Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Denpasar saat ini mulai gencar mengedukasi serta mengampanyekan pengurangan dan pemanfaatan sampah plastik demi menjaga dan merawat lingkungan sebagai upaya penyelamatan bumi.
Upaya Komisi PSE itu tidak lepas dari program unggulan komisi ini tahun 2022 yaitu “Edukasi Merawat Lingkungan Hidup dengan Mengurangi dan Memanfaatkan Sampah Plastik.”
Edukasi ini dimulai dari dalam Gereja. Maka, untuk mendukung program ini sekaligus dalam rangka memotivasi umat, PSE mengusung tagline “Gereja Keren Tanpa Sampah Plastik”.
Dalam mewujudkan program tersebut team Komisi PSE Keuskupan Denpasar melakukan edukasi mulai di paroki-paroki yang secara kewilayahan produksi sampah plastiknya cukup tinggi, seperti di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Gianyar di Bali dan beberapa wilayah di NTB.

Edukasi dimulai di Paroki St. Yoseph Denpasar, dengan menghadirkan peserta dari tiga paroki di Kota Denpasar yaitu Paroki Roh Kudus Katedral, Paroki St. Petrus Denpasar dan Paroki St. Yoseph selaku tuan rumah.
Sekitar 50 orang dari tiga paroki itu yang ikut acara ini, terdiri dari unsur Seksi PSE, Seksi Keluarga, OMK, serta Seksi-seksi lain dalam Bidang Aksi Kemasyarakatan (BAK).
Komis PSE Keuskupan Denpasar, dalam melaksanakan edukasi tentang penyelamatan lingkungan dari sampah plastik ini menggandeng PT. Plastic Bank Indonesia. Antara Komisi PSE dengan PT. Plastic Bank Indonesia telah membuat Memorandum of Understanding (MoU) yang bersepakat menjadi mitra kerja.
Dalam MoU itu disebutkan bahwa dalam kapasitasnya sebaga mitra kerja, Plastic Bank Indonesia dengan PSE sepakat menyelenggarakan kegiatan seperti kampanye dan edukasi tentang lingkungan gereja dan paroki-paroki, menyediakan akses infrastruktur daur ulang, menginformasikan peran program pengelolaan sampah plastic untuk membangun kesadaran umat Katolik akan lingkungan yang bersih, bertanggung jawab, sehat dan rapi, dan lain-lain.

Perwujudan kerjasama ini sudah mulai dilakukan pada kegiatan edukasi di Paroki St. Yoseph yang berlangsung di Griya Baki Pastoral, Ubung-Denpasar, Sabtu, 30 Juli 2022. Dari PT. Plastic Bank Indonesia, hadir dua orang, Andri Zainudin dan Adi Septia. Mereka bersama tim PSE Keuskupan Denpasar memberikan edukasi pada kegiatan tersebut.
Kegiatan di Paroki St. Yoseph itu dibuka dengan ibadat singkat yang dipimin oleh Pastor Paroki St. Yoseph Denpasar Rm. Yohanes I Nyoman Madia Adnyana, SVD. Usai ibadat dilanjutkan sapaan Pastor Paroki selaku tuan rumah.
Rm. Yan Madia, demikian Pastor Paroki St. Yoseph itu biasa disapa, mengapresiasi kegiatan ini karena relevan dengan kondisi dunia saat ini.
“Tema kegiatan ini sangat relevan dengan kondisi saat ini. Kalau mau gereja kita keren, maka bebaskan gereja dari sampah-sampah, terutama sampah plastic dan mencintai lingkungan hidup secara umum,” katanya.
Romo Yan juga mengajak seluruh umat Katolik untuk menghayati salah satu filosofi masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana yakni menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan alam (lingkungan) dan antara manusia dengan manusia.
Menurut Romo Yan, alam ini sungguh luar biasa diberikan Tuhan, namun prilaku manusia menyebabkan alam menjadi rusak dan tidak indah lagi.

Edukasi ini dibuat dalam tiga sesi. Dimulai dengan sesi pertama yang disampaikan oleh Ketua Komisi PSE Keuskupan Denpasar RD. Evensius Dewantoro, yang akrab disapa Romo Venus.
Romo Venus mulai menjelaskan tentang pengertian ekologi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘oikos’ yang artinya rumah tempat tinggal dan ‘logos’ artinya ilmu pengetahuan.
Jadi ekologi itu sejatinya merupakan pengetahuan tentang rumah tinggal bersama, atau bagaimana merawat rumah tinggal bersama. “Merawat lingkungan sama artinya dengan merawat rumah kita, tempat tinggal kita bersama,” katanya.
Kemudian Romo Venus menjelaskan Ensiklik Laudato Si, dari Paus Fransiskus tahun 2015. Ensiklik ini berbicara tentang penyelamatan lingkungan (bumi) sebagai rumah tempat tinggal bersama semua mahluk.

Menurut Romo Venus, Laudato Si adalah respons terpenting Paus Fransiskus (Gereja Katolik) tentang perawatan bumi sebagai rumah kita bersama dan Laudato Si tidak hanya ditujukan kepada umat Katolik, tetapi untuk semua orang.
Hal itu, imbuh Romo Venus, karena keprihatinan atas krisis ekologi selama dua abad terakhir. “Ensiklik Laudato Si ini sudah berdasarkan kajian ilmiah secara multidispliner ilmu,” katanya, seraya menambahkan bahwa berdasarkan kajian yang ada, krisis ekologi terjadi terutama akibat prilaku manusia.
Romo Venus melanjutkan, sebagai respons atas ensiklik Laudato Si, Gereja Katolik menyambutnya dengan melakukan aneka langkah kongret dalam penyelamatan bumi sebagai ibu pertiwi.
Komisi PSE Keuskupan Denpasar, misalnya, melakukan beberapa program kegiatan yang berkaitan dengan upaya merawat lingkungan antara lain memproduksi eco enzyme yang cukup gencar dilakukan tahun lalu hingga tahun ini.

Kemudian di tahun 2022 ini, PSE memiliki program unggulan sebagaimana kegiatan ini yaitu Edukasi Merawat Lingkungan Hidup dengan Mengurangi dan Memanfaatkan Sampah Plastik.
Edukasi pada sesi kedua disampaikan oleh Adi Septia dan Andri Zainudin dari Plastic Bank Indonesia. Mereka antara lain memberikan edukasi tentang sampah plastik, jenis-jenis plastic dan membedakannya antara plastic yang bisa didaur ulang dan tidak, hingga bahaya dari sampah plastik, termasuk bagaimana memanfaatkan sampah plastik yang bisa didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomi.

Mereka menegaskan bahwa dunia saat ini sedang tenggelam dalam sampah plastic. Kata mereka, berdasarkan data hasil sebuah kajian, setiap tahun ada 8 juta ton plastic mencemari lautan, atau setara dengan 1 truk sampah setiap menit.
“Diperkirakan tahun 2030, jumlah plastic di laut akan mencapai dua kali lipat. Bahkan tahun 2050, diperkirakan akan ada lebih banyak plastic daripada ikan di lautan,” ungkap Adi Septia.
Mereka menegaskan kerusakan lingkungan akibat sampah plastic sangat luar biasa, karena plastic itu sangat sulit untuk diurai, sehingga akan berdampak buruk pada pada manusia maupun ekosystem lainnya termasuk biota laut.
Semua itu, tentu saja akibat dari prilaku manusia sendiri. Maka, untuk mencegahnya dibutuhkan kesadaran bersama untuk bersih dari sampah plastic. Hal sederhana yang bisa dilakukan, antara lain menggurangi penggunaan produk-produk berbahan plastic, memilah antara sampah plastic dengan sampah organic dengan mengumpulnya di tempat sampah terpisah dan sebagainya.
Adi dan Andri dari Plastic Bank Indonesia, mengedukasi peserta untuk melakukan lima langkah muda mencegah sampah plastic di laut: (1) bawa peralatan makan dan minum pakai ulang; (2) gunakan tas belanja pakai ulang; (3) pilah sampah sesuai jenisnya dan kumpulkan di tempat sampah terpisah; (4) daur ulang sampah plastic; dan (5) beli barang-barang yang terbuat dari plastic daur ulang.
Kemudian pada sesi ketiga dari edukasi itu adalah melakukan diskusi kelompok berdasarkan paroki untuk membuat komitmen ataupun rencana tindak lanjut (RTL).
Setelah diskusi, masing-masing paroki melaporkan komitmen atau RTLnya seusai kegiatan. Ketiga paroki sama-sama akan melanjutkan edukasi atau sosialisasi tentang sampah plastic ini kepada seluruh umat.
Lalu masing-masing paroki juga berkomitmen untuk melakukan sesuatu. Paroki St. Yoseph Denpasar berkomitmen untuk memilah antara sampah tidak bernilai ekonomis (plastik dan multilayer) dengan sampah bernilai ekonomi (secara langsung). Untuk sampah plastic dan multilayer, akan dikumpulkan dan diolah menjadi produk bernilai seperti buat patung, tas, dompet dan lain-lain. Sedangkan yang bernilai ekonomi secara langsung akan dikumpulkan kemudian dijual kepada mitra dan hasilnya untuk kas gereja atau lingkungan.
Dari Paroki St. Petrus Denpasar memiliki 4 komitmen yaitu kolekte sampah 1 kali sebulan, menyediakan tempat sampah sesuai jenisnya, edukasi umat tentang pengolahan limbah plastic menjadi kerajinan dan bersih-bersih pantai.
Sedangkan dari Katedral Denpasar, antara lain menyadarkan seluruh umat untuk memilah antara sampah plastic yang masih bisa didaur ulang dengan sampah plastic yang tidak bisa didaur, menyediakan tong sampah untuk mengumpulkan sampah sesuai jenisnya seperti sampah b3, organik dan an-organik. Lalu, sampah bernilai ekonomi akan dijual kepada mitra untuk menghasilkan uang.
Pada bagian akhir edukasi ini adalah quis online yang dipandu oleh Adi dan Andri dari Plastik Bank Indonesia. Pertanyaan kuis adalah seputar materi edukasi yang disampaikan baik dari Komisi PSE tentang Laudato Si maupun dari Tim Plastik Bank Indonesia.
Seluruh rangkain acara ditutup dengan doa dan berkat yang dilanjutkan dengan foto bersama. ***

Hironimus Adil