LINTAS PERISTIWA
Trending

KKP-PMP REGIO NUSRA BERTEMU DI RUTENG; ADA REKOMENDASI SEBAGAI RTL

Di tengah sensasi dinginnya kota Ruteng, sebuah ritual adat Manggarai yang biasa disebut ‘Manuk Kapu’ terjadi di sebuah ruangan di Rumah Efata Ruteng, tepat pada hari Nyepi bagi masyarakat Bali, Rabu, 22 Maret 2023 petang.

Manuk kapu (disimbolkan dengan seekor ayam jantan) merupakan ritual adat Manggarai untuk menyambut para tamu, sekaligus bentuk penghormatan kepada tamu yang datang.

RD. Marten Jenarut, Ketua KKP-PMP Keuskupan Rutengan dan Koordinator Region (membelakangi kamera) kalungkan selendang tenunan Manggarai kepada narasumber Azas Tigor Nainggolan (kanan) dan DR. Maria Ratnaningsih

Ritual adat ‘manuk kapu’ itu dilakukan dalam rangka menyambut para peserta dan narasumber pertemuan tahunan KKP-PMP Regio Nusra yang berlangsung selama empat hari di Ruteng, Ibukota Kabupaten Manggarai, NTT.

Ritual ‘manuk kapu’ didahului tuturan (narasi) budaya oleh seorang tetua adat. Narasi ini selain bermakna penyambutan tamu secara sukacita, juga terselip penggalan doa syukur maupun permohonan. Usai bertutur adat, ayam kemudian diserahkan kepada tamu yang diwakili oleh seorang peserta.

Tidak berhenti pada ritual ‘manuk kapu’, masing-masing peserta dan narasumber yang datang dari luar Manggarai juga dikalungkan sebuah selendang khas tenunan Manggarai sebagai sebuah kehormatan dan keramahan tuan rumah kepada tamu yang hadir.

Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKP-PMP) Keuskupan se-Regio Nusra, pada pekan lalu memang mengadakan pertemuan tahunan di Ruteng.

Azas Tigor Nainggolan (depan berdiri) saat menyampaikan materi dan Manuk Kapu, Ritual Adat Manggarai Menyambut Tamu

Kegiatan berlangsung selama empat hari, 22 – 25 Maret 2023, bertempat di Efata Ruteng. Kegiatan ini dihadiri oleh para Ketua dan salah satu pengurus atau utusan KKP-PMP masing-masing keuskupan.

Ada enam dari delapan keuskupan yang hadir dalam pertemuan itu, yaitu Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Maumere, Keuskupan Denpasar dan Keuskupan Ruteng selaku tuan rumah. Dua keuskupan yang tidak berpartisipasi kali ini, yakni Keuskupan Atambua dan Keuskupan Weetebula (Sumba).

Turut hadir pula sejumlah aktivis JPIC beberapa Kongregasi serta utusan JPIC sejumlah paroki Keuskupan Ruteng yang diundang oleh panitia. Total sekitar 30 orang peserta, belum termasuk panitia.

Kegiatan berlabel “Penguatan Kapasitas KKP-PMP Regio Nusra” kali ini fokus pada dua isu penting yang menjadi perhatian komisi ini yaitu Pastoral Ekologi dan Migran.

Kegiatan diawali dengan Misa Pembukaan yang dipimpin oleh Uskup Ruteng, yang juga Ketua KKP-PMP KWI, Mgr. Siprianus Hormat didampingi dua imam konselebrasi dari Keuskupan Agung Kupang. Acara ritual adat dilaksanakan selepas misa itu.

Kemudian dilanjutkan sapaan selamat datang dari Ketua KKP-PMP yang juga Koordinator KKP-PMP Regio Nusra RD. Marten Jenarut, lalu perkenalan serta shering kegiatan atau aksi-aksi nyata dari masing-masing KKP-PMP Keuskupan (best practice).

