
XVIII
Dayu selalu mendapat pertanyaan mengapa tidak menikah lagi. Bagi yang bertanya kalau suami telah meninggalkan istri maka istri berhak untuk mengambil keputusan menikah lagi.Dayu jelaskan pada mereka pernikahan katolik itu mengikat.
Pertanyaan-pertanyaan itu membangkitkan ingatan Dayu pada apa yang dijelaskan Romo Subhaga saat kursus persiapan perkawinan.Romo menjelaskan Kitab Hukum Kanonil Kan.1134 yang menulis; Dari perkawinan sah timbul ikatan antara pasangan,yang dari kodratnya tetap dan eksklusif;selain itu dalam perkawinan kristiani pasangan, dengan sakramen khusus ini,diperkuat dan bagaikan dibaktikan (consecrare) untuk tugas-tugas dan martabat statusnya.
Dayu katakan pada mereka yang selalu memasalahkan perkawinannya dengan Agas. Perkawinan katolik itu tak dapat diputuskan.Dayu ingat yang dijelaskan romo Subhaga saat kursus persiapan perkawinan seperti ditulis dalam Kitab Hukum Kanonil Kan.1056.Ciri-ciri hakiki atau proprietates perkawinan ialah unitas atau kesatuan dan indissolubilitas atau bersifat tak dapat diputuskan, yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen.
Perkawinan Dayu dengan Agas adalah kesepakatan berdua yang tak dapat diganti oleh kuasa manusiawi manapun seperti ditulis dalam Kan.1057 – § 1.Kesepakatan pihak-pihak yang dinyatakan secara legitim antara orang-orang yang menurut hukum mampu, membuat perkawinan; kesepakatan itu tidak dapat diganti oleh kuasa manusiawi manapun. Kan. 1057-§ 2 menjelaskan;Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali.
Walaupun Dayu jelaskan bahwa perkawinan katolik itu mengikat saling memberi dan menerima dan dimeterai oleh Allah sendiri namun mereka pasti tak mengerti. Mereka pun tak mengerti sekalipun dijelaskan berulang-ulang bahwa perkawinan katolik diikat oleh Allah sendiri sehingga tak terceraikan. Mereka tak memahaminya.
Saat bertemu Nindya Dayu juga mendapat pertanyaan mengapa tidak menikah lagi. Nindya teman waktu SMA dan sama-sama menyelesaikan kuliah di Yogyakarta.Dia bekerja di sebuah mall di pusat kota Denpasar.Jabatannya di mall itu cukup mentereng. Dia dipercayakan sebagai menejer.Mereka saling melepas kangen dengan minum kopi di kantin.
Ketika Dayu menikah dengan Agas Nindya hadir dan sangat memberi support.Dia benar-benar sahabat yang baik.Demikian juga ketika ia menikah Dayu dan Agas memberi support. Mereka sudah saling mengenal.
“ Bagamana kabar mas Agas?” Tanya Nindya.
“ Tidak ada kabar.”
“ Mas Agas masih di Australia?”
“ Terakhir ia memberi kabar bulan kelima dia di Australia. Setelah itu menghilang sampai saat ini.”
“ Engkau masih setia menunggunya?”
“ Akan tetap setia.Sampai kapanpun.Bahkan sampai dunia kiamat.”
“ Untuk apa engkau setia dalam perkawinan kalau ternyata suamimu brengsek,pergi meninggalkanmu.”
Nindya menyerang Dayu dengan kata-kata sengit itu.
“ Mas Agas memang brengsek tetapi perkawinan kami tidak brengsek. Perkawinan kami adalah sakramen.”
“ Bukankah mas Agas meninggalkanmu dan hidup bersenang-senang dengan perempuan lain? Mana kesetiaan yang diperlihatkan suamimu? Bagiku dia brengsek.” Ujar Nindya.
Kata-kata Nindya membuat Dayu bertanya dalam hati. Benarkah Agas berpaling darinya lalu kawin dengan perempuan lain.Benarkah Agas hidup bersenang-senang dengan istri barunya.Benarkah ia melupakan seorang istri yang setia menunggunya kembali.Melupakan seorang putri cantik darah dagingnya yang sangat merindukannya.
“ Sampai detik ini aku tidak yakin mas Agas mengkhianati cintaku. Dia bukan tipe laki-laki pengkhianat.”
“ Australia dan Bali itu beda pulau dan beda negara. Dibatasi lautan yang maha luas. Engkau tak mungkin mendeteksi hidupnya di sana.Itu yang harus menjadi dasar berpikirmu.”
