XXI
Dayu menjemput Maria di bandara Ngurah Rai. Lima tahun Maria kuliah di Yogyakarta tak sekalipun ia mengambil libur.Maria lebih suka tetap berada di Yogyakarta mengunjungi perpustakaan untuk membaca literatur yang berhubungan erat dengan bidang studi yang digelutinya.
Dayu merasakan pertemuan dengan Maria adalah pertemuan pertama sejak lima tahun berpisah.
“Mama makin cantik.” Celoteh Maria saat mobil bergerak keluar dari parkiran bandara.
“ Engkau juga cantik sayang.Sudah tampak dewasa.”
“ Iya dong mama.Hidup harus berubah.”
“ Dan sukses.”
“ Tentu mama.Sukses,itu penting.”
Rasa syukur menyelimuti Dayu.Syukur karena ia berhasil mengantar Mari sampai ke posisi ini.Syukur karena ia dapat berperan sebagai ibu sekaligus sebagai ayah untuk Maria.
Tiba-tiba handpon Dayu berdering.Dayu melihat di layar tertulis nama mas Okan.Dayu enggan merespon.Tetapi Maria mendesak untuk merespon.
“ Terima dong mama.Siapa tahu penting.” Celoteh Maria.
Dayu terpaksa menerima telpon tersebut.Okan seolah menagih janji dayu akan memberinya kepastian atas keinginan melamar Dayu.
“Bagaimana dengan janjimu padaku Dayu?Aku ingin kepastian.Aku serius.” Suara Okan penuh harap.
“ Oh ya mas Okan.Maaf atas keterlambatan memberi jawaban. Minggu ini aku sibuk.”
“ Jadi apa jawabanmu?”
Sejenak Dayu menatap wajah Maria.Dia sudah gadis.Seharusnya Dayu memberikan padanya kesempatan untuk memulai menata cintanya.Bukan sebaliknya Maria yang akan ikut sibuk mengurus perkawinannya.
“ Maafkan aku mas Okan. Mungkin kita tidak berjodoh.”
“ Soal jodoh di tangan kita berdua.Kita yang menentukan Dayu.” Suara Okan terdengar ingin meyakinkannya.
“ Ada hal yang lebih prinsipil. Dan itu menjadi pembeda antara kita.”
“ Hal pembeda apa?”
“Kita berbeda iman.Soal iman harus menjadi pertimbangan dari awal. Iman itu soal hati. Soal pilihan.Dan aku memilih setia pada iman yang sekarang aku miliki.”
“Apa susahnya engkau kembali ke imanmu yang dulu? Lalu kita menikah dalam satu iman.”
“ Hal itu yang tak bisa kulakukan.Aku jujur tak bisa mengkhianati imanku.”
Okan mematikan handponnya.Mungkin ia kecewa atas sikap Dayu.Tetapi Dayu harus mengatakannya sejak dari awal agar perbedaan iman tak menjadi batu sandungan.
“ Telpon dari siapa mama?” Tanya Maria.
“ Dari mas Okan.”
“ Siapa dia mama?”
“ Mas Okan itu mantan pacar mama waktu kuliah dulu.”
“ Cie cie,cinta lama bersemi kembali.” Goda Maria.
“Tak mungkin bisa menembus tembok pertahanan iman mama sayangku.Tak mungkin bisa.”
“Tapi mama perlu teman.Terutama teman di ranjang.”
“Mama telah membuktikan bisa bertahan sepuluh tahun.Mama kuat.”
“ Benar mama kuat dalam kesendirian?”
“Tak perlu ragukan mama sayang. Mama akan selalu setia pada janji perkawinan.”
“ Itu yang membuat aku kagum pada mama.Aku juga mau belajar dari mama. Nanti bila suatu saat aku mengalami peristiwa iman yang menantang aku bisa kuat menghadapinya.”
Maria menatap Dayu. Ia tersenyum.Dayu menangkap senyum yang mirip senyum Agas.Wajah Agas benar-benar hadir pada wajah Maria.
“Mama sangat kuat dalam menghadapi gejolak perkawinan. Apa rahasianya mama?”
“Karena mama telah dibaptis menjadi katolik.Berarti harus taat pada ajaran Kristus dan Gereja-Nya.Tuhan Yesus yang telah membuat mama kuat.”
“ Mama hebat. Mama luar biasa. Mama pantas menjadi teladan hidupku.” Maria menatap Dayu.
Dayu teringat apa yang pernah ia baca dari kitab hukum kanonik.Kan.204-§1 mengatakan; Kaum beriman kristiani ialah mereka yang,karena melalui baptis diinkorporasi pada Kristus,dibentuk menjadi umat Allah dan karena itu dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas imami, kenabian dan rajawi Kristus, dan sesuai dengan kedudukan masing-masing, dipanggil untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja untuk dilaksanakan di dunia.
