“ Sebaiknya kau menikah lagi.Aku pernah meminta hal ini kepadamu delapan tahun lalu dan kau menolak.Kuharap kali ini kau tak menolak.Ini demi hidupmu di masa tua.”
“ Maaf kak Aldo.Rasanya aku sudah sangat tua untuk sebuah pernikahan.”
“ Siapa bilang kau sudah tua? Umur empatpuluh delapan masih muda Dayu. Kau perlu mengambil keputusan sekarang ini.Kau perlu mengisi masa tua dengan seorang yang mengerti dan mencintaimu.”
“ Siapa pasanganku?” Tanya Dayu pada Aldo.
“ Ini orangnya.Pak Gaby.”
Aldo menunjuk ke arah laki-laki di sebelahnya.Baru Dayu tahu laki-laki itu bernama Gaby.
“ Dia seiman denganmu.Dia dokter di klinik praktekku.Pak Gaby ini belum pernah menikah.Tapi di usianya yang saat ini limapuluh tahun ia ingin punya teman.”
Dayu diam dan menatap Aldo.Dayu heran mengapa Aldo sama sekali tak memahami perasaannya.Aldo memandang Dayu seolah-olah perempuan tak berdaya sehingga harus memerlukan seseorang untuk menemani. Pada hal duabelas tahun tanpa Agas dirinya menjalani hidup apa adanya.Tak ada kesulitan apapun yang ia hadapi.
“ Kak Aldo, mengapa kak sama sekali tak mengerti perasaanku? Mengapa kak Aldo tidak membiarkan aku menjadi diri sendiri?”
“ Saya menaruh perhatian pada hari tuamu.”
“ Hari tuaku ada padaku.Bukan pada kak Aldo.”
“ Jadi kau menolak apa yang kusampaikan padamu?”
“ Pasti aku menolak kak Aldo.Aku tak punya niat untuk menikah lagi.Bagiku sekali menikah sudah itu cukup.Aku masih punya suami.Mas Agas tetaplah suamiku.Aku akan menunggu ia kembali padaku.”
Ruang tamu pun menjadi hening.Aldo seperti kehabisan kata-kata.Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk meluluhkan hati Dayu lalu menerima tawarannya untuk menikah dengan pak Gaby.Tante Ririn melangkah dari dapur. Ia duduk dekat Dayu. Lalu ia mengatakan sesuatu pada Aldo.
“Aldo,tidak baik memaksakan kehendak.Dayu sudah dewasa.Dia punya pilihan hidupnya sendiri.Dan pilihan hidupnya itu pasti sudah dipikirkan secara matang.Hargai pilihan hidupnya.”
“ Aku hanya prihatin pada masa tuanya tante.”
“ Biarkan Dayu menentukan masa tuanya.Semuanya ada di tangannya.Bukan di tangan orang lain.”
Dayu merasa lega karena tante Ririn memahami jalan hidupnya.Dayu tahu tante Ririn selalu berpihak padanya jika menyangkut pilihan hidup.Aldo akhirnya tak bicara lagi.Setelah meneguk kopi Aldo pamit.Dayu menyampaikan maaf kepada pak Gaby.Laki-laki itu hanya tersenyum sambil memandang Dayu dengan sikap jenaka seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta.
Dayu tahu Aldo sama sekali tak mengerti bahwa dirinya sedang mempersiapkan jiwa raga untuk mengantar Maria kepada jenjang kehidupan khusus yang ia pilih. Tidaklah mungkin di saat Maria mempersiapkan diri menyerahkan hidup seutuhnya kepada Tuhan melalui jalan bhakti hidup membiara lalu ia menikah lagi. Itu tidak mungkin Dayu lakukan dalam hidupnya.
Dayu dan tante Ririn mengantar Aldo dan pak Gaby ke mobilnya.Aldo melambaikan tangan sesaat sebelum mobilnya bergerak meninggalkan rumah.Sikap Aldo sangat berbeda dibandingkan delapan tahun lalu ia penuh arogansi. Kali ini Aldo lebih lembut dan menyejukkan hati.Ia tampak sangat dewasa. Ia tidak lagi memaksakan keinginan pribadinya.Dari mobil Aldo melambaikan tangan ke arah Dayu dan tante Ririn.Itu bukti Aldo sudah tidak arogansi lagi.
Pengalaman sore ini semakin menguatkan iman Dayu.Sebab jika ia kuat bertahan dalam badai hidup selama duabelas tahun tanpa Agas semua itu karena ia berdiri kokoh di atas dasar iman.Ibrani 11:1 mengatakan; Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Dayu semakin sadar betapa pentingnya hidup terikat pada iman yang kokoh.Iman yang kokoh Dayu peroleh dengan mempelajari Alkitab sehinga Dayu menerima ukuran iman melalui firman Tuhan. Roma 10:17 menulis; Jadi, iman timbul dari pendengaran,dan pendengaran oleh firman Kristus.
Dayu ingat kata-kata seperti tertulis dalam 2 Timotius 1:13; Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
Selama bertahun-tahun Dayu berusaha memelihara hati nurani yang murni secara terus-menerus.Dayu taat pada kehendak Tuhan. Dayu sadar jika dia tidak taat, hati nuraninya tidak akan bisa menjadi murni.
Yakobus 4:17 mengatakan; Jadi jika seorang tahu bagaimana dia harus berbuat baik, tetapi dia tidak melakukannya, dia berdosa.Dayu yakin hanya dengan taat pada kehendak Tuhan ia akan mampu menerima semua perkara hidupnya sebagai salib yang membahagiakannya. Dayu tahu kehendak Tuhan atas dirinya pasti baik. Karena itu Dayu akan tetap berdiri di kaki salib sambil menanti kepulangan Agas suaminya. ***bersambung