Ada dua agenda utama dalam giat Regio Nusra kali ini yakni Hari Studi tentang Pastoral Ekologi dan Migran, kemudian melakukan kunjungan lapangan ke kelompok pemberdayaan keluarga migran di Desa Popo-Todo, Satarmese Utara, Manggarai. Kelompok pemberdayaan keluarga Migran ini merupakan dampingan Komisi PSE dan Karitas Keuskupan Ruteng dalam kerjasama dan koordinasi juga dengan KKP-PMP.

DR. Beny K. Harman, Anggota DPR-RI (kanan) hadir sebagai salah satu narasumber

Dalam studi bersama, para peserta dipandu dengan pemikiran-pemikiran kritis, reflektif dan solutif serta pengetahuan yang mencerahkan seputar persoalan ekologi dan migran maupun masalah sosial lainnya dari beberapa narasumber ahli, baik yang datang dari Jakarta maupun narasumber lokal.

Para narasumber itu antara lain, Mgr. Siprianus Hormat (Uskup Ruteng), DR. Maria Ratnaningsih (Akademisi/Pakar Lingkungan Hidup), Rm. DR. Marthin Chen (Direktur Puspas Keuskupan Ruteng), Azas Tigor Nainggolan, SH, M.Si (Praktisi Hukum dan HAM), dan DR. Beny Kabur Harman (Anggota DPR-RI).

Para narasumber menyampaikan pandangan mereka terkait isu-isu kemanusiaan yang krusial dan menyita perhatian dan kesungguhan semua pihak dalam penanganannya.

Mgr. Sipri sebagai Uskup Ruteng sekaligus Ketua Komisi KKP-PMP KWI menyebutkan beberapa hal yang paling merisaukan sekarang ini, termasuk tiga besar di antaranya: pertama, perdagangan manusia (human trafficking); kedua, kemiskinan (poverty); ketiga, degradasi ekologis (ecological degradation) dan dampak-dampak perubahan iklim (climate change) atas ketahanan multi-dimensional kehidupan bersama.

Narasumber lainnya, DR. Maria Ratnaningsih, membagi wawasan dan pengetahuan tentang Ekologi Integral Laudato Si (bedah dokumen). DR. Ratnaningsih mengajak peserta untuk bertindak menyelamatkan/merawat lingkungan sebagai bagian dari keutuhan ciptaan sebagaimana harapan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si.

Dari ka-ki: DR. Maria Ratnaningsih, Rm. Marthin Chen dan Moderator & Foto bersama Narasumber

Sementara Rm. DR. Marthin Chen membedah seputar Pastoral Migran (peluang dan tantangan dalam bermigrasi). Penjelasan Rm. Marthin juga diserta terang Kitab Suci (dasar biblis) terkait dengan Migran.

Setelah mendapat pencerahan dari narasumber sebelumnya, Aktivis Sosial sekaligus Praktisi Hukum dan HAM, Azas Tigor Nainggolan, SH, M.Si, membawakan materi “Pilihan Advokasi terhadap Persoalan Ekologi dan Migran.”

Sebelum materi terakhir, diselingi dengan diskusi kelompok. Peserta dibagi dua kelompok, membahas dua isu utama. Satu kelompok membahas masalah Migran dan satu lagi mendiskusikan masalah Ekologi.

Pada bagian akhir studi bersama itu, DR. Beny K. Harman, mengajak peserta untuk memahami Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (Sosialisasi UU TPKS).

Setelah melewati Hari Studi selama sehari penuh pada hari kedua pertemuan itu, hari berikutnya para peserta melakukan kunjungan ke tempat kegiatan pemberdayaan kelompok Migran di Desa Popo, Todo, Kecamatan Satarmese Utara, Manggarai.

