LINTAS KOMISI

K.H. MUSTAFA AL AMIN: KALAU ADA YANG RADIKAL, ITU BUKAN INDONESIA

Oleh : Hironimus Adil

BINCANG ASIK SEPUTAR TOLERANSI, NASIONALISME DAN SOLIDARITAS (Bagian 3)

Kita bersyukur ada di negara ini, di mana nilai dasarnya atau filosofnya adalah nilai toleransi yang kita miliki. Sehingga kalau kita menemukan dari kelompok, komunitas, budaya, atau agama manapun yang radikal itu bukan khas Indonesia.”

Hal di atas ditegaskan Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Denpasar, Drs. K.H. Mustafa Al Amin, SH., MHI.,M.Pd, dalam Bincang Asik, kerjasama Komisi Hubungan Antar-agama dan Kepercayaan (HAK) dan Komisi Komos Keuskupan Denpasar, kemarin.

Kyai Mustafa menambahkan bahwa bangsa Indonesia bersyukur karena Muslim yang masuk ke Indonesia ini adalah Muslim yang ramah, yang toleran. Begitu juga dengan Hindu, Nasrani (Katolik dan Kristen), dan agama lainnya.

Dengan demikian, menurut Kyai Mustafa, walaupun dalam hitungan atau pandangan secara global seharusnya Indonesia pecah dari dulu tetapi itu tidak terjadi karena kuatnya saling toleransi bangsa Indonesia.

“Sebagai tokoh Muslim saya selalu mengingatkan kepada warga kami dari kaalangan Muslim untuk menghindari cara pandang di dalam beragama itu, cara pandang yang radikal, yang ekstrim. Itu terus kami perjuangkan, karena kami sadar betul kalau itu merasuki kita semua, bubar negeri ini,” ungkapnya.

Kyai Mustofa juga menegaskan bahwa semua agama yang berkembang di Indonesia harus dengan konsep ala Indonesia. “Kita bersyukur nasrani berkembang di Indoensia dengan konsep ala Indoensia, Hindu juga dengan ala Indonesia, Muslim juga ala Indonesia. Selama hal ini kita terus dengungkan insya Allah kita akan terus bersama-sama sampai akhir zaman,” ungkapnya.

Sementara soal nasionalisme, Kyia yang merasa sebagai kelurga besar Keuskupan Denpasar karena seringnya diundang dan hadir dalam acara yang diselenggarakan Gereja Katolik, mengatakan ujung dari nasionalisme itu adalah cinta tanah air.

Kalau sudah cinta, katanya, seberat apapun yang dialami bangsa ini pasti tidak akan diam karena cintanya terhadap tanah air. Kalau cinta tanah air pasti tidak membiarkan bangsa ini terpuruk.

Kyai Mustofa mencotohkan perjuangan para pejuang dulu. Ketika mereka berjuang merebut kemerdekaan, dalam perjuangan itu apa saja dikorbankan karena cintanya pada tanah air.

Dewasa ini, demikian Kyai Mustofa melanjutkan, harus diakui terjadi kemerosotoan dan kemunduran sikap nasionalisme.

Hal yang sama juga terjadi pada aspek solidaritas. Secara umum sikap solidaritas sebagai bangsa cukup memprihatinkan.

“Walaupun mungki kita sempat berbesar hati melihat ketika covid ini mulai muncul di negeri ini, anak-anak muda mengunjungi ke lingkungan dengan membagikan sembako sebagai bentuk kepedulian. Itu sangat baik. Tapi secara umum kita masih prihatin. justru menambah kita prihatin karena masih ada pernyataan yang dalam situasi seperti ini ada kata-kata yang tidak solutif, malah dstruktif,” katanya.

Dalam situasi seperi ini, katanya, seharusnya sebagai satu bangsa harus merasa sepenanggungan karena dalam hidup ini harus ada timbal balik dan kemudian juga harus berinterksi dengan orang lain. “Ini merupakan prinsip dasar dalam solidaritas itu,” imbuhnya.

Kepada orang muda, Kyai Mustofa mengingatkan bahwa dalam solidaritas adalah bagaimana rasa, sikap yang ditunjukan kepada orang lain itu harus ada empatinya, ada silahturahimnya, ada saling tolong menolongnya, ada saling memberinya.

“Maka kita harus sering mengajak anak-anak muda kita ini silahkan lakukan apa saja demi terbangunnya solidaritas antara kita. Karena ini kekuatan, karena kalau kita sudah solider satu dengan yang lain maka siapa yang akan memisahkan kita, tidak ada,” tegasnya

Sekali lagi Kyai Mustofa mengajak kaum muda untuk meneladai para pejuang bangsa, di mana yang ditunjukan oleh para pejuang dulu tanpa melihat latar belakang perbedaan.

“Semua berjuang sesuai dengan perannya masing-masing dan menjukkan kebersamaan mereka dalam segala hal. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing,” imbuhnya.

Kyai Mustofa mengajak agar semua komponen bangsa termasuk kaum muda harus memiliki pandangan dan sikap yang sama dalam situasi seperti sulit seperti sekarang ini.

“Ayo, kita perkuat kepedulian dengan sesama. Tunjukkan empati kita kepada orang lain. Kalaupun kita tidak bisa membantu secara material, minimal kita bisa saling menyapa untuk memotivasi bahwa hidup ini mesti berlanjut,” ajaknya

Kepada tokoh-tokoh agama, dia juga berharap harus menjadi garda terdepan dalam menghadapi soal-soal sulit dan kepedulian terhadap sesama, sambil terus menanamkan nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai agama yang baik kepada para kaum muda sehingga tidak mudah patah arang, patah hati termasuk tidak mudah juga melakukan hal-hal yang sifatnya destruktif.

Kyai Mustofa berharap agar solidaritas itu harus terus dibangun. Anak-anak muda pun harus bergandengan tangan satu sama lain dalam segala aktivitas sosial yang dilakukan, sekecil apapun itu harus dibudayakan,harus ditradisikan.

“Sehingga ke depan ketika situasi sulit kita siap dan punya pengalama menghadapinya. Yuk, jangan menonjol keperdeaan kita, tapi yang kita munculkan adalah kita punya sikap dan keingan yang sama yaitu bagaimana agama kita anut sedemikan rupa, taatnya kita, salehnya kita, tapi di sisi lain nilai-nilai agama kita yang baik itu harus vibrasikan kepada orang lain untuk selalu semangat dalam membangun bangsa yang kita cintai ini,” harapnya

Di bagian akhir, Kyai Mustofa juga mengajak orang muda untuk berkontribusi bagi bangsa ini sesuai pernanya masing-masing, serta mengajak untuk terlibat aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Jangan terpengaruh oleh berita-berita provokatif dan berita hoax di dunia maya,” pungkasnya. *Hironimus Adil

Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close