“ Hati nuraniku bicara tentang kejujuran mas Agas.”
“ Laki-laki yang mengabaikan istri dan anaknya adalah brengsek.”
“ Mas Agas mungkin saja brengsek.Tapi perkawinan kami tidak brengsek. Tugasku adalah berdoa agar mas Agas kembali padaku lalu kami sama-sama memulihkan perkawinan kami.”
Nindya menatap Dayu.Tampak wajahnya heran mendengar perkataan Dayu yang penuh keyakinan bahwa Agas bukanlah tipe laki-laki brengsek.
“ Dayu, aku tak mengerti cara berpikirmu,”
“ Kalau begitu jangan ungkit lagi masalah perkawinanku.”
“ Tapi ini soal hidupmu,soal masa depanmu.” Ujar Nindya.
“ Hidupku,imanku,masa depanku,itu di tanganku.Aku telah menyerahkan semuanya kepada Tuhan.”
“ Terus sampai kapan kau bertahan dengan hidupmu seperti saat ini?”
“ Sampai mas Agas kembali ke kehidupanku.”
“ Kau yakin hal itu bisa terjadi?”
“ Doa akan menjawabnya.”
Dayu katakan pada Nindya sampai saat ini kepergian Agas memang tak ada kabar di mana ia berada.Tetapi setiap kali Dayu berdoa seperti mendapat jawaban suatu saat Agas akan kembali ke rumah.Karena itu Dayu terus belajar untuk setia pada janji perkawinan dan setia dalam penantian.
“ Dayu,engkau berhalusinasi.Menganggap seolah-olah mas Agas sempurna.Karena itu engkau menutup dirimu untuk memahami mas Agas sebagai manusia tak sempurna. Mas Agas itu telah memasung kebebasanmu.Dia menganiaya dirimu dengan perlakuannya yang mengabaikan hidupmu.” Ujar Nindya.
“Aku tidak berhalusinasi.Aku punya keyakinan akan kejujuran mas Agas. Mungkin mas Agas sengaja menyandera dan menganiaya perasaanku.Tetapi aku akan mengampuninya.”
Dayu katakan kepada Nindya Firman Tuhan yang ia imani menjadikan dirinya memiliki hati yang berserah pada kehendak-Nya.Matius 5:44 mengatakan: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
“Maaf Dayu,aku tak paham. Itu keyakinanmu.Tapi yang kukatakan padamu adalah realitas hidup manusiawi.Mas Agas itu manusia yang bisa saja tergiur oleh tawaran kenikmatan di saat ia sedang sendiri jauh darimu.”
“Aku memahami mas Agas seperti aku memahami manusia yang tidak sempurna. Walaupun mas Agas menjelma menjadi musuh dalam kehidupan rohaniku tapi aku akan mengampuninya.Yang kukehendaki adalah ia kembali ke pelukanku.”
“ Cara berpikirmu aneh.”
“ Bagi yang tidak menghayati perkawinan pasti merasa aneh. Tapi tidak bagi yang menghormati martabat perkawinannya. Dia pasti menghormati.”
Dayu katakan pada Nindya sekalipun Agas dipandang sebagai musuh dirinya akan tetap mengasihinya.Lukas 6:27-28 mengatakan; Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Perkawinan diikat oleh hukum Tuhan. Dayu sungguh menghayati perkawinannya itu sehingga dalam situasi apapun ia harus tetap setia dan taat pada hukum Tuhan. Mazmur 37:28 mengatakan; sebab Tuhan mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan.
Mazmur 138:8 menegaskan; Tuhan akan menyelesaikannya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu! Ibrani 10:23 menguatkan keteguhan hati Dayu; Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya setia.
Sebetulnya Dayu kecewa pada Nindya. Sebab dia sahabat yang menurutnya sangat setia.Termasuk sangat mengerti masalah perkawinan yang ia hadapi. Meskipun tidak seiman tetapi Nindya selama ini sangat solider dengan masalah yang Dayu hadapi. Tapi mengapa saat ini Nindya berubah?
Sebagai sahabat seharusnya Nindya berperan juga untuk menguatkan imannya.
“ Aku kecewa padamu Nindya. Sangat kecewa.”
“ Dayu, aku berbuat salah apa padamu?”
“Kata-kata yang barusan engkau lontarkan bukan kata-kata seorang sahabat sejati. Sebagai sahabat sejati kata-kata itu tak pantas engkau ucapkan.”
Nindya menatap Dayu. Ia seperti sadar akan kekeliruannya. Nindya mendekati Dayu. Ia menggenggam tangan Dayu.
