Dari sisi kuantitas, apalagi di daerah di mana Gereja Katolik sebagai minoritas seperti di Keuskupan Denpasar, hendaknya harus kuat secara kualitas terutama dalam keterlibatan di tengah masyarakat.
Hal itu dikatakan Herman Umbu Billy, seorang profesional muda yang tampil sebagai salah seorang narasumber dalam kaderisasi Orang Muda Katolik se-Bali, Jumat, 13/11, petang.
Selain seorang profesional sebagai Arsitek, Umbu demikian akrab disapa, juga menjabat sebagai Ketua Pemuda Katolik Komda Bali.
Dalam giat kaderisasi Orang Muda Katolik ini, Umbu berbicara dari prespetif kemandirian orang muda terutama di tengah kemajuan teknologi dewasa ini.
Menurut Umbu, dengan jumlah yang kecil Gereja (orang muda) Katolik tidak kuat secara kuantitas, maka harus bersaing secara kualitas.
“Di Bali secara kuantitas kita tidak kuat (kecil) tetapi kita bisa bersaing secara kualitas. Untuk itu harus berbuat sesuatu, lakukan dengan tekun, serta lebih kreatif apalagi di era digital seperti saat ini,” kata Arsitek muda ini.
Lebih lanjut mantan Ketua OMK Paroki Roh Kudus Paroki Katedral Denpasar itu mengingatkan orang muda milenial yang menjadi peserta kegiatan itu, agar sebagai orang Indonesia yang Katolik harus berbuat maksimal untuk bangsa dan Negara juga untuk Gereja.
“Pengetahuan tidak hanya sekedar dipikirkan atau hanya sebatas gagasan, tetapi harus menjadi budaya yang dituangkan dalam kerja kongkret dan menjadi rutinitas sehari-hari ” tegasnya.
Di sisi lain Umbu juga mengingatkan bahwa Indonesia akan segera berhadapan dengan bonus demografi, dan pasti akan banyak orang-orang berusia produktif.
Usia produktif itu, katanya, merupakan potensi atau batu loncatan bagi bangsa Indonesia untuk maju kalau usia produktif ini melakukan sesuatu.
“Tetapi kalau tidak melakukan sesuatu atau hanya berdiam diri maka akan menjadi beban bagi bangsa atau orang lain. Jangan sampai kita menjadi beban bagi bangsa dan negara atau bagi orang lain, maka lakukan sesuatu yang produktif,” harap Pendiri dan Direktur Utama Sumba.TV ini.
Dalam mewujudkan harapan itu, kata Umbu, perlu adaptif sekaligus kreatif dan inovatif terhadap situasi yang berkembang, terutama terhadap perkembangan tekonogi yang semakin maju dan modern.
Bicara tentang ekonomi kreatif, Umbu memotivasi kaum muda bahwa dalam era digital seperti sekarang, ada banyak peluang yang dapat ditangkap dan dikembangkan.
Umbu menyebut ada 17 sub sektor ekonomi kreatif yang bisa dimanfaatkan untuk kemandirian orang muda di bidang ekonomi.
Sub sektor itu di antaranya di bidang kuliner, photographi, industri perfilman, video dan sebagainya. “Ekonomi kreatif itu sungguh memaksimalkan manusia,” imbuhnya.
Umbu juga berharap agar orang muda Katolik dalam zaman teknologi ini bisa lebih inovatif dalam membangun industri kreatif. “Generasi sekarang adalah generasi visual, generasi digital,” imbunya.
Di samping itu, dia juga mengingatkan untuk mengembangkan kearifan lokal seperti budaya-budaya Indonesia yang tiada bandingnya di dunia.
“Budaya atau kearifan lokal bangsa Indonesia, termasuk kreasi budaya yang sudah dikembangkan selama ini menjadi kekuatan bangsa Indonesia. Mungkin untuk bersaing di bidang teknolgi kita sudah ketinggalan dari negara lain yang sudah maju, tetapi kita punya kekayaan budaya yang perlu dipelihara dan dikembangkan dengan terus beradaptasi pada perkembangan teknologi sehingga memiliki Nilai lebih tinggi,” pungkas Korda NTT dalam komunitas Jejaring Kota Kreatif Indonesia ini.
Terakhir umbu berpesan “Jangan tinggal diam di rumah sendiri (seputar Gereja), ayo bangun jejaring keluar.”
Selain Umbu Billy, hadir pula dalam kesempatan yang sama untuk memberikan motivasi yaitu Kapolsek Kuta Selatan, Yusac Agustinus, mewakili Kapolresta Denpasar.
Pak Yusac yang masih tergolong usia muda ini mensharingkan pengalamannya selama menjadi abdi negara.
“Jabatan itu tidak perlu diminta, apalagi mengemis. Kerja saja dengan baik dan benar serta tunjukan kemampuan terbaik kita, maka pasti akan dipercaya,” katanya.
Hal itu, katanya, berpedoman dan menjiwai karakter kepemimpinan Yesus sendiri. Kekuatan kepemimpinan Yesus, kata dia adalah kepemimpinan yang melayani.
“Seorang pemimpin Kristiani jika sungguh-sungguh mengikuti pola kepemimpinan Yesus, digoyang seperti apapun pasti tidak goyah,” katanya.
Pak Yusac, memberikan beberapa tips untuk orang muda dalam era modern ini.
“Jangan ketinggalan zaman, tapi jangan juga kebablasan karena arus zaman. Karakter atau kepribadian penting, jadi diri sendiri, jangan meniru karakter orang lain,” harapnya.
Tips lainnya, “Berpikirlah out of the box, berpikir jauh keluar. Lalu, jangan pernah meninggalkan Tuhan, sebab pertolongan kita dari Tuhan bukan dari siapa-siapa. Terakhir, jangan pernah bergantung pada orang lain.” *** Hironimus Adil