TUKA, BADUNG – Tahun penuh syukur dan membahagiakan bagi Keuskupan Denpasar. Di awal 2023, tiga putra terbaik pilihan Tuhan ditahbiskan menjadi imam. Menyusul jelang penghujung tahun ini, dua Imam Diosesan Denpasar memasuki usia seperempat abad (Pesta Perak) perjalanan imamatnya.
Menariknya, dua imam yang merayakan Perak Imamat itu pada masanya pernah memimpin Seminari Roh Kudus Tuka sebagai Rektor. Keduanya juga pernah mengenyam pendidikan di Eropa. Kedua imam Projo Keuskupan Denpasar itu adalah RD. Yasintus Nahak dan RD. Benediktus Deni Mary.
Sebagai ungkapan syukur atas rahmat Tuhan dan kesetiaan kedua Yubilaris selama 25 tahun imamat, Keluarga Besar Seminari Tuka menyelanggarakan perayaan syukur di lembaga calon imam tersebut, Jumat (29/9).
Untuk perayaan istimewa bagi dua mantan pimpinan Seminari itu, lapangan basket seminari disulap menjadi sebuah ruangan yang layak dengan dekorasi cukup menawan untuk perayaan Ekaristi, dilanjutkan ramah tamah setelahnya.
Ratusan undangan antara lain umat sekitar Tuka, keluarga dan kolega kedua Yubilaris, para alumni Seminari Tuka, para orang tua seminaris, para donatur dan undangan lainnya memadati tempat acara.
Puluhan imam, biarawan-biarawati, Diakon dan Frater TOP juga tampak hadir dalam perayaan penuh syukur itu dan tentu saja keluarga besar seminari Tuka.
Pesta perak imamat kedua imam tersebut berlangsung meriah. Diawali dengan penyambutan kedua Yulbilaris dan Bapak Uskup Denpasar Mgr. Silvester San di gerbang seminari Tuka dengan pengalungan kain selendang khas Timor, NTT. Kemudian, kedua Yubilaris dan Bapak Uskup, diiringi tarian Likurai (tari asal Timor) menuju pendopo seminari untuk persiapan Misa Kudus.
Ketika perarakan dari pendopo seminari menuju ruangan misa, kembali tarian khas daerah NTT itu mengiringi para petugas liturgi beserta imam konselebari serta Bapak Uskup sebagai Selebran Utama. Tidak berhenti di situ, saat penghantaran persembahan, diiringi tarian asal Timor juga.
Budaya Timor NTT tampak sakral mengiringi perayaan itu bukan tanpa alasan. RD. Yasintus Nahak, merupakan Imam Keuskupan Denpasar kelahiran Malaka, Timor, NTT. Lalu, RD. Deni Mary, juga dalam dirinya mengalir darah NTT di mana sang ayah berasal dari Ende dan ibu ada darah Timornya juga.
Perayaan ini berlangsung hikmad dan terasa agung, diringi koor dari putra-putra Seminari Tuka. Misa disiarkan secara langsung (lve streaming) melalui kanal Youtube Seminari Tuka.
Pada perayaan syukur itu bertepatan dengan Pesta Malaikat Agung: St. Mikael, St. Gabriel dan St. Rafael. Dalam pengantarnya, Bapak Uskup mengajak umat untuk senantiasa memohon pertolongan dan meneladani para Malaikat, terutama Malaikat Agung dalam mengarungi kehidupan.
Bapak Uskup juga mengungkapkan bahwa perayaan itu dalam rangka bersyukur dan bersukacita bersama kedua Yubilaris yang merayakan 25 tahun (Pesta Perak) Imamat, seraya mengajak seluru umat yang hadir maupun yang mengikuti melalui live streaming, untuk bersyukur, bergembira dan bersukacita bersama kedua yubilatis serta mendoakan mereka.
“Hari ini kita mengucapkan syukur atas rahmat imamat Rm. Sintus dan Rm. Deni. Semoga Tuhan senantiasa menyertai mereka dalam perjalanan imamat selanjutnya agar tetap setia dan teguh di jalan imamatnya,” harap Mgr. San.
