Keluarga : Sekolah Kemanusiaan
Konsili Vatikan II menegaskan Keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga (ecclesia domestica) (LG 11; AA 11).
Keluarga adalah Gereja mini sebab dalam keluarga, terwujudlah persekutuan murid-murid Kristus yang dibangun dalam ikatan kasih sayang, kesetiaan tanpa batas, pengorbanan, pengampunan dan solidaritas.
Dalam kaitan ini keluarga memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai wadah atau media pendidikan iman dan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan.
Selain sebagai media pendidikan rohani, anak-anak perlu dididik untuk mengenal dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan dalam hidup mereka.
Keluarga berperan penting membimbing anak-anak untuk mencintai Allah maupun untuk membangun hidup bersama yang adil dan bersaudara dalam masyarakat.
Keluarga merupakan persekutuan dasariah yang membentuk masyarakat. Bahkan Konsili Vatikan II menyebut keluarga sebagai “sel dasar dan sel kehidupan masyarakat” (AA 1).
Dalam keluargalah anggota-anggota masyarakat lahir dan bertumbuh sekaligus. Di sinilah anak belajar keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai sosial, yang membentuk dan mendukung kehidupan dan perkembangan masyarakat.
Dalam keluarga anggota-anggota masyarakat berjumpa satu sama lain dengan mesra, berdialog dan berkomunikasi secara intensif, belajar berkorban dan bersolider serta melayani tanpa pamrih. Jadi keluarga merupakan tempat dan sarana humanisasi masyarakat.
Dalam Pertemuan Pastoral (Perpas) X Regio Nusa Tenggara (Nusra), mengajak seluruh keluarga di Nusa Tenggara untuk mendidik anak-anak melalui pembiasaan yang terus-menerus untuk menghayati nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, solidaritas, toleransi, perdamaian, ketekunan, kerja keras, hemat dan sederhana.
Dalam keluarga anak-anak perlu dididik untuk mencintai dan memperjuangkan nilai-nilai keadilan sosial.
Hal ini semakin urgen dalam situasi masyarakat di Indonesia yang masih mengalami ketidakadilan social, politik, ekonomi dan kultural.
Dalam keluarga anak-anak belajar hidup jujur, sesuatu yang penting dalam membentuk sikap dan perilaku anti korupsi di tengah masyarakat. Anak-anak dididik untuk berani memperjuangkan dan menegakkan kebenaran, hal yang mutlak dalam melawan manipulasi dan kepalsuan dalam kehidupan sosial.
Dalam keluarga anak-anak juga belajar menghargai perbedaan dan hidup dalam toleransi; inilah yang menjadi dasar utama untuk membangun kehidupan yang harmonis dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Dengan demikian Keluarga sungguh sebagai sekolah kemanusiaan. * Laurensius Sogen (Sekretaris Komisi Keluarga Keuskupan Denpasar)