GIANYAR – Kakek Nenek dan para Lansia Katolik dari seluruh Bali datang “menyerbu” Gereja Santa Maria Ratu Rosari Gianyar, Minggu, 23 Juli 2023.
Bangun pagi-pagi, naik kendaraan dengan menempuh perjalanan cukup jauh, ternyata bukanlah halangan bagi para orang tua yang sudah melewati berbagai pengalaman suka dan duka, atau manis pahitnya kehidupan itu.
Ketika tiba di Gianyar, mereka dibalut rasa sukacita. Tidak sedikitpun tampak lelah di wajah mereka, kendati pun perjalanan lumayan jauh, seperti dari Bali Barat dengan waktu tempuh tiga sampai empat jam.
Kehadiran mereka menyerbu Gereja Gianyar, ternyata memiliki tujuan mulia, yakni ikut merayakan Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia versi Gereja Katolik.
Sebagaimana diketahun, Minggu, 23 Juli 2023, dunia internasional merayakan ‘Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia.’
Gereja Katolik, mulai dari Vatikan ikut menyambut Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia dengan berbagai perayaaan sukacita dan terutama perayaan Ekaristi special bagi opa-oma.
Pimpinan Gereja Katolik, Bapa Suci Paus Fransiskus, menetapkan tema khusus Hari Kakek Nenek dan Lansia tahun 2023 yaitu “RahmatNya Turun Temurun” (Luk. 1:50).
Dalam pesan Paus Fransiskus, yang dikutip dari Dokpen KWI (Net), tema tersebut terinspirasi dari Magnifikat (pujian) Maria ketika Roh Kudus turun atas dirinya. Dalam pujian itu Maria menyatakan bahwa rahmat Tuhan turun temurun. Diyakini bahwa Roh yang sama juga memberkati dan menyertai setiap perjumpaan antargenerasi: antara kakek-nenek dan cucu, antara orang lanjut usia dan orang muda.
Paus Fransiskus juga menegaskan, Allah menghendaki bahwa orang muda membawa kegembiraan dalam hati para lanjut usia, sebagaimana dilakukan oleh Maria kepada Elizabeth, dan memperoleh kebijaksanaan hidup mereka. Namun, di atas segalanya, Tuhan menghendaki kita untuk tidak meninggalkan para lanjut usia atau mengabaikan mereka, seperti tragedi yang sering terjadi dalam zaman kita.
Komisi Keluarga Keuskupan Denpasar dengan dukungan penuh Komunitas Cinta Kasih (KCK), tiga tahun terakhir ini rutin mempertemukan kakek-nenek dan Lansia se-pulau Bali dalam menyambut hari khusus opa oma dan lanjut usia tersebut.
Perayaan Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia di Keuskupan Denpasar, khususnya di Bali, tahun ini memilih Gianyar sebagai tuan rumah. Dua tahun sebelumnya dilaksanakan di Gereja St. Silvester Pecatu (2021) dan di Gereja Maria Bunda Segala Bangsa Nusa Dua (2022).
KCK berperan aktif dalam menyukseskan Hari Kakek Nenek dan Lansia tersebut. Mereka menjadi ‘sponsor’ utama dengan menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan seperti konsumsi unutk semua yang hadir, maupun oleh-oleh untuk dibawa pulang Kakek Nenek usai perayaan, dan pembiayaan lainnya.
Komisi Keluarga sendiri berperan mengundang dan memastikan kehadiran Kakek Nenek dan Lansia dari paroki/stasi Se-Bali dengan quota yang telah disepakati. Peran tuan rumah juga tidak kalah pentingnya, yaitu menyediakan faslitas gereja maupun saran-prasarana yang dibutuhkan.
Perayaan Hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia di Paroki Gianyar berlangsung pada Minggu, 30 Juli 2023 atau satu pekan setelah puncak perayaan yang jatuh pada Minggu, 23 Juli 2023.
Hampir 500 orang Kakek Nenek dan Lansia mengikuti kegiatan ini. Ditambah penyelenggara dan panitia lokal, totalnya labih dari 600 orang.
Ada dua acara utama perayaan di Gianyar yaitu perayaan Ekaristi di gereja dan ramah tamah yang berlangsung di basemen gereja.
Gembala tertinggi Keuskupan Denpasar Mgr. Silvester San, menjadi Selebrant Utama, didampingi 12 orang imam pada Misa Kakek Nenek dan Lansia tersebut. Perayaan Ekaristi itu dimeriahkan oleh koor ibu-ibu KCK.
Mendasarkan Bacaan Injil dalam misa itu, Bapak Uskup San dalam homilinya menjelaskan tentang Kerajaan Allah sebagai harta yang terpendam. Hal ini terinpirasi dari Perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Allah dalam Injil hari itu, di mana Yesus mengumpakan Kerajaan Allah seperti harta terpendam di ladang yang luas yang ditemukan seseorang. Kerajaan Allah itu juga diumpakan sebagai mutiara indah yang dicari seorang pedagang.
Dengan menemukan ladang dan mutiara indah tersebut, masing-masing orang itu memutuskan untuk menjual seluruh harta bendanya demi mendapatkan apa yang mereka cari.
Bapak Uskup San, mengawali homilinya dengan sebuah cerita singkat, tentang seorang ibu yang tidak menyadari kalau dia memiliki harta yang terpendam. Dikisahkan, ibu ini kelihatannya tidak memiliki apa-apa dan hidup seorang diri. Dia sangat menggantungkan hidupnya dengan bantuan dan belas kasih para tetangga.
Ibu tersebut memiliki seorang anak yang merantau keluar negeri. Para tetangga mendesak ibu itu supaya memberitahu anaknya agar memperhatikan dia. Lalu sang ibu mengatakan bahwa anaknya orang baik, dia rutin mengirim surat dan kertas yang ada gambarnya setiap bulan. Para tetangga pun penasaran dengan kertas bergambar itu. Lalu ibu itu mengambil surrat-surat yang dikirim sang anak dan kertas bergambar tadi terselip di antara surat-surat itu.
Singkat cerita, para tetangga terkejut sebab kertas bergambar yang dimaksud sang ibu adalah chek dengan nilai uang yang cukup banyak. Ibu itu tidak menyadari kalau dia memiliki banyak harta yang bisa membahagiakan hidupnya
Dari kisah itu, Bapak Uskup mengatakan, “Masing-masing kita memiliki harta terpendam tapi tidak menyadarinya. Banyak hal yang kita miliki termasuk potensi dan kemampuan kita, tetapi kita tidak menydarinya.”
Dikatakan, Tuhan mengumpamakan Kerajaan Surga sebagai harta terpendam yang tersembunyi di ladang yang luas, atau mutiara yang indah. Orang yang menemukan ladang dan mutiara indah itu menyadari betapa semua itu adalah harta terpendam maka mereka menjual semua milik mereka demi mendapatkannya.
Menurut Bapak Uskup, harta terpendam dalam diri kita adalah iman kita, iman akan hidup kekal. Iman menjadi kekuatan bagi kita dalam mengarungi dunia yang penuh tantangan menuju hidup kekal di Kerajaan Allah.
“Kita perlu mencontoh dua orang dalam bacaan injil tadi yang rela menjual seluruh harta duniawi, memiliki iman yang teguh kepada Tuhan hingga kita boleh menemukan harta terpendam untuk kehidupan kekal yaitu Kerajaan Allah,” imbuhnya.
Di sela-sela homilinya, Bapak Uskup mengajak para Kakek Nenek dan Lansia dan semua umat yang mengambil bagian dalam perayaan itu untuk bersyukur.
“Pada perayaan hari Kakek Nenek dan Lansia seluruh dunia ini, kita merayakannya dengan penuh syukur atas anugerah yang dilimpahkan kepada kakek nenek serta umat manusia lainnnya secara turun temurun. Kita mohon berkat Tuhan untuk Kakek Nenek dan Lanjut Usia di Keuskupan Denpasar terutama yang hadir disini hari ini,” pungkas Bapak Uskup.
Sukacita Kakek Nenek dan Lansia hari itu menjadi berlipat, sebab pada perayaan itu mereka tidak hanya mendapatkan Sakramen Ekaristi tetapi juga Sakramen Orang Sakit (Sakramen Penyucian).
Usia Tidak Penting , tapi Semangat
Sebelum berkat penutup, diisi oleh beberapa sapaan kasih dan sambutan. Sapaan pertama disampaikan RD. Dominikus I Gusti Bagus Kusumawanta, Pastor Paroki Gianyar selaku tuan rumah.
Romo Wanta mengharapkan agar semua orang tua, kakek, nenek dan Lansia selalu dilimpahi berkat 3S yaitu Sukacita, Sehat dan Suci.
Mewakili KCK, Ibu Aan Bambang mengucapkan rasa syukur karena banyak Kakek Nenek dan Lansia yang hadir. Dikatakan, anggota KCK pun 80% adalah Lansia.
“Kita bersyukur banyak kakek nenek dan lansia yang hadir. Delapan puluh persen anggota KCK juga Lansia. Sehingga acara ini ibarat Lansia melayani lansia. Tapi tetap semangat dan hidup harus berdampak dan bermakna bagi orangg lain. Itulah yang dihayati dan dilakukan oleh KCK yang tahun ini sudah berusia 23 tahun,” katanya.
Sebagai informasi bahwa acara ini juga terselenggara dalam rangka hari ulang tahun KCK ke 23. Komunitas yang bergerak dalam bidang karitatif-kemanusiaan ini berdiri pada 17 Agustus 2000.
Ungkapan syukur yang sama juga disampaikan oleh Ketua Komisi Keluarga RD. Adianto Paulus Harun. “Hari ini adalah hari sukacita karena kakek nenek bisa berkumpul bersama teman-teman seusia, mungkin juga teman sepermainan. Kita bersyukur hari ini kita menerima Sakramen Ekaristi dan Minyak Kudus (Sakramen Penyucian),” kata Rm. Adi.
Romo Adi juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Uskup yang telah mendukung perayaan ini. Terima kasih yang sama kepada KCK yang menjadi sponsor utama yang selalu mendukung secara penuh kegiatan ini. Juga kepada pastor paroki, pastor rekan, DPP dan seluruh umat Gianyar. Terima kasih yang sama untuk seluruh pastor paroki/rekan se-Bali, termasuk para imam yang hadir, serta proficiat dan sehat selalu kepada Kakek Nenek dan para Lansia yang telah berjuang dan penuh sukacita hadir di Gianyar.
Sementara Bapak Uskup San, dalam sambutannya mengatakan ikut bergembira bersama seluruh Kakek Nenek dan Lansia yang hadir.
Bapak Uskup menyemangati para Lansia itu dengan mengatakan bahwa usia itu tidak penting, yang terpenting adalah semangat muda. “Maka, harus semangat dan sukacita terus,” kata Bapak Uskup.
Diaktakan Bapak Uskup, perayaan hari Kakek Nenek dan Lansia ini adalah keinginan Paus Fransiskus. “Tema tahun ini adalah ‘RahmatNya Turun Temurun.’ Kita bersyukur ada kakek nenek. Kalau generasi ini tidak ada maka generasi itu terputus,” kata Bapak Uskup.
Bapak Uskup juga meminta untuk saling menghormati dan saling menghargai antara generasi. Yang muda harus menghormati dan menghargai yang tua. Kakek Nenek juga memberikan contoh hidupnya yang baik dan mendoakan orang-orang muda supaya mereka bisa menjadi orang yang baik.
Usai misa dilaksanakan foto bersama, dilanjutkan dengan ramah tamah di basemen gereja. Dalam acara ramah tamah itu diisi dengan berbagai acara hiburan a’la Kakek Nenek dan orang tua.
Juga ada makan bersama serta diakhiri dengan pembagian goodie bag yang berisi oleh-oleh dari KCK, baik untuk bekal di jalan (snack dan air minum) juga barang yang bisa digunakan di rumah. ***
Penulis: Hironimus Adil