Namanya I Nyoman Urip. Usianya sudah renta, 73 tahun. Tetapi tenaga dan semangatnya tak lekang oleh usianya yang sudah sepuh.
Dia adalah tukang gali dan bongkar makam di Taman Makam Katolik Mumbul, Nusa Dua, Bali. Kesetiaan Pak Urip, demikian biasa disapa, menjadi tukang gali dan penjaga makam yang terletak di pusat pariwisata internasional Nusa Dua itu tak perlu diragukan.
Bahkan dia kerja dengan iklas, tanpa menuntut banyak hal dari pengurus makam itu, yakni Rukun Kematian Katolik Dekenat Bali Timur (RKK-DBT).
Pak Urip menjadi bagian dari areal pemakaman Katolik itu bukan dalam waktu singkat. Dia sudah mulai bekerja di sini sejak tahun 1983 atau hanya kurang 1 tahun menjadi 40 tahun.
“Tiyang (Saya) mulai kerja di sini dari tahun 1983. Saya asli orang di sini (Mumbul-Nusa Dua),” katanya kepada penulis, saat bincang-bicang sejenak setelah dia membongkar beberapa makam dalam rangka kremasi massal, Sabtu, 26 Februari 2022, di areal Taman Makam Katolik Mumbul.
Pak Urip, sejatinya ingin berhenti karena usianya yang sudah tua, tetapi katanya para pengurus makam ini masih membutuhkan tenaganya, terutama karena pengalamannya yang sudah cukup panjang. Hanya saja saat ini dia senang karena pengurus RKK-DBT sekarang merekrut salah seorang anaknya laki-lakinya untuk bekerja di pemakaman ini.
Bicara soal honor, Pak Urip dengan tulus mengatakan, “Tiyang tidak pernah minta uang, berapa saja dikasih, saya terima.” Kendati demikian, pak Urip mengisahkan bahwa dia menerima uang dari jasanya menggali kubur baru Rp. 150.000/lubang kubur. Untuk hal ini dia bisa kerjakan sendiri. “Rata-rata satu jam,” katanya saat ditanya butuh waktu berapa lama menggali satu kubur baru.
Berbeda jasanya kalau membongkar makam. Kalau pembongkaran biayanya Rp. 300.000, tetapi itu tidak bisa sendiri, dibutuhkan minimal dua orang untuk satu makam. Pak Urip sudah punya teman, termasuk dua orang anaknya yang selalu bersedia jika diminta untuk pembongkaran makam dalam rangka kremasi atau jika keluarga dari makam itu ingin menguburkan kembali di tempat lain.
Pak Urip, berterima kasih kepada Pengurus RKK-DBT periode 2021-2026, sebab kesejahteraannya cukup diperhatikan, apalagi salah seorang putranya juga diterima bekerja di sini sekaligus menjadi penerusnya.
Dia mengatakan, sejak pengurus baru ini, dia mendapatkan honor tetap 1 juta rupiah perbulan. Honor ini di luar honor dari jasanya setiap menggali dan membongkar makam. Tidak hanya itu, selama ini dia juga mendapatkan uang dari pengerjaan keramik makam yang ada di sana.
“Untuk pengerjaan keramik makam di sini semuanya saya yang kerjakan,” kata ayah dari 7 orang anak yang terdiri dari 4 laki-laki dan 3 perempuan. Pak Urip bersyukur semua anaknya telah berkeluarga.
Selain menjadi tukang gali dan bongkar kubur, Pak Urip juga bertanggung jawab penuh atas keamanan dan kebersihan seluruh areal makam itu.
“Setiap hari kerja rutin saya itu jam lima pagi saya datang buka pintu, setelah itu pulang dulu untuk sarapan. Jam tujuh kembali lagi ke sini, bersih-bersih seluruh areal makam dan saat ini sudah bersama anak saya. Sekitar jam dua belas siang tiyang pulang makan, jam satu kembali lagi ke sini dan sampai jam 7 malam saya tutup pintu makam baru pulang,” ceritanya.
Ditanya selama bekerja di tempat ini apakah pernah ada peristiwa aneh atau mungkin pernah merasa takut? Pak Urip mengatakan tidak pernah ada yang aneh atau ada gangguan. Tidak pernah merasa takut juga.
Hanya saja, katanya, pernah ada pengalaman tiba-tiba siang hari ada jenazah datang, dan dia tidak diberitahu sebelumnya untuk gali makam baru. Sehingga saat itu dirinya secara buru-buru menggali makam dan keluarga harus menunggu cukup lama sampai kuburan selesai dibangun.
Biasanya, kalau ada jenazah yang mau dikuburkan dia diberitahu lebih dahulu oleh pengurus untuk menyiapkan liang lahat bagi jenazah yang akan dimakamkan.
Pak Urip secara khusus apresiasi terhadap pengurus RKK-DBT sekarang yang mengurus pemakaman ini dengan baik sehingga sekarang tampilannya lebih bersih dan rapi. Terima kasih untuk kesetiaan dan ketekunanmu Pak Urip.***