Rangkain acara saat Kunjungan ke Kelompok Pemberdayaan Keluarga Migran di Desa Popo, Todo

Dalam kunjungan itu ada sharing dengan kelompok pemberdayaan keluarga migran. Juga ada penjelasan cara membuat dan mengaplikasi pupuk organik oleh Pak Heri mewakili Karitas Keuskupan Ruteng selaku pendamping kelompok pemberdayaan itu. Para peserta juga melakukan panen padi organik secara simbolik pada sawah milik kelompok pemberdayaan.

Dilanjutkan kunjungan ke paroki Todo sekaligus makan siang serta diakhiri wisata budaya mengunjungi mbaru niang (rumah adat) warisan para leluhur di kampung adat Todo.

Saat Wisata Budaya di Kampung Adat Todo

REKOMENDASI UNTUK RTL

Dari pertemuan tersebut menghasilkan sebuah rekomendasi yang diberi judul “Rekomendasi Pertemuan Pastoral KKP-PMP Se-Regio Nusra.” Rekomendasi ini terdiri dari beberapa bagian, termasuk secara garis besar berupa kata-kata kunci yang dikutip dari materi para narasumber.

Dalam rekomendasi juga menggambarkan tentang masalah seputar ekologi maupun migran serta persoalan kemanusiaan lainnya.

Bagian akhir Rekomendasi itu memuat tentang Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang dapat dilaksanakan di keuskupan masing-masing dengan tetap menyesuaikan dengan situasi dan konteks setempat.

Ada delapan (8) poin rekomendasi yang dijadikan RTL dari pertemuan tahunan tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Kami sepakat untuk menjunjung tinggi etika pelayanan fungsionaris KKP-PMP Keuskupan masing-masing di mana tindakan yang dilakukan atas nama Perdamaian dan Keadilan tidak menjadi sebuah pertunjukkan Narsistik (Narcistik Performance) yang hanya memuaskan kehausan egoisme diri. Tindakan atas nama keadilan dan perdamaian harus dengan fondasi, spirit, dan energi kasih sebagai perbaikan dan penyelamatan citra Allah.
2. Kami sepakat untuk memperhatikan kembali dan mengimplementasikan rekomendasi sidang Pastoral Gereja Keuskupan se-Regio Nusra yang sudah menjadi kesepakatan dalam Pertemuan Pastoral Keuskupan Nusra di Atambua tahun 2017 yang membahas secara khusus berkaitan dengan isu Migrant dan permasalahannya.
3. Kami sepakat untuk mulai melakukan pendataan migrant dengan segala keterangan lainnya.
4. Kami sepakat untuk memberikan perhatian pastoral pada isu sampah secara khusus berkaitan dengan perubahan perilaku dan kebiasaan baik untuk mengelolah sampah melalui katekese, kampanye maupun bentuk-bentuk edukasi lainnya.
5. Kami sepakat untuk mengelolah isu-isu Pastoral Gerejani dengan pendekatan Integral/Holistik Approach (Kerja bersama lembaga-lembaga Gerejani Serumpun).
6. Kami sepakat untuk mengelola isu-isu pastoral dengan pilihan advokasi yang efektif menuju sebuah perubahan sesuai konteks dan permasalahannya terutama advokasi bagi korban-korban yang berkaitan dengan isu ekologi dan isu migrant sebagai bentuk keberpihakkan Gereja.
7. Kami sepakat untuk selalu mengkampanyekan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dan Stop Human Trafficking serta kekerasan terhadap perempuan dan anak.
8. Kami sepakat untuk selalu menggerakkan kepedulian terhadap keutuhan lingkungan hidup (biotik dan abiotik).

Misa Pembuka Dipimpin Uskup Ruteng sekaligus Ketua KKP-PMP KWI Mgr. Siprianu Hormat, didamping dua imam konselebarasi

Pertemuan ini, juga menyepakati untuk pertemuan tahunan pada 2024, dipercayakan kepada Keuskupan Denpasar sebagai tuan rumah. Seluruh rangkaian kegiatan ini, ditutup dengan Misa Penutup yang dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Ruteng RD. Alfons Segar. ***

Penulis : Hironimus Adil
Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close