Sementara dalam homilinya, Bapak Uskup menjelaskan tentang peran para Malaikat yang jumlahnya tak terhitung, dan di antara malaikat itu ada tuga malaikat yang disebut Malaikat Agung. Para Malaikat termasuk tiga Malaikt Agung, kata Bapak Uskup, merupakan utusan dan pelayan Tuhan serta penolong bagi manusia.
Ketiga Malaikat Agung memiliki peran yang berbeda. Mikael sebagai malaikat pemimpin bala tentara surga yang membela kaum beriman dari serangan musuh dan kejahatan, serta memimpin para malaikat untuk mencampakan setan, karena itu Malaikat Mikael adalah pelindung dari kejahatan dan godaan setan.
Bapak Uskup melanjutkan, Gabriel dikenal sebagai Malaikat Agung pembawa kabar gembira dari Tuhan sehingga Gabriel bertugas membantu manusia dalam mewartakan Injil .
Lalu ada Rafael, sesuai arti namanya ‘obat Tuhan’ adalah Malaikat Agung yang diutus Tuhan untuk menyembuhkan manusia dari penyakit dan menguatkan kelemahan jiwanya supaya terbebas dari penghambaan dosa dan setan.
“Semoga peran Malaikat Agung sebagai utusan Tuhan, menginspirasi kita baik para klerus maupun umat terbaptis terutama untuk melayani Tuhan dan menolong sesama dengan cinta kasih yang besar,” pungkas Bapak Uskup.
Jasa Besar
Sementara itu dalam sambutan sebelum berkat perutusan saat mengakhiri perayaan, Bapak Uskup menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada kedua yubilaris atas kesetiaan mereka menjalani hidup imamat menjadi imam Keuskupan Denpasar.
Bapak Uskup mengakui bahwa kedua yubilaris memiliki jasa besar terutama dalam mengembangkan lembaga Seminari, di mana keduanya pernah menjadi Rektor.
Dikatakan Bapak Uskup, Romo Deni, selama menjadi Rektor melakukan terobosan besar dengan mencari dana untuk pembangunan gedung seminari menjadi lebih megah dan representative sehinga memungkinkan seluruh proses belajar mengajar dilaksanakan di seminari.
Sementara Romo Sintus, sebagaimana telah disampaikan sang Yubilaris sebelumnya, sejak ditahbiskan sampai 25 tahun imamat, selalu berada dan menjadi Formator di Seminari dan pernah menjadi Rektor menggantikan rekannya Romo Deni.
“Sungguh sukacita bagi kita di Keuskupan Denpasar atas 25 tahun imamat kedua Yubilaris. Tuhan baik, kekal kasih setiaNya. Kita bersyukur keduanya setia dalam panggilan imamat, semoga kesetiaan mereka terus menerus,” ungkap Bapak Uskup.
Menurut Bapak Uskup, kedua imam memiliki keunggulan masing-masing, namun sebagai manusia tetap ada kekurangan sebagai realita. “Semoga keduanya selalu sehat, menjadi imam yang baik dan selalu setia dan rendah hati. Kerendahan hati membuat kita melayani dengan sukacita dan tulus dalam melayani Tuhan,” harap Mgr. San.
Sementara itu, Rektor Seminari Tuka, RD. Hubert Hady Setiawan, dalam sapaan kasih selaku tuan rumah mengisahkan awal perjumpaannya dengan kedua yubilaris. Romo Hady bangga, sebab kedua imam pernah menjadi Rektor Seminari Tuka dengan gaya kepemimpinannya masing-masing.
Khusus untuk Romo Sintus, yang saat ini masih tetap setia menjadi staf Seminari, menurut Romo Hady, cukup unik sebab Rm. Sintus dari 25 tahun perjalanan imamatnya hampir seluruhnya di Seminari, namun dia tidak pernah mengeluh, sementara Romo Deni, sebaliknya sudah melang-lang buana.