Melalui baptisan yang telah Dayu terima maka dirinya telah dibentuk menjadi umat Allah. Sebagai umat Allah ia harus mengambil bagian dalam perutusan sebagai seorang ibu. Jadi tugasnya adalah menanamkan nilai-nilai kristiani dalam diri Maria agar ia bertumbuh dan setia dalam iman kristiani.
Dayu pernah membaca dalam kitab hukum kanonik. Kan.226-§1 mengatakan; Mereka yang hidup dalam status perkawinan, sesuai dengan panggilan khasnya, terikat kewajiban khusus untuk berusaha membangun umat Allah melalui perkawinan dan keluarga.
Sekalipun Agas pergi tetapi Dayu harus mampu bermain peran sebagai ibu dan sekaligus sebagai bapak bagi Maria.Ia tidak boleh merasa kesepian karena tanpa sosok ayah dalam kehidupannya. Dayu juga harus membimbingnya agar secara rohaniah Maria tidak memelihara rasa benci terhadap ayahnya dalam perjalanan hidup.
Dayu sungguh menghayati apa yang ditulis dalam kitab hukum kanonik. Kan.226-§2 mengatakan;Orangtua, karena telah memberi hidup kepada anak-anaknya,terikat kewajiban yang sangat berat dan mempunyai hak untuk mendidik mereka;maka dari itu adalah pertama-tama tugas orangtua kristiani untuk mengusahakan pendidikan kristiani anak-anak menurut ajaran yang diwariskan Gereja.
Ia bersyukur memiliki Maria.Sejak kelas empat sekolah dasar sampai SMA kelas tiga aktif di gereja.Aktif sebagai putri altar.Maria aktif sebagai pembawa masmur. Ia juga dipercaya sebagai lektor.Di muda mudi katolik Maria aktif sebagai pengurus.Maria juga aktif di Serikat Karya Missioner. Ketika Maria pindah ke Yogyakarta Dayu tidak lagi memantau kegiatannya.
“ Sayang, selama di Yogyakarta aktif juga di gereja?”
“ Pasti dong mama. Aku aktif di Komunitas Mahasiswa Katolik dan di Pemuda Katolik. Aku juga aktif di Perhimpunan Mahasiswa Katolik.”
“ Wah, pasti sibuk sekali.”
“Biasa saja mama.Asal bisa membagi waktu semuanya bisa berjalan lancar.”
“ Selain itu aktif dimana lagi?”
“ Di Paroki aktif sebagai pendamping Sekami. Maria juga aktif di Legio Maria. Seminggu sekali ikut Legio Maria di susteran Carolus Boromeus.”
“ Luar biasa anakku.”
“ Semuanya karena cinta.Cinta kepada mama dan kepada bunda Maria. Cinta kepada sahabat sejati Yesus.”
“ Kepada ayahmu juga?”
“ Pastilah mama. Aku selalu mendoakan ayah.”
Sebagai ibu Dayu bangga.Dayu terkesan kata-kata Mazmur 139:13; Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Dayu diingatkan bahwa Tuhanlah yang merajut kehidupan seorang anak dalam rahim ibunya.Tidak ada yang kebetulan.Setiap detail adalah desain Tuhan sendiri.Saat anak memahami karya penciptaan ini, akan lebih mudah baginya untuk menerima perbedaan yang ada di sekelilingnya.
Dayu juga sangat terkesan kata-kata yang tertulis dalam Efesus 6:1;Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
Tuhan menghormati ketaatan. Itu keyakinan Dayu. Ketaatan bukan cuma disiapkan untuk orang tua dan anak-anak saja. Anak diminta untuk mematuhi orang tua.Ketaatan bahkan dianggap jauh lebih penting daripada pengorbanan. Sia-sia pengorbanan kalau tanpa ketaatan.
Sia-sia pula ketaatan kalau tidak memiliki kemauan untuk berkorban bagi kebahagiaan bersamaDayu yakin cinta, pengorbanan dan ketaatan adalah tiga keutamaan yang diteladani oleh Yesus sendiri melalui jalan salib-Nya. Dayu yakin melalui jalan salib penderitaan-Nya Yesus mengajak umat untuk saling mencintai satu sama lain.
Demi cinta kepada Agas Dayu berani mengorbankan kepentingan dirinya sendiri dan tetap setia menunggu kedatangan kembali Agas ke dalam pelukannya. Pengorbanan itu adalah tanda ketaatannya kepada kehendak ilahi yang terpatri dalam nuraninya. Sebab yang dipersatuan Allah tak boleh diceraikan. .***Bersambung