“ Maafkan aku Dayu.Aku mengasihimu.Apa yang kukatakan sebetulnya ungkapan kekesalan dan kemarahanku pada mas Agas. Ia tega meninggalkanmu dan seorang anak yang sesungguh sangat membutuhkan sosok seorang ayah.”
“ Aku mengerti sikapmu.Aku memaafkanmu.Aku ingin engkau berdoa menurut keyakinanmu agar mas Agas kembali padaku. Sebab hati kecilku bicara mas Agas mencintaiku. Dia mencintai Maria anaknya.”
“ Kau yakin Dayu?”
“ Sangat yakin.Selama sepuluh tahun sudah ratusan mimpi mas Agas datang lalu sujud memohon maaf padaku.Dari ratusan mimpi itu aku yakin mas Agas tidak mengkhianati perkawinan kami.”
“ Terus apa yang terjadi di Australia?”
“ Perasaanku mas Agas menghadapi masalah besar yang mengharuskannya terpisah dengan dunia luar. Akibatnya ia tidak bebas berkomunikasi.”
“ Kau percaya pada mimpi?” Tanya Nindya.
“Aku merasa mimpiku adalah petunjuk bahwa mas Agas masih setia pada perkawinan kami.”
“ Engkau yakin mas Agas ada dalam masalah besar?”
“ Itu yang kurasakan dari setiap mimpi.”
“Engkau yakin mimpimu itu dari Tuhan?” Nindya menatapku.
“ Sebagai orang beriman aku yakin Tuhan senantiasa campur tangan dalam pengalaman hidupku.”
Dayu tahu dalam kesesakan hidup maka doa kepada Tuhan adalah jalan terbaik untuk kembali merasakan sukacita.Seperti kata Mazmur 107:28-30; Maka berseru-serulah mereka kepada Tuhan dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang.Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka.
Nindya menatap wajah Dayu. Ia menangkap keunggulan pribadi Dayu. Nindya yang mengenal Dayu bertahun-tahun merasa telah terjadi perubahan cara berpikir dari sahabatnya itu. Dayu memandang semua peristiwa hidup yang dialami sebagai peristiwa iman. Sebagai pengalaman hidup yang pantas ia terima dengan besar hati.
“ Aku mengenal Dayu yang dulu dan Dayu yang sekarang berbeda.” Ujar Nindya sambil menatap wajah Dayu.
“ Aku merasa biasa saja.Aku tetap Dayu dari dulu sampai sekarang.”
“ Tidak Dayu.Engkau sangat berubah.Dayu yang sekarang adalah Dayu dengan pribadi yang menghadapi tantangan penuh sukacita. Engkau tahu aku sangat mengenalmu. Jadi aku berani katakan, engkau berubah.”
“ Mungkin karena aku sudah semakin dewasa. Usia pun semakin bertambah.Pengalaman hidup telah membentuk aku setia dalam semua perkara hidup.”
Dayu tersenyum. Ia menatap wajah sahabatnya itu. Dayu tahu Nindya tidak sedang basa-basi. Dayu tahu Nindya mengikuti seluruh pengalaman hidupnya dari waktu ke waktu.
“ Aku perlu sahabat yang mendengar curahan hatiku. Itu aku temukan padamu.” Ujarnya kepada Nindya.
“ Aku minta maaf jika ada kata-kata yang melukaimu.”
“ Engkau sahabat sejati. Sahabat dalam suka dan dukaku. Sahabat yang siap mendengar.” Keduanya berpelukan.
Sahabat adalah teman yang selalu ada untuk bersama ketika sangat membutuhkan. Memberi penghiburan ketika dalam kesusahan. Tidak membiarkan ketika sahabat berbuat salah.Sahabat hadir untuk memberikan nasihat. Sahabat menunjukkan arah ketika tersesat. Dayu tahu seorang sahabat saling menerima diri apa adanya. Tidak pernah menuntut melebihi kemampuan. Seorang sahabat adalah seorang yang setia menemani dalam suka dan duka. Semua itu Dayu rasakan dalam persahabatan dengan Nindya.
Dayu tidak ingin terperangkap dalam kesesatan karena salah memilih sahabat. Ia ingat yang tertulis dalam 1 Korintus 15:33: Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.Dayu juga mengingat apa yang ditulis dalam Amsal 18:24; Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara. Dayu yakin kalau bersahabat dengan orang bijak maka dirinya pun akan bijak. Amsal 13:20 menulis;Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang. ***Bersambung