“Semoga kedua Romo kita ini tetap setia dengan kasih Tuhan. Dengan pesta perak ini, jangan semakin mundur, tapi semakin maju menjadi gembala yang baik dan lebih baik lagi,” harap Pastor yang lebih dulu menjadi Rektor di Seminari Tuka sebelum keduanya menjadi Rektor. Romo Hady sempat berkarya di paroki, lalu kemudian dipercaya lagi menjadi Rektor Seminari hingga saat ini.
Fakta Unik Kedua Yubilaris
Ketika masing-masing Yubilaris diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan, Romo Deni menceritakan masa kecilnya. Dia mengisahkan, cukup terkenal sebagai seorang anak nakal, suka mencuri buah-buahan tetangga atau buah-buahan di gereja dan terkenal pula sebagai tukang bekelahi.
Romo Deny merupakan seorang anak dari bapak yang berlatar belakang Militer. Sang ayah sang ayah Stanislaus Mary (alm.) pernah menjadi Danramil di Kecamatan Banjar, Buleleng selama 20 tahun. Saking nakalnya, orang tuanya selalu membandingkan Romo Deni dengan saudara-saudarinya yang lain. Mereka sering menegur Romo Deni kecil untuk bisa meneladani sang kakak laki-laki dan adik-adik perempuannya.
Jalan Tuhan tidak ada yang tahu. ‘Anak nakal’ itu justru ditangkapNya, tidak lagi untuk ‘menjolok’ buah-buahan tetangga, tetapi untuk ‘menjala’ (melayani) manusia sebagai imamNya.
Romo Deni memilih moto tahbisan “Bapa telah tiba saatnya, permuliakanlah anak-Mu, supaya anakMu mempermuliakan Engkau” (Yoh. 17:1b). Moto ini juga terefelksi dari perjalanan hidup dan panggilannya. Dia ditahbiskan menjadi imam di Palasari pada 15 September 1998, oleh Mgr. Eduardus Sangsun, SVD (Alm), Uskup Ruteng kala itu.
Sejatinya Rm. Deni juga sudah merayakan Perak Imamatnya di Palasari, tepat pada HUT ke-83 Paroki Palasari pada 15 September 2023. Saat ini, Romo Deni, memang dipercaya sebagai Pastor Rekan di Palasari.
“Selama 25 tahun menjalahi imamat banyak orang terlibat dan mendukung serta mendoakan saya. Imamat ini saya persembahkan untuk semua umat dan keluarga besar. Mohon maaf atas hal-hal yang tidak berkenan dan kesalahan saya selama 25 tahun ini,” pungkas Rm. Deni.
Dalam perjalanan imamatnya, selain pernah memimpin Seminari Tuka, Romo Deni sempat menjadi imam di beberapa paroki, baik sebagai Pastor Rekan maupun Pastor Paroki. Romo Deni, juga dua kali diutus untuk studi lanjut yaitu di Irlandia dan di Inggris.
Dua Kali Ditolak
Lain lagi kisah Romo Sintus. Dia memulai cerita tentang pengalamannya pernah ditolak. “Ketika melamar menjadi Seminaris di Lalian, Atambua, ada suara penolakan atas niat saya. Penolakan datang dari teman-teman bahkan guru-guru. Mereka mengatakan adalah mukjizat kalau kamu bisa masuk Seminari dan menjadi Imam,” kisahnya.
Namun, malaikat penolong hadir dalam diri seorang biarawati RVM asal Filipina Sr. Maria Luz Segundo, RVM, datang menemuinya di asram mereka tinggal.
“Yasintus orang lain boleh meragukan kamu, tetapi mereka tidak mengenal kamu, Tuhan yang lebih mengenal kamu. Jadikanlah penilaian mereka sebagai dorongan, kekuatan dan motivasi bagi dirimu untuk berjuang, jangan takut, jangan ragu,” kata Rm. Sintus mengingat kembali kata-kata Suster Maria. Dia pun bangkit, lalu pergi mendaftar, ikut testing dan lulus serta menyelesaikan 4 tahun di Seminari Lalian.
Penolakan kedua, ketika Romo Sintus melamar menjadi Imam Diosesan Atambua. Lamarannya ditolak untuk Bapak Uskup setempat. Dia lalu berpikir untuk masuk Ordo MSF. Saat niat ini disampaikan kepada pamannya, juga seorang imam dan saat itu menjadi Vikjen Keuskupan Atambua yaitu RD. Edmundus Nahak, sang paman mengingkatkan “Jangan sampai ini sebuah pelarian. Pikirkan baik-baik dan sebaiknya kuliah dulu dan kalau Tuhan mau kamu menjadi imam, pasti ada jalan.”
Singkat cerita, Romo Sintus pun ikut testing masuk Perguruan Tinggi di Kupang yaitu di Unika Widya Mandira dan Undana Kupang. Dia lulus testing di dua perguruan terbaik di Kupang itu, namun dia memilih untuk masuk di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Undana Kupang.
Setahun menjalani kuliah, tiba-tiba seorang sahabat melempar sehelai kertas di lantai dan meminta Rm. Sintus memungutnya. Dia pun ikut perintah temannya, lalu di membuka surat itu, isinya adalah alamat Kantor Keuskupan Denpasar. Setelah itu, pikiran Rm. Sintus mulai terganggu dan akhirnya mengirimkan lamaran ke alamat yang diberikan temannya, tanpa ada harapan un tuk diterima.
Beberapa waktu kemudian saat dia lupa telah mengirimkan lamaran, dia mendapat balasan dari Keuskupan Denpasar bahwa dia diterima dan meminta mengikuti Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Maumere. Kuliah sebagai calon imam pun lancar sampai akhirnya ditahbiskan menjadi Imam di Gereja St. Theresia Kefamenanu, 29 September 1998, oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD (sekarang sudah Emeritus).
“Pengalaman ditolak menginspirasi saya untuk memilih moto tahbisan ‘Tuhan Engkau Mengenal Aku’ (Mzm 139:1),” katanya.
Fakta unik lainnya tentang Romo Sintus, bahwa sejak ditahbiskan dia terus berkarya di Seminari. Hanya sempat selama 3 bulan di Paroki St. Antonius Ampenan, lalu dipanggil untuk menjadi Formator Seminari. Kemudia sempat pergi studi ke Roma belajar tentang Liturgi selama sekitar 3 tahun.
“Saya jalani semua ini dengan tulus dan penuh ketaatan,” katanya seraya sedikit berkelakar, “Semoga setelah 25 tahun ini ada sesuatu yang berubah.”
Di bagian akhir Romo Sintus mengucapkan terima kasih untuk Bapak Uskup Vitalis (alm) yang telah menerimanya menjadi calon imam Keuskupan Denpasar, Bapak Uskup Benyamin (alm) dan Bapak Uskup San serta semua pihak. “Mohon maaf atas segala kekurangan saya,” imbuhnya.
Fakta lain, saat menjabat sebagai Rektor Seminari, ketika pulang ke kampung di Timor untuk sebuah acara keluarga, Romo Sintus mengalami serangan jantung dan atas pertolongan Tuhan dia bisa bertahan dalam kesesakan tanpa oksigen selama 3 jam perjalanan dari kampungnya di Malaka sampai tiba di Rumah Sakit Umum Atambua untuk ditangani.
“Itu benar-benar mukjizat Tuhan. ketika Romo Hady mengajak untuk bypass jantung di Penang Malayasia, dokter di sana mengingatkan bahwa harapan hidup hanya tinggal 20% dan saat itu saya pasrah saja, sambil merenungi moto imamat saya, Tuhan Engkau Mengenal Aku. Operasi pun berjalan bagus dan saya selamat sampai saat ini,” katanya.
Pesta meriah menyambut hari sukacita kedua yubilaris berlanjut setelah santap malam bersama. Aneka acara hiburan telah disiapkan oleh anak-anak Seminari. Tidak sedikit undangan yang betah sampai acara benar-benar berakhir. ***