KONSOLIDASI RASUL AWAM KATOLIK; PENCERAHAN PANGGILAN DI BIDANG POLITIK
Komisi Kerasulan Awam (Komker) Keuskupan Denpasar, menghadirkan sejumlah tokoh umat dari paroki-paroki se-Dekenat Bali Timur, dalam sebuah pertemuan bertajuk “Konsolidasi Rasul Awam Katolik.”
Utusan dari paroki-paroki itu antara lain para Ketua Bidang Pendidikan Umat (BPU), pengurus Seksi Kerawam dan Seksi Kepemudaan. Undangan lainnya adalah pengurus Ormas Katolik, seperti PMKRI, Pemuda Katolik, WKRI, ISKA, dan Vox Point.
Hadir pula dua orang tokoh umat Katolik yang saat ini menjadi anggota DPRD, yaitu Grace Anastasia (Anggota DPRD Provinsi Bali dari PSI) dan Yohanes Edy Sanjaya (Anggota DPRD Kabupaten Badung dari PDIP).
Konsolidasi ini bertujuan antara lain untuk memberikan pencerahan tentang panggilan awam Katolik di tengah dunia, khususnya panggilan di bidang politik.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Komisi Kerawam itu, dilaksanakan pada Senin (27/2) di aula Keuskupan Denpasar. Pertemuan ini lebih mirip sebuah sarasehan di mana setiap peserta yang hadir diberi ruang seluas-luasnya untuk menyampaikan gagasan, masukan atau saran-saran konstruktif, dengan dua orang mitra diskusi.
Ada dua sesi pencerahan dalam kegiatan yang dimoderatori oleh anggota Tim Komker Keuskupan Denpasar yang juga Ketua Seksi Kerasulan Awam Paroki St. Yoseph Denpasar, Hironimus Adil. Sesi pertama dengan mitra diskusi Ketua Komisi Kerawam RD. Martinus Emanuel Ano, menyampaikan tentang Spiritualitas Rasul Awam.
Sesi kedua adalah informasi seputar Pemilu 2024, khususnya terkait dengan Daerah Pemilihan serta jumlah kursi yang diperebutkan setiap Dapil, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Roby Nyoman Dewantara, salah seorang anggota Tim Kerawam Keuskupan Denpasar menjadi mitra diskusi pada sesi ini.
Tampil pada sesi pertama, Romo Eman Ano mengungkapkan bahwa Gereja sendiri tiada hentinya mendorong kaum awam Katolik yang terpanggil untuk menjadi rasul politik dengan mengambil bagian baik sebagai pengurus Parpol maupun keikutsertaan menjadi calon anggota legislatif, apalagi Pemilu 2024 sudah di depan mata.
Bahkan, menurut Romo Eman- demikian biasa disapa- kalau pun tidak tertarik atau tidak bisa menjadi politisi, masih ada peluang lain misalnya terlibat dalam lembaga-lembaga publik lainnya atau minimal membangun relasi atau jaringan yang luas dengan siapapun termasuk dengan para politisi.
Terkait dengan spiritualitas rasul awam dalam tata dunia, termasuk panggilan di bidang politik, Romo Eman, yang juga Pastor Paroki St. Petrus Negara itu, mengatakan semangatnya adalah demi terwujudnya 100% Katolik dan 100% Indonesia.
Keberadaan Komisi Kerawam, menurut Ketua Komker ini, sifatnya untuk mengarahkan dan mendorong para rasul awam agar mau terlibat dalam perpolitikan dan memastikan bahwa para politisi Katolik harus selalu mengedepan hati nurani, memiliki integritas dan kualitas serta mengutamakan bonum commune (kebaikan umum).
Tokoh spiritual sejati yang dapat dijadikan teladan bagi setiap umat Katolik, lanjut Romo Eman, adalah Yesus sendiri. “Yesus juga adalah seorang politisi, tetapi berbeda dengan para politisi duniawi yang mengutamakan perebutan kekuasaan. Spirit Yesus justru berkiblat dan mengabdi pada bonum comune (kebaikan umum) melalui ajaran dan praktek cinta kasih,” katanya.
Kemudian, Romo Eman, mengingatkan kepada para politisi Katolik maupun yang berkarya di lembaga publik lainnya untuk selalu mengingat pesan Yesus “Aku mengutus kamu seperti domba di tengah srigala.”
Pesan ini bermakna supaya selalu waspada terhadap segala permainan ‘kotor’ yang merugikan kepentingan umum. Oleh karena itu penting berpegang teguh pada moral Katolik agar tidak mudah goyah ketika digoda dengan hal-hal yang merugikan orang banyak, sebab tujuan mulia dari politik itu adalah mengabdi pada kepentingan umum.
“Sebagai seorang Katolik, juga harus tampil menjadi Garam dan Terang Dunia,” imbuhnya.
Lebih jauh, Ketua Komisi Kerawam mengajak supaya menghadapi Pemilu 2024 ini, seluruh umat untuk bangkit dan bergerak bersama. “Kita akan Sinode, dan sesuai tema Sinode yaitu bangkit dan bergerak bersama demi terwujudnya Gereja Sinodal: pesekutuan, partisipasi dan misi. Dalam menghadapi Pemilu 2024 kita juga perlu bangkit dan bergerak bersama, berjalan bersama, saling topang dan saling menguatkan,” pungkas Romo Eman.
Dalam kesempatan tersebut, kedua politisi Katolik yang kini menjadi anggota legislatif yaitu Grace Anastasi dan Yohanes Edy Sanjaya, diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka, baik perjuangan mereka hingga bisa lolos duduk di kursi dewan maupun perjuangannya ketika berada dalam barisan anggota dewan. Cerita kedua politis ini menjadi bekal sekaligus inspirasi bagi mereka yang tertarik maju dalam Pileg 2024.
Sesi kedua dari kegiatan itu adalah pemaparan dari Roby Dewantara terkait informasi dari KPU mengenai Pemilu 2024, khusus soal Dapil dan jumlah kursi setiap Dapil. Roby Dewantara, salah satu anggota Tim Komisi Kerawam, mewakili Gereja Katolik Keuskupan Denpasar, dua kali mengahadiri kegiatan sosialisasi yang diadakan oleh KPUD Bali.
Menurut Roby, secara umum tidak ada perubahan signifikan mengenai jumlah Dapil dan jumlah kursi untuk provinsi Bali, baik untuk DPR-RI, DPRD Provinsi maupun kabupaten/kota dari Pemilu sebelumnya. Kecuali ada sedikit kenaikan jumlah kursi untuk tingkat kabupaten Badung , dari 40 manjadi 45 kursi.
Menuru Roby, penting bagi setiap politisi terutama yang berniat maju sebagai Caleg untuk mengetahui pembagian Dapil berikut jumlah kursi yang diperebutkan. “Ini supaya bagi siapa saja yang mau maju, harus paham dengan Dapilnya, berapa kursi yang diperebutkan, bagaimana peta dukungannya, lalu strategi apa yang perlu dilakukan,” katanya.
Dia juga mengingatkan supaya setiap caleg memahami juga metode perhitungan pembagian kursi. Dalam kesempatan itu, Roby memberikan contoh cara penghitungan pembagian kursi pada Pemili 2019 dengan system proporsional terbuka.
Sementara untuk Pemilu 2024, ada wacana kembali ke proporsional tertutup dan belum diputuskan, antara proporsional terbuka atau tertutup. “Kita tunggu saja,” katanya.
Dalam pertemuan konsolidasi ini ada cukup banyak harapan, masukan, saran maupun gagasan dari peserta dalam menghadapi Pemilu 2024.
Tak kalah pentingnya adalah harapan dari forum agar keterlibatan umat Katolik dalam bidang politik, tidak hanya mau menjadi Caleg, tetapi juga berusaha untuk menjadi pengurus Parpol. Peran dan keterlibatan lainnya adalah mau direkrut menjadi Saksi maupun menjadi pemantau pemilu independen yang terdaftar secara resmi pada Bawaslu.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Denpasar, Roland, dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa secara Nasional PMKRI telah terdaftar sebagai lembaga pemantau independen Pemilu 2024, dan hal itu juga diikuti oleh seluruh cabang PMKRI di Indonesia. “Kami dari PMKRI Cabang Denpasar sudah mendaftarkan diri di Bawaslu Bali sebagai salah satu lembaga pemantau independen,” kata Roland.
Kegiatan ini ditutup dengan pengarahan akhir oleh Ketua Komisi Kerawam, yang pada intinya akan ada pertemuan-pertemuan lebih lanjut dan mengajak untuk selalu kompak dan saling sinergi. Sedangkan untuk konsolidasi yang sama juga akan dilakukan di Dekenat Bali Barat dua minggu mendatang. Sementara di Dekenat NTB akan dicarikan waktu lainnya.***