Allah mengasihi kita sehingga Ia mengutus Yesus PutraNya ke dunia untuk menghapus dosa-dosa kita, agar kita memperoleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).
Masih sangat segar dalam ingatan kita ketika tahun 2016 lalu menjadi tahun istimewa dan menjadi tahun rahmat Tuhan. Boleh jadi diiringi pengalaman yang begitu indah ketika hampir satu tahun penuh, dari akhir 2015 hingga jelang tutup tahun 2016, umat Katolik sejagad diajak secara khusus dan istimewa mengalami belas kasih Allah. Hal tersebut seiring ditetapkannya Tahun Yubileum Luar Biasa Belas Kasih Allah oleh Bapa Suci Paus Fransiskus, dari 8 Desember 2015 sampai 20 November 2016. Tahun Yubileum Belas Kasih Allah kemudian menjadi masa pengampunan dosa dan pengampunan universal di mana memungkinkan setiap umat beriman mengalami indulgensi penuh.
Selain di Vatikan, di seluruh dunia dibuka pintu-pintu belas kasih Allah. Dengan berjalan melewati pintu-pintu suci itu, umat beriman dapat memperoleh indulgensi setelah memenuhi ketentuan sebagaimana biasanya yaitu berdoa untuk intensi Paus, menerima Sakramen Rekonsiliasi, tidak terikat pada dosa apapun juga, dan menerima Ekaristi. Bagi siapa saja yang memasuki Pintu Suci atau Pintu Belas Kasih Allah, terutama yang sungguh percaya pasti mengalami kasih Allah yang menentramkan, mengampuni, dan menanamkan pengharapan. Mungkinkah kita masih mendatangi Gereja, berziarah ke aneka Gua Maria tempat ziarah lainnya untuk berdoa dan merayakan Ekaristi sesudah penutupan Tahun Belaskasih ini?
Belas kasih Allah kepada umatNya memang tidak berbatas, bahkan melampaui akal dan budi manusia. Ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang amat baik. Kendatipun dilumuri kubangan dosa, Allah tidak pernah membenci atau meninggalkan manusia. Sebaliknya Allah menunjukkan cinta kasihNya dengan mengutus putraNya yang Tunggal untuk menebus dosa manusia. Tentu saja belas kasih Allah itu tidak akan pernah berhenti seiring ditutupnya Tahun Yubileum Belas Kasih Allah.
“Allah mengasihi kita sehingga Ia mengutus Yesus PutraNya ke dunia untuk menghapus dosa-dosa kita, agar kita memperoleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Di dalam Yesus, Allah yang tidak kelihatan itu menjadi kelihatan. Lewat perkataan dan perbuatan Kristus, terutama kurban Salib dan KebangkitanNya, kita menyaksikan bukti kasih Allah itu. Yesus menunjukkan belas kasih BapaNya kepada umat manusia dengan rela mengorbankan nyawaNya. Bagaimana kita membalas kebaikan Allah Bapa yang dinyatakanNya lewat Yesus PutraNya?
Praktek belas kasih haruslah seiring sejalan dengan tindakan pengampunan. Praktek belas kasih dan pengampunan itu harus nyata diberikan, pertama-tama kepada orang-orang terdekat dengan kita seperti suami atau isteri, orang tua dan anak-anak, maupun antara sahabat. Kemudian, belas kasih Tuhan itu diteruskan ke dalam lingkungan masyarakat, terutama kepada mereka yang miskin dan lemah. Seiring dengan itu, tindakan mengampuni orang lain juga menjadi saksi hidup belas kasih Allah yang lebih kuat daripada dosa. Karena itu, jangan pernah menunda untuk mengampuni dan memancarkan Wajah Allah yang Berbelaskasih kepada sesama jika kita benar-benar merindukan hidup surgawi. Tuhan memberkati!