LINTAS PERISTIWA
Trending

Ini Rekomendasi dan Rencana Aksi Gereja Katolik Regio Nusra Terhadap Adaptasi Perubahan Iklim

DENPASAR-Setelah melalui pembelajaran bersama serta didalami dengan diskusi-diskusi kelompok keuskupan, pertemuan tahunan Jaringan Nasional Caritas Indonesia tingkat Regio Nusa Tenggara (Nusra) pada akhirnya menghasilkan pandangan, rekomendasi serta rencana Aksi.

Pertemuan tahunan itu diselenggarakan Caritas Indonesia (Karina KWI), 29 April – 3 Mei 2024 di Denpasar, Bali, dihadiri jaringan Caritas Nasional dari Regio Nusra.

Suasana pertemuan Jaringan Nasional Caritas Indonesia Regio Nusra di Bali, 29 April-3 Mei 2024

Jaringan Caritas itu terdiri dari lintas komisi dari keuskupan di regio ini, seperti Caritas Keuskupan, Komisi PSE, Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKP-PMP), Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) Tarekat Kongregasi yang memiliki pelayanan di bidang kemanusiaan.

Hasil pertemuan ini dipresentasekan di penghujung pertemuan oleh Direktur Caritas Indonesia RD. Fredy Rante Taruk.

Direktur Caritas Indonesia, RD. Fredy Rante Taruk

Menarik bahwa setiap topik/isu utama yang dibahas melalui pembelajaran bersama selama pertemuan ini, masing-masing dibuatkan rangkumannya tersendiri, sehingga ada 5 (lima) dokumen berbeda sebagai hasil pertemuan tahunan Jaringan Nasional Caritas Indonesia Regio Nusra 2024.

Dalam rangkuman hasil pertemuan itu memuat antara lain: Pandangan Umum, Rekomendasi, Rencana Aksi Regio Nusra dan Program Keuskupan.

Ada lima topik atau isu aktual terkait ekologi dan persoalan kemanusiaan yang dibahas dalam pertemuan ini, sekaligus menjadi konsen perhatian Gereja Katolik melalui jaringan nasional Caritas.

Lima topik itu atara lain: Penguatan Organisasi dan Standar Manajemen Caritas Internationalis 2024; Adaptasi terhadap Perubahan Ikilm; Kesehatan dan Nutrisi (mengatasi stunting); Migran-Anti Perdaganan Orang-Pengungsi; dan Emergency Respons & Core Respons Team.

Jack, dari Tim Caritas Indoensia saat presentase tentang Warung Ilmiah Lapangan

Dari lima topik itu, salah satu topik hangat yang dibahas dalam pertemuan ini adalah tentang Adaptasi Perubahan Iklim.

Terkait adaptasi perubahan iklim, dalam Pandangan Umum dari hasil pertemuan itu antara lain menyebutkan, “Dalam konteks Gereja Katolik, adaptasi terhadap perubahan iklim adalah panggilan moral untuk merawat ciptaan Tuhan dan melindungi kehidupan manusia serta keanekaragaman hayati. Paus Fransiskus dalam ensikliknya “Laudato Si'” menegaskan pentingnya menjaga lingkungan alam sebagai tindakan spiritual, moral, dan etis, yang mencakup upaya pencegahan melalui ragam karya pelayanan dan pengembangan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan serta adaptasi terhadap dampak yang sudah terjadi dan yang akan datang.

Ini juga melibatkan pembangunan keadilan sosial untuk melindungi dan mendukung mereka yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, mencerminkan ajaran sosial gereja tentang solidaritas, subsidiaritas dan pelayanan kepada sesama. Dengan demikian, adaptasi perubahan iklim dalam konteks Gereja Katolik melibatkan tindakan konkret yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral untuk melindungi lingkungan dan masyarakat yang rentan.”

Diskusi Keuskupan Larantuka & Diskusi Keuskupan Weetebula

Rekomendasi dan Rencana Aksi
Sementara itu dalam rekomendasi dikatakan bahwa dengan kesadaran akan dampak yang merusak yang dialami oleh komunitas lokal, terutama di wilayah Regio Nusa Tenggara (Nusra) yang rentan terhadap perubahan iklim, Jaringan nasional Caritas Indonesia Regio Nusa Tenggara (Nusra) berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah konkret, sebagai berikut:

Pertama, meluncurkan program-program untuk adaptasi terhadap perubahan iklim, mitigasi risiko bencana, dan penguatan kedaulatan pangan sebagai tanggapan terhadap kebutuhan mendesak masyarakat lokal, menandakan peran integral Regio Nusa Tenggara (Nusra) dalam respons holistik dan berkelanjutan terhadap tantangan krisis iklim.

Diskusi Keuskupan Ruteng & Diskusi Keuskupan Atambua

Kedua, partisipasi dalam assessment organisasi berkelanjutan tidak hanya meningkatkan kualitas manajemen internal Jaringan Nasional Caritas Indonesia Regio Nusa Tenggara (Nusra), tetapi juga memperkuat kemampuan untuk memberikan bantuan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi komunitas terdampak krisis iklim yang dilayani, menjadikan organisasi yang berperan aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Regio Nusa Tenggara (Nusra) mengalami dampak yang signifikan akibat perubahan iklim, seperti curah hujan yang tidak menentu, kekeringan, dan serangan penyakit pada tanaman dan ternak. Di tengah tantangan ini, kesadaran akan pentingnya mengatasi perubahan iklim, didukung oleh komitmen aktif dari keuskupan, pemerintah, dan masyarakat.

Melalui kerjasama yang solid, Regio Nusa Tenggara (Nusra) merencanakan berbagai strategi untuk menghadapi tantangan ini secara bersama-sama dengan poin-poin rencana aksi sebagai berikut:

Pertama, pemahaman terhadap Perubahan Iklim: Mengakui dampak perubahan iklim yang meliputi gagal panen, wabah penyakit, dan penurunan sumber daya air; Kedua, meningkatkan kesadaran dengan meluncurkan kampanye edukasi dan sosialisasi tentang perubahan iklim; Ketiga, Mendorong pertanian organik dan pola pertanian masyarakat yang tangguh terhadap perubahan iklim.

Kedua, kesadaran dan komitmen yakni memahami urgensi isu perubahan iklim dan berkomitmen untuk bertindak secara nyata; serta menyosialisasikan isu perubahan iklim melalui berbagai platform, seperti katekese dan surat gembala.

Ketiga, Peran Keuskupan dan Komunitas lain yaitu mengedukasi dan mensosialisasikan isu perubahan iklim kepada umat/masyarakat melalui berbagai kegiatan pastoral; serta Membangun kemitraan dengan pemerintah, organisasi kemanusiaan dan masyarakat untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Keempat, Strategi Bersama untuk Advokasi dan Seruan antara lain: menggalang dukungan bersama antar keuskupan dan komunitas untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam hal adaptasi perubahan iklim; dan menyuarakan isu perubahan iklim melalui kotbah, kampanye, dan edukasi di tingkat paroki dan komunitas.

Diskusi Keuskupan Agung Kupang & Diskusi Keuskupan Agung Ende

Kelima, Pendidikan Iklim Sejak Dini berupa ,mengintegrasikan pendidikan iklim ke dalam kegiatan dan program keuskupan serta masyarakat/komunitas, termasuk dalam kurikulum sekolah dan pembinaan anak-anak; dan kolaborasi antara keuskupan dan komunitas untuk memperkuat advokasi dan seruan bersama terhadap perubahan iklim, melalui sosialisasi, pendampingan, dan seminar.

Dalam dokumen yang sama disebutkan program setiap keuskupan yang ada di regio itu. Ada 8 Keuskupan yakni Agung Kupang, Agung Ende, Ruteng, Maumere, Larantuka, Weetebula, Atambua dan Denpasar.

Setiap keuskupan itu memiliki rencana aksi masing-masing yang tertuang dalam dokumen hasil pertemuan khusus untuk adaptasi terhadap perubahan iklim.

Warung Ilmiah Lapangan

Dalam salah satu sesi pertemuan sebelumnya, sempat dibahas tentang sebuah rancangan program berbasis masyarakat yaitu membangun ketangguhan petani melalui ‘Warung Ilmiah Lapangan.’

Konsep Warung Ilmiah Lapangan yang dikembangkan Caritas Indonesia dengan Universitas Indonesia tahun 2024 ini dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim.

Diskusi Keuskupan Maumere & Diskusi Keuskupan Denpasar

Menurut Jack – salah seorang Tim Caritas Indonesia – yang mempresentasekan tentang Warung Ilmiah Lapangan, ruang lingkup program ini mencakup rangkaian kegiatan yang dirancang khusus untuk membantu petani dalam mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim, mencakup identifikasi risiko iklim, pengembangan sistem prediksi, Pendidikan dan pelatihan, pengenal varietas unggul, pengelolaan air dan tanah, diversifikasi pertanian, penguatakan kapasitas komunitas dan evaluasi.

Jack, kemudian menjelaskan tujuan pengembangan program tersebut di antaranya meningkatkan kualitas hidup petani dengan memberikan akses yang lebih baik terhadap informasi cuaca yang akurat dan dapat diandalkan.

Peserta pertemuan setelah misa pembukaan

Tujuan lain adalah memberdayakan petani dalam melakukan pengukuran curah hujan secara mandiri dan akurat; mengurangi ketimpangan informasi terkait curah hujan antara petani dan pihak-pihak lain yang memiliki akses lebih mudah terhadap teknologi; serta mempromosikan keberlanjutan dalam praktek pertanian dengan menggunakan informasi curah hujan yang akurat.

Ada 6 hasil yang ingin dicapai dari Warung Ilmiah Lapangan, di antaranya pengurangan risiko kegagalan hasil produksi yang signifikan serta meningkatkan ketangguhan ekonomi dan produktivitas tanaman pangan.

Ada beberapa Keuskupan di Regio Nusra yang hadir, dalam rencana aksinya mau merintis Warung Ilmiah Lapangan itu sebagai programnya. ***

Penulis : Hironimus Adil
Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close