DENPASAR – Belum lama ini ada pergantian Rektor SVD Distrik Bali-Lombok dari Rektor sebelumnya RP. Yohanes Nyoman Madia Adnyana, SVD (Pastor Paroki St. Yoseph Denpasar), kepada Pastor Rekannya RP. Laurensius I Ketut Supryanto, SVD.
Romo Ketut, demikian Rektor SVD Bali-Lombok yang baru itu disapa, Kamis, 21 September 2023, telah memasuki 22 tahun usia imamatnya.
Atas inisiatif Romo Yan Madia, panggilan akrab Pastor Paroki St. Yoseph, sebuah perayaan sederhana sebagai syukuran atas HUT Imamat ke-22 Romo Ketut dilaksanakan di aula Griya Bakti Pastoral Gereja Yesus Gembala Yang Baik Ubung, Denpasar, Kamis (21/9) petang.
Tamu yang diundang juga sangat terbatas, hanya terdiri dari pengurus harian DPP, DKP, para Ketua Lingkungan serta sejumlah kecil umat Paroki St. Yoseph lainnya.
Tidak ada acara yang istimewa, hanya diisi dengan Ibadat Sabda secara singkat, dipimpin Rm. Yan Madia yang dilanjutkan sapaan kasih sebagai tuan rumah serta ungkapan hati dari Yubilaris, tiup lilin serta pemotongan kue dan tumpeng ulang tahun, lalu makan malam bersama.
Romo Yan Madia, dalam sapaan kasihnya menyampaikan selamat kepada Pastor Rekennya itu, sekaligus penerusnya sebagai Rektor SVD Bali-Lombok, seraya mengharapkan agar Romo Ketut selalu diberi kesehatan,penuh sukacita dalam pelayanan dan terus diberkati Tuhan.
Dalam kesempatan ini, Romo Yan menyampaikan bahwa zaman ini panggilan menjadi imam semakin langka. Mereka yang bersekolah di Seminari saja belum tentu semuanya termotivasi mau menjadi imam.
Ini dibuktikan oleh cerita Romo Yan sendiri.
Ketika baru-baru ini bersama dengan seorang Misinaris SVD asal Palasari yang kini bertugas di Brasil mengunjungi Seminari Tuka. Romo Yan menceritakan, ketika anak-anak SMA Seminari kelas dua dan kelas tiga ditanya, siapa yang mau menjadi imam, hanya sekitar 4 atau 5 dari 15 anak kelas tiga, dan sekitar 7 atau 8 dari 23 siswa kelas dua (rata-rata hanya 30%) saja yang mengangkat tangan.
Dengan situasi seperti ini apalagi dipengaruhi oleh kemajuan zaman, maka Romo Yan, mengharapkan untuk senantiasa berdoa bagi para imam, secara khusus untuk Romo Ketut, agar tetap setia sampai akhir. Romo Yan juga mohon dukungan seluruh umat untuk berdoa bagi panggilan khusus menjadi imam, biarwan-biarawati, demi keberlangsungan Gereja Kristus.
Romo Ketut sendiri mengisahkan sekilas perjalanan imamatnya setelah ditahbiskan pada 21 September 2001 di Gereja Roh Kudus Katedral. Setelah ditahbiskan, Romo Ketut sempat beberapa saat menjadi Pastor Rekan di Paroki Katedral Denpasar.
Kemudian, ke Maumere selama lima bulan, lalu ditugaskan di Pulau Sumba. Sempat juga menjadi misionaris di pulau Kalimantan dan pulau Jawa, lalu kembali ke Keuskupan Denpasar menjadi Pastor Rekan di paroki St. Petrus Monang-Maning Denpasar, Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka dan kini Pastor Rekan Paroki St Yoseph Denpasar.
Romo Ketut juga mengisahkan suka dukanya menjalani imamat selama 22 tahun ini. Selama mengungkapkan kisah imamatnya, Romo Ketut memutar kembali video tahbisannya 22 tahun lalu.
Selain jabatan baru sebagai Rektor SVD, Romo Ketut, juga sampai saat ini adalah Moderator Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi (KKKI) Keuskupan Denpasar.
Romo Ketut ditahbisakan pada 21 September 2001, di Gereja Rohkudus Katedral Denpasar oleh Uskup Denpasar kala itu, Mgr. Benyamin Yosef Bria (Alm).
Ada tiga orang imam yang ditahbiskan di saat yang sama. Selain Romo Ketut, ada dua Imam Diosesan Denpasar, yakni RD. Yohanes Martanto (Pastor Paroki St. Petrus Monang-Maning Denpasar) dan RD. Stef Dadur (kini telah kembali menjadi awam).
Selamat Ulang Tahun Imamat Romo Ketut. Semoga selalu setia dan Tuhan